NovelToon NovelToon
Duri Dalam Daging

Duri Dalam Daging

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Pelakor / Dendam Kesumat
Popularitas:16.5k
Nilai: 5
Nama Author: balqis

Sembilan tahun yang lalu mas Alfan membawa pulang seorang gadis kecil, kata suamiku Dia anak sahabatnya yang baru meninggal karena kecelakaan tunggal.Raya yang sebatang kara tidak punya sanak keluarga.
Karena itulah mas Alfan berniat mengasuhnya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. selain aku memang penyayang ank kecil, aku juga belum di takdirkan mempunyai anak.
Hanya Ibu mertuaku yang menentang keras keputusan kami itu. tapi seiring waktu ibu bisa menerima Raya.
Selama itu pula kehidupan kami adem ayem dan bahagia bersama Raya di tengah-tengah kami
Mas Alfan sangat menyayangi nya seperti anak kandungnya. begitupun aku.
Tapi di usia pernikahan kami yang ke lima belas, badai itu datang dan menerjang rumah tanggaku. berawal dari sebuah pesan aneh di ponsel mas Alfan membuat ku curiga.
Dan pada akhirnya semua misteri terbongkar. Ternyata suami dan anak ku menusukku dari belakang.
Aku terpuruk dan hancur.
Masih adakah titik terang dalam kemelut rumah tang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Hari sudah sore, Aku gelisah di kamar sendirian. Semua pekerjaan rumah sudah ku kerjakan. Masih jelas terbayang bagaimana Wanda memintaku untuk pulang.

Dia hanya ingin di jaga oleh Mas Fajar.

Lalu apanya yang salah? Mungkin akunya saja yang berlebihan.

Tiba-tiba ada yang mengetuk jendela kamar.

Siapa yang iseng sore-sire begini mengetuk jendela? Kurang kerjaan.

Aku buka tirai sedikit. Jendela memang sengaja ku tutup karena ac ku nyalakan.

  Astaga, hampir saja mulutku berteriak. Ada wajah Alfan di sana.

Dia terus mengetuk supaya aku membukakan pintu.

Aku memberinya isyarat agar pergi. Aku sangat takut penghuni lain di rumah ini melihat kehadirannya.

Dia tidak perduli dengan isyarat yang ku berikan. Justru ketukannya semakin keras.

Terpaksa aku bukakan jendela.

"Kau mau apa lagi? Aku sudah banyak masalah, jangan kau tambah lagi." ku bentak dengan wajah ketus.

"Habisnya kau memblokir nomorku, terpaksa aku datang kesini." jawabnya tenang.

"Pergi, tidak? jangan sampai mas Fajar melihatmu disini."

"Baik, baiklah. Aku akan pergi. tapi ada syaratnya. Kau harus datang kerumahku, ada sesuatu yang perlu di bahas."

Aku menolaknya tegas.

"Tidak ada yang perlu di bahas lagi. Diantara kita sudah tidak ada ikatan apapun..!"

"Ibu sakit, Tari.." ucapnya dengan sedih.

"Dia sakit karena memikirkan banyak kejadian akhir-akhir ini."

"Ibu mu sakit? sejak kapan?" tanyaku antusias.

"Sejak kemarin. karena itulah aku berusaha menghubungi mu. Waktu di rumah sakit pun sebenarnya aku mau mengatakan ini. Tapi keburu Fajar ikut campur..." ia mengomel kesal.

"Lalu apa hubungannya denganku?" tanyaku cepat.

"Jelas ada. Ibu mau bertemu denganmu."

Aku menggigit bibir. Mana mungkin mas Fajar akan mengijinkan ku datang kesana. Tapi kalau tidak datang, bagaimana dengan Bu Karsih?

"Aku mohon, mungkin ini yang terakhir aku mengganggumu. datanglah sekali ini saja. Aku janji ini yang terakhir aku mengganggumu ." ia benar-benar memohon.

Tanpa sadar aku menyanggupinya.

Aku kembali menutup jendela rapat-rapat. berharap tidak ada yang melihat kejadian tadi.

Bersamaan dengan itu pintu kamarku diketuk dari luar.

