NovelToon NovelToon
Balas Dendam Psikopat

Balas Dendam Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Maurahayu

Cintia tumbuh di lingkungan yang penuh luka—bukan cinta yang ia kenal, melainkan pukulan, hinaan, dan pengkhianatan. Sejak kecil, hidupnya adalah derita tanpa akhir, membuatnya membangun dinding kebencian yang tebal. Saat dewasa, satu hal yang menjadi tujuannya: balas dendam.

Dengan cermat, ia merancang kehancuran bagi mereka yang pernah menyakitinya. Namun, semakin dalam ia melangkah, semakin ia terseret dalam kobaran api yang ia nyalakan sendiri. Apakah balas dendam akan menjadi kemenangan yang ia dambakan, atau justru menjadi neraka yang menelannya hidup-hidup?

Ketika masa lalu kembali menghantui dan batas antara korban serta pelaku mulai kabur, Cintia dihadapkan pada pilihan: terus membakar atau memadamkan api sebelum semuanya terlambat.
Ikuti terus kisah Cintia...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maurahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32 SESUATU YANG LEBIH KUAT DARI DENDAM ~CINTA~

Beberapa malam berlalu, semenjak malam itu Cintia ataupun Araf mereka selalu menyempatkan diri, dari lelahnya kegiatan mereka bekerja. Dan malam hari mereka akan ke pantai, pantai yang penuh kenangan dan ketenangan.

Malam di Pantai Tamansari selalu membawa kenangan. Cahaya bulan memantul di permukaan laut yang tenang, membentuk kilauan perak di antara gelombang kecil yang sesekali menyapu pasir. Angin laut berembus lembut, membawa aroma asin yang khas, membelai kulit mereka dengan kesejukan yang menenangkan.

Cintia berdiri di tepi pantai, jemarinya menggenggam erat sandal yang sejak tadi ia lepas. Pasir halus menyentuh telapak kakinya, lembut dan hangat karena sisa panas matahari siang tadi. Ombak datang perlahan, menyentuh kakinya sejenak sebelum surut kembali, seolah mengajaknya bermain.

Di sebelahnya, Araf menatap lautan luas dengan senyum kecil di wajahnya. Ia menyukai tempat ini—bukan hanya karena keindahannya, tetapi karena di sinilah ia pertama kali bertemu Cintia. Di sinilah semua dimulai.

"Apa yang kamu pikirkan?" suara Araf pelan, nyaris tenggelam dalam deru ombak.

Cintia mengangkat bahunya sedikit. "Tentang bagaimana hidup bisa berjalan begitu aneh." Ia menoleh ke arah Araf, menatapnya di bawah cahaya bulan. "Kalau dulu aku tahu kita akan sampai di titik ini, mungkin aku nggak akan percaya."

Araf tertawa kecil, nada suaranya hangat. "Aku juga nggak nyangka. Dulu aku pikir kamu nggak akan pernah mau bicara sama aku, apalagi begini..."

Mereka terdiam sejenak, membiarkan angin laut dan suara ombak menjadi latar bagi keheningan mereka.

Kemudian, dengan langkah kecil, Cintia berjalan ke arah air, membiarkan ombak menyapu kakinya lebih jauh. Ia menengadahkan wajahnya ke langit, menutup mata, merasakan angin malam yang menenangkan.

Araf mengikutinya, lalu tanpa aba-aba, ia mencipratkan air ke arah Cintia.

Cintia terlonjak kaget, matanya melebar sebelum beralih menjadi tatapan penuh tantangan. "Oh, kamu mau main gitu?"

Araf terkekeh. "Kamu berani balas?"

Jawabannya datang lebih cepat dari dugaan Araf. Cintia mencipratkan air lebih banyak ke arahnya, membuat kaos yang ia kenakan mulai basah. Araf mundur selangkah, tertawa, tapi itu tidak menghentikan Cintia. Ia terus menyerang, berlari mengitari Araf, membuat mereka berdua seperti anak kecil yang sedang bermain di laut.

Tawa mereka menyatu dengan suara deburan ombak. Sesaat, semua beban dan dendam yang pernah ada menghilang, digantikan oleh momen sederhana yang begitu nyata dan berharga.

Setelah beberapa saat, mereka kehabisan napas. Cintia tersenyum lebar, matanya berbinar. Ia tidak ingat kapan terakhir kali ia tertawa sebebas ini.

