kisah seorang gadis cupu yng dijadikan bahan taruhan oleh kakak kelasnya namun ketika taruhannya selesai akankah hubungan mereka berlanjut atau kandas yuk,,dibaca guys,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon scorpio_girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
Reva mengerutkan kening sambil menatap ponselnya. Ia sudah mengirim pesan ke Flora tadi pagi, tapi belum ada balasan. Biasanya, Flora selalu membalas walaupun cuma dengan emoji atau sekadar "Oke."
"Hah, mungkin dia lagi buru-buru," gumam Reva, mencoba mengabaikan perasaan aneh di hatinya.
Namun, rasa tak enak itu semakin kuat. Tangan Reva otomatis mengetik pesan lain.
Reva: Flo, udah nyampe kampus belum?
Lama tak ada balasan. Reva menghela napas kesal lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Eh, kenapa mukanya manyun gitu?" suara Kinara tiba-tiba terdengar di belakangnya.
"Lo ngagetin aja sih," Reva melirik malas.
Kinara tertawa kecil. "Pasti gara-gara Flora, kan?"
Reva menghela napas. "Kayaknya dia lagi ngambek deh, dari tadi gak bales chat."
"Ya wajar sih, lo kan baru aja ngaku kalo dulu dia itu cewek taruhan," Kinara terkekeh kecil. "Tapi serius, dia marah banget?"
"Enggak sih, udah mulai baikan... tapi tadi pagi dia pergi sendiri naik bis," jawab Reva sambil melipat tangan di dada.
"Oh? Terus?"
"Nah itu yang bikin gue aneh. Tiba-tiba aja perasaan gue gak enak, kayak ada yang mau terjadi," gumam Reva.
Kinara mengangkat alis. "Insting lo jalan? Wah, jangan-jangan cewek lo lagi ditembak cowok lain tuh!"
"Heh, gak lucu!" Reva mendelik.
Kinara tertawa keras. "Bercanda, bercanda. Ya udah, coba telepon aja."
Reva mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya, menekan nomor Flora.
Sementara itu, di dalam bis, Flora sedang asyik mengobrol dengan Tiara saat ponselnya bergetar. Ia melirik layar dan melihat nama Reva tertera di sana.
Flora diam sejenak, ragu apakah harus mengangkatnya atau tidak. Namun, sebelum ia sempat mengambil keputusan, Tiara melirik ke arahnya.
"Kenapa gak diangkat?" tanya Tiara penasaran.
Flora tersenyum tipis. "Lagi males aja."
Tiara tertawa kecil. "Wah, pacar kamu pasti bakal panik tuh kalo gak diangkat."
"hemm,, bukan pacar kok," balas Flora cepat.
Tiara mengangguk-angguk dengan ekspresi jahil. "Oh ya? Tapi kenapa kedengerannya kayak cewek yang lagi nge-tes kesabaran pacarnya?"
Flora mendesah, memilih tidak menjawab.
Ponselnya masih terus bergetar, dan akhirnya, Flora memutuskan untuk mematikan panggilannya.
Di tempat lain, Reva menatap layar ponselnya dengan kening berkerut.
"Dia… dia matiin teleponnya," gumamnya.
Kinara bersiul pelan. "Wah, beneran nih. Cewek lo ngambek atau ada sesuatu yang lain?"
Reva menggigit bibirnya. "Ah sial, perasaan gue makin gak enak sekarang!"
Tanpa pikir panjang, ia langsung meraih tasnya dan bergegas pergi.
"Eh, lo mau ke mana?!" tanya Kinara kaget.
"Nyari Flora!" jawab Reva singkat.
Kinara hanya bisa menggeleng sambil tertawa
kecil.
"Cinta emang sering bikin orang panik sendiri,ya."
”ah,,diem lo yaudah gue cabut dulu mau nunggu di depan gerbang gue”
Singkat cerita flora pun hampir sampai sekolahnya
”btw,,ti aku kayaknya mau sampai deh nanti aku duluan turun ya pokonya kamu tinggal ngikutin petunjuk yang udah aku kasih tadi ya”
”oh,,ya makasih ya flo”
”sama-sama”
Dan tak berapa lama kemudian flora pun turun dan betapa kagetnya saat melihat reva sudah berdiri menunggunya di depan gerbang
”ngapain kamu rev,,disini?”
”ya,,nunggu kamu lah babe,,mau nunggu siapa lagi”
Flora melipat tangan di dada, menatap Reva dengan tatapan tajam. “Halah, gak usah sok manis deh. Aku gak bilang kalau aku kangen atau minta ditungguin.”
Reva tersenyum santai. “Tapi aku kangen, terus kenapa?”