"Mentari, sudah sore. apa kau tidak memasak untuk makan malam?"

"Iya, Mak. Aku segera ke dapur." jawabku sumringah gah.

"Jangan lupa bubur kesukaan Wanda. Nanti biar Emak saja yang mengantarnya kerumah sakit."

Tanpa banyak bicara aku mengiyakan ucapannya.

Syukurlah kalau Emak mau pergi. Berarti tidak akan ada orang yang akan memata-matai Ku di rumah. Aku bisa menemui Bu Karsih seperti rencana semula. Semoga keputusan ini tidak menjadi bumerang buatku di kemudian hari.

"Kenapa bengong? Kamu tidak setuju usul saya?"

"Bukan begitu, Mak. saya hanya berpikir tentang Wanda. Semoga dia lekas sembuh dan bisa cepat pulang." aku berbohong.

"Ooh, syukurlah. Mak pikir kau cemburu karena Fajar menghabiskan waktu seharian bersamanya. Memang seharusnya kau tidak punya perasaan itu. kasih sayang di antara mereka sudah terjalin sejak kecil. Walaupun perasaan yang mereka punya saat itu berbeda."

"Tidak, Mak. saya sama sekali tidak punya perasaan itu. Wanda sudah seperti adik saya sendiri."

Wanita tersenyum mendengar penjelasanku.

Semua sudah ku siapkan. Termasuk baju ganti untuk nas Fajar. Dia sempat mengirim pesan padaku agar ikut kerumah sakit. Tapi aku menolaknya dengan halus. Aku juga bilang padanya kalau emak lah yang melarang ku ikut.

"Kau hati-hati di rumah, kalau Fajar bertanya bilang saja kau ada pekerjaan hingga tidak bisa ikut."

"Baik, Mak."

Emak pergi di antar Abah.

Setelah itu aku juga bersiap pergi.

Seperti janji semula. Alfan menungguku di suatu tempat untuk bersama-sama menuju rumahnya.

Benarkah yang ku lakukan ini? Ak pergi menemuinya tanpa meminta ijin pada suami ku.

"Tari, akhirnya kau datang juga. Aku bahagia sekali kau masih perduli padaku." dia menyergap tanganku.

"Jangan berlebihan. Aku setuju untuk datang karena ibu saja." ucapku ketus.

"Ok, aku minta maaf. Maaf sekali karena telah membuatmu menderita selama ini."

Aku mulai bosan dengan ocehannya.

"Aku sudah memaafkan mu. Itu tidak perlu di bahas asal kau tidak menganggu hidupku dan mas Fajar lagi."

Dia terdiam.

"Ayo, katanya mau mengajak ku ketemu ibu..."

Aku masuk kedalam mobilnya. Ada perasaan risih saat bersama pria itu. padahal dulu, saat bersama seperti ini selalu aku harapkan.

Tidak ada perbincangan selama perjalanan.

Aku segera turun dari mobil.

Mataku menyapu seluruh tempat itu. Sudah beberapa Minggu ini aku tidak melihat tempat ini. Ada sesak di dada ku. semua kenangan bertahun-tahun lalu terbayang kembali.

"Ayo kita masuk..!"

Aku masuk terlebih dulu. Semua barang-barang masih ternyata seperti waktu itu. Tidak banyak yang berubah. Ruangan bagian ku juga masih bersih.

"Dimana ibu?"

Dia tampak terkejut.

"Mungkin di kamarnya, ayo kita lihat."

Kami berjalan pelan ke kamar ibu.

"Bu, ibu.. Aku datang.." aku memeriksa kamar itu. Tidak ada Bu Karsih disana.

Saat menoleh pada Alfan, dia sedang mengunci pintu kamar.

Aku mulai jengah. Firasatku tidak enak.

"Fan, apa yang kau lakukan?" tanyaku ketakutan. Dia mulai mendekati ku dan memegang tanganku.

Aku meronta sambil menangis.

Hal itu membuatnya marah.

"Kenapa kau ketakutan, aku hanya menyentuhmu. Apa yang terjadi padamu, Mentari..?" dia membentak ku.

"Buka pintunya..!" aku berteriak keras.