Araf menatapnya, memperhatikan bagaimana wajah Cintia terlihat lebih lembut malam ini, tanpa bayangan kebencian yang biasanya menghantuinya. "Aku suka lihat kamu kayak gini," gumamnya.

Cintia mengangkat alis. "Kayak gimana?"

"Kayak kamu nggak lagi membawa beban seberat dunia."

Cintia terdiam. Kata-kata itu menyentuh sesuatu di dalam dirinya. Ia menunduk, memainkan air dengan ujung kakinya. "Aku nggak tahu bisa seperti ini lebih lama atau nggak..."

Araf mendekat, lalu tanpa ragu, ia mengulurkan tangan, mengusap lembut pipi Cintia yang basah oleh air laut. "Kamu nggak perlu buru-buru, Cin. Aku di sini. Kamu nggak sendiri."

Tatapan mereka bertemu. Ada sesuatu dalam cara Araf menatapnya—sesuatu yang hangat, yang penuh ketulusan. Cintia menahan napas, hatinya berdebar tak menentu.

Perlahan, Araf menurunkan tangannya, tetapi Cintia menangkapnya sebelum sempat terlepas. Jemari mereka saling bertaut, saling menguatkan.

Tanpa berpikir, Cintia menariknya lebih dekat, membiarkan tubuhnya bersandar pada Araf. Ia menutup mata, merasakan detak jantung Araf yang stabil di dadanya.

"Aku takut," bisiknya.

Araf tidak langsung menjawab. Ia hanya mengeratkan pelukannya, seolah ingin meyakinkan bahwa ia akan selalu ada. "Aku juga," jawabnya akhirnya. "Tapi nggak apa-apa. Kita bisa takut sama-sama."

Cintia tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ketakutan tidak lagi terasa seperti beban yang harus ia tanggung sendirian.

Dan untuk malam ini, di Pantai Tamansari, tempat mereka pertama kali bertemu dan tinggal, ia membiarkan dirinya percaya.

......................

Malam semakin larut, tetapi Cintia dan Araf tetap di pantai, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Angin laut berembus lebih dingin, membuat Cintia sedikit menggigil. Tanpa berpikir panjang, Araf melepas jaketnya dan menyampirkannya di bahu Cintia.

"Kamu selalu begini," gumam Cintia, menatapnya dengan mata yang sulit ditebak.

Araf tersenyum kecil. "Begini bagaimana?"

Cintia menarik jaketnya lebih erat, merasakan sisa kehangatan dari tubuh Araf. "Selalu memastikan aku baik-baik saja, bahkan saat aku sendiri nggak yakin aku pantas mendapatkannya."

Araf menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, "Aku nggak peduli kamu pantas atau nggak. Aku cuma tahu aku mau kamu tetap di sini."

Cintia menunduk, jantungnya berdegup kencang. Ia tidak terbiasa dengan perasaan ini—perasaan di mana seseorang begitu tulus menginginkannya tanpa syarat.

Araf duduk di pasir, menarik Cintia untuk ikut duduk di sampingnya. Mereka menatap laut, ombak yang datang dan pergi seperti siklus kehidupan yang tak pernah berhenti.

"Kenapa pantai ini?" tanya Cintia pelan. "Kenapa kita selalu kembali ke sini?"

Araf menoleh, menatapnya dengan sorot yang begitu dalam. "Karena di sini aku pertama kali melihat kamu bukan sebagai seseorang yang dipenuhi dendam."

Cintia menahan napas. Kata-kata Araf menggema di hatinya, menelusup ke bagian terdalam yang selama ini ia coba abaikan.

"Aku ingat waktu pertama kali kita bertemu di sini," lanjut Araf. "Kamu kelihatan manis, polos dan kuat menahan sakit, ketika kamu berusaha mengobati lebam dan sayatan luka, aku masih ingat jelas Cintia kecil yang sudah kuat dengan deritaan tapi kamu selalu ceria, seolah tidak pernah ada masalah tidak pernah menanggung luka, Kamu hebat Cin... tapi ada sesuatu di mata kamu yang berbeda dari sekarang."

[ Baca Bab 2]

Cintia menoleh. "Berbeda gimana?"

Araf tersenyum. "Dulu, kamu berusaha menyembunyikan semuanya. Sekarang... kamu mulai membiarkan aku melihatmu."