Flora mendengus pelan, lalu melangkah melewati Reva. “Ya udah, kalau udah ketemu kan sekarang bisa masuk sana.”
Reva cepat-cepat mengikuti langkah Flora. “Lho? Kok gitu? Aku kan bela-belain nungguin kamu di sini.”
Flora meliriknya sekilas. “Terus? Aku harus terharu gitu?”
Reva merentangkan tangannya sambil berjalan mundur di depan Flora. “Ya minimal senyum dikit lah buat pacar keren kamu ini.”
Flora memutar bola matanya. “Heh, kapan aku bilang kamu keren?”
Reva terkekeh. “Ya tadi, di dalam hati.”
Flora mendecak, lalu melewati Reva lagi. Tapi Reva dengan sigap menarik tasnya, menghentikan langkah Flora. “Hei, serius deh, kamu kenapa? Beneran masih kesel sama aku?”
Flora diam sejenak, lalu menghela napas. “Bukan kesel… cuma lagi malas aja.”
Reva mengangkat alis. “Malas sama aku?”
Flora menatap Reva sebentar sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Iya.”
Reva memasang wajah sedih yang dibuat-buat. “Sakit banget, Flo… hatiku retak.”
Flora tertawa kecil, meskipun cepat-cepat menutupinya. “Udah ah, jangan drama. Aku mau masuk dulu.”
Tapi sebelum Flora bisa melangkah lagi, Reva tiba-tiba menarik tangannya. Flora menatapnya dengan kaget.
“Reva, apaan sih?”
Reva menatap Flora dengan serius. “Boleh gak aku minta satu hal?”
Flora mengernyit. “Apa?”
Reva tersenyum kecil. “Jangan pernah matiin teleponku lagi. Serius, aku hampir kena serangan jantung tadi.”
Flora terdiam sebentar sebelum akhirnya menghela napas dan melepaskan genggaman Reva dengan lembut. “Ya udah, kalau gitu… jangan bikin aku malas buat angkat telepon kamu.”
Reva tersenyum lebar. “Deal!”
Flora hanya menggeleng kecil sebelum akhirnya berjalan masuk ke area sekolah. Reva dengan cepat mengejarnya, tetap berjalan di sampingnya.
“Tapi serius deh, Flo. Kamu tadi bareng siapa sih di bus?” tanya Reva penasaran.
Flora meliriknya sekilas. “Tiara.”
Reva langsung menyipitkan mata. “Siapa Tiara?”
“Temen baru.”
Reva berdehem, lalu mendekatkan wajahnya ke Flora dengan ekspresi penuh selidik. “Temen baru atau calon saingan baru buat aku?”
Flora mendelik. “Jangan mulai drama.”
Reva cemberut. “Aku kan cuma nanya. Kan bisa aja tiba-tiba ada yang suka sama kamu, terus aku harus waspada.”
Flora mendesah. “Ya kalau emang ada yang suka, trus kenapa?”
Reva langsung berhenti di tempat. “Hah? Kok gitu?!”
Flora yang baru sadar Reva tidak lagi berjalan ikut berhenti dan menoleh. “Ya… aku cuma bilang kalau ada yang suka, ya udah. Itu urusan dia.”
Reva menyipitkan mata. “Flo, kamu tahu gak sih, aku ini gampang cemburu?”
Flora tersenyum tipis. “Oh, aku tahu banget.”
“Terus kenapa jawabnya gitu? Kamu mau bikin aku cemburu, ya?” Reva mendekat lagi, kali ini dengan ekspresi sedikit merajuk.
Flora tertawa kecil. “Aku bilang gitu karena aku pengen tahu reaksi kamu.”
Reva langsung menghela napas panjang. “Duh, kalau gini terus aku bisa makin stres.”
Flora mengangkat bahu. “Ya udah, gak usah dipikirin.”
Reva mendesah lalu meraih tangan Flora, menggenggamnya erat. “Gak bisa. Aku udah terlanjur sayang, gimana dong?”
Flora menatap tangan mereka yang saling menggenggam, lalu mengangkat wajahnya menatap Reva. “Yaudah, terserah kamu aja.”
Reva tersenyum lebar. “Oke, kalau gitu aku bakal nempel terus sama kamu biar gak ada yang berani deketin!”
Flora mendecak. “Duh, malah makin nyusahin.”
Reva tertawa kecil sambil tetap berjalan di samping Flora. “Namanya juga pacar protektif.”
Flora menghela napas. “Halah, terserah.”
Reva terkekeh. “Deal lagi?”
Flora menatapnya sekilas sebelum akhirnya mengangguk. “Deal.”