"Kau kenapa tidak perlu sampai seperti ini. Aku hanya ingin minta maaf saja...!" dia terlihat putus asa.

Aku mendorong dan memukul dadanya sebisaku.

'Kau sudah menipuku. Kau bilang ibu ku sakit. Karena itulah aku bersedia datang. Kau pengecut..!" aku menampar wajahnya. Dia terdiam memegangi pipinya.

Saat itu ku manfaatkan merampas kunci dari tangannya dan langsung berlari keluar.

Dalam taksi aku terus menangisi kebodohan ku. Kenapa aku percaya begitu saja dengan nya. Padahal mas Fajar sudah berpesan apapun. Yang akan aku lakukan harus bercerita kepadanya. Dan sekarang.. entah apa yang akan di katakan mas Fajar andai dia tau diam-diam aku sudah menemuinya tanpa sepengetahuannya.

Maafkan aku, mas. Aku sudah melanggar kepercayaan mu.

Sampai di rumah, mataku masih bengkak.

"Tari, kau darimana? Aku menunggumu dari tadi. Dan kenapa matamu, kau habis menangis?" mas Fajar sudah berdiri di hadapanku.

Aku bingung akan menjawab apa.

Kalau aku berterus terang saat ini. Dia pasti sangat marah. Aku takut dengan amarahnya.

"Aku, aku dari tempat Viona. Di sana kami bernostalgia masa kecil kami. Aku teringat kedua orang tuaku. Maaf, aku tidak minta ijin dulu padamu. aku takut mengganggumu."

Dengan penuh perhatian dia memegang wajahku.

"Kenapa harus takut menggangguku, aku tidak akan pernah terganggu kalau itu tentangmu. Lain kali jangan begitu lagi."

Rasa bersalah begitu menderaku. Aku jatuh dalam dadanya. Ku tumpahkan tangis penyesalan. dalam hati terus merutuki diri sendiri karena tidak bisa berterus terang padanya.

🌷Bersambung....!

🌷

1
Mama AldyNovi
Si Tari ini bloon juga ya ternyata..
Nur Laela
uebevhdd
Devi ana Safara Aldiva
terlalu berbelit-belit seperti drama sinetron
Fetnayeti Winarko
maaf thor, sebaiknya jgn terlalu diluar nalar🙏
cinta semu
🤣😁😂😝emang mentari kehilangan akal ...dah tau fajar dah punya istri masih aja dengar kata2 buaya 😂😁🤣😀pergi jauh aja tunjukkan harga diri u ...toh u g mungkin bisa melawan emak & Wanda ...percuma ...punya sahabat ya gitu dah tau tari salah malah di dorong masuk ke mulut buaya ...fajar jangan tanya yg penting tari mau di sentuh ..enjoy aja ...
Fetnayeti Winarko
ribet konfliknya
Fetnayeti Winarko
bagus
Fetnayeti Winarko
lucu
Nur Adam
gajel..pisah aja tari ribed lnjjt
Devi ana Safara Aldiva
ceritanya muter² nggak jelas males lama² bacanya
Elok Pratiwi
burukkk ... ternyata penulis nya penganut poligami ... kecewa sudah terlanjur membaca sampe bab 22 tau gitu gak tak baca ga tak buka
Mom Young
emang Dasar Ngak tahu Diri😣
Mom Young
egois nya😑😑
Mom Young
pergi aja Udah Ngak Usah Bertahan 😓
Mom Young
kenapa sih Ngak Di Kasih Pengertian Dulu Mbak Tari Nya Thor Malah Di Kasih Gebrakan Yang Bikin Jantungan 😢😢
Mom Young
😢😢😢😢 Ngak Kuat Baca nya Mleber Air Mata Ku😓
Mom Young
catok Bibir ibu mertunya Biar Ngak Kriiting😅
Mom Young
hidungku Kembang Kempis bacanya Thor Penasaran Siapa Di Balik Semua nya?
Santy Musriyanti
cerita xa g jelas
Mom Young
semangat Thor semoga Sukses 🌷
balqis: Maksih support nya Mom, kita sukses bersama yuk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!