Hening sejenak. Suara ombak menjadi satu-satunya yang mengisi keheningan di antara mereka.

Lalu, tanpa sadar, Cintia menggeser tubuhnya lebih dekat, merasakan kehangatan Araf di sampingnya. Ia menatap laut, tapi pikirannya dipenuhi oleh laki-laki di sebelahnya.

"Kalau suatu hari aku memilih untuk tetap pada dendamku... kamu masih akan ada di sini?" tanyanya pelan.

Araf tidak langsung menjawab. Ia menatap laut, seolah mencari jawaban di antara ombak yang bergulung.

"Aku nggak bisa menjanjikan bahwa aku akan selalu setuju dengan pilihan kamu, Cin," katanya akhirnya. "Tapi aku bisa menjanjikan satu hal."

Cintia menoleh, menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Aku akan tetap di sini sampai kamu tahu pasti apa yang benar-benar kamu inginkan."

Hatinya mencelos. Seharusnya ia tidak merasa seperti ini—tidak merasa bahwa seseorang benar-benar melihatnya, bahwa seseorang benar-benar menginginkannya meskipun ia penuh dengan kebencian dan ketidakpastian.

Tanpa berpikir panjang, ia meraih tangan Araf, menggenggamnya erat. "Aku nggak tahu berapa lama aku butuh waktu untuk menemukan jawabannya."

Araf menatap jemari mereka yang saling bertaut, lalu tersenyum. "Nggak apa-apa. Aku nggak buru-buru."

Cintia tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa ada seseorang yang benar-benar menunggunya—tanpa paksaan, tanpa syarat.

Malam itu, mereka tetap duduk di pantai, membiarkan angin laut menjadi saksi atas sesuatu yang perlahan tumbuh di antara mereka. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar rasa takut. Sesuatu yang, mungkin, bisa lebih kuat dari dendam.

1
Rohmat Rohmat
Semangat update thor
Xinn
Novel sebagus ini thor, kenapa sepi pembaca/Angry/. Alur ceritanya juga bener-bener bagus, tanda baca semuanya sudah sempurna. kenapa sepi
𝐫𝐚.: Terimakasih Kak Xinn/Smile/Semuanya butuh proses, saya juga ingin novel ini jadi Populer👍😊
total 1 replies
Kabir Muh kabir
ini saya efri
𝐫𝐚.: 🥺🥺😭😭Sudah...
total 1 replies
Kabir Muh kabir
ini saya Efri
Kabir Muh kabir
Maura, hubungi saya di sini. 085222285041
Kabir Muh kabir: Maura, HP saya rusak untuk sementara. Jadi kamu hubungi saja dlu saya di sini
total 1 replies
⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
lanjut thor
Rohmat Rohmat
Plot twist bnr-bnt dapet Thor👍👍
kebanyakan dari lingkungan gw, ya emang gitu. baik support kita nyatanya orang yg seperti itu yg berbahaya. Keren Thor.
𝐫𝐚.: Semua lingkungan pasti ada deh Kak/Smile/
total 1 replies
Feyza
romantisnya Araf 🌹🌹🌹😍
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞ᴹᴿ᭄°Knight⁹⁹🦅™࿐
Lanjutkan tetap semangat berkarya
⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
nah loh dari siapa pesen anonim it
⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
astaghfirullah aldzim kok Cintia jahat banget, kenapa ikutan jahat juga. sama aja dunk kamu sama Luna kl sprti it
𝐫𝐚.: Itu hanya permainan, yang jahat itu langsung di mutilasi 🤪🙈
total 1 replies
Sylvia Rosyta
semangat
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
kalau saja dia bisa pergi 😭
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
duh dipaksa padahal alergi.
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
ya Allah satu tahun masih kecil banget 😭😭😭
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
/Whimper//Whimper//Whimper/
Ciya Syakiya
pengertian banget
BAPAK
mampir
Sylvia Rosyta
aku padamu araf.
aku mampir kak, kalau ada waktu boleh lah support balik ke karya baru aku ok👌🤭
𝐫𝐚.: Sipp, otw
total 1 replies
𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ
wah, peningkatan tajam. nasari, diksi, dialog, detail penulisan, keren👍. Tinggal lakunya aja👏
𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ: typo lagi, #narasi
𝐫𝐚.: Terimakasih..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!