Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!!
Noah yang seorang CEO kaya, membutuhkan seorang istri agar sang kakek memberikan izin untuk pergi ke London? Why..? Sementara Hari membutuhkan uang untuk bisa pergi ke makam sang ibunda yang berada di London. Namun sifat keduanya benar-benar seperti Tom and Jerry yang selalu bertengkar dan saling mengejek.
Di saat hubungan keduanya semakin dekat. Kedatangan kekasih Noah di masa lalu membuat pernikahan mereka semakin renggang.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PMM! : BAB 22
ICE CREAM PERTAMA DI LONDON
Inggris - London City
Beberapa jam berlalu. Noah bersama istrinya baru saja turun dari mobil, tepatnya di sebuah apartemen yang bertepatan di pusat kota London. Sebuah apartemen berkelas yang biasa di sewa oleh Liam Harrison saat muda dulu.
Tentunya Noah datang ke London bukan dengan tangan kosong, bahkan mereka datang ke apartemen menggunakan sebuah mobil milik Noah.
Hari melepas kacamata hitamnya, kepala dengan rambut hitam terkuncir rapi itu sedikit mendongak heran dan melongo saat melihat sebuah bangunan bertingkat. “Kita tinggal di sini?” tanpa menoleh, Hari masih memperhatikan gedung tersebut, sedangkan Noah tersenyum lega sambil berkacak pinggang.
“Hm! Kita akan tinggal di kamar Harrison!” pria itu menoleh dengan senyuman penuh semangat namun terlihat konyol di mata Hari.
“Tapi kakek bilang, kita akan tinggal di villa dengan pemandangan pantai yang indah.”
“Itu kata kakek. Ini kata ku, kita akan tinggal di sini dengan pemandangan kota London yang indah!” sambil merentangkan kedua tangannya. Sudah lama sekali sejak Noah datang ke sini, mungkin saat itu dia masih umur 7 Tahun.
“Apanya yang indah? Kita hanya bisa melihat parkiran dan jalanan yang sepi.” Cibir Hari berkata jujur seketika Noah ikut mencibirkan bibirnya.
“Hei, kau tidak berpikir kita bulan madu sungguhan' kan?” suara bariton itu sedikit rendah.
“Apa? Tentu saja tidak, aku tidak sudi.” Ketus Hari berjalan lebih dulu, berpaling angkuh.
Yah, meski tidak berbulan madu
setidaknya dia bisa ke negara asing.
Kamar Noah berada di lantai dua, dia sengaja memilih lantai dua karena Noah tidak suka membuang waktu dengan menaiki lift di saat dia pergi bekerja. Kecuali di kantor.
Kini pasangan Harrison masuk ke dalam sebuah kamar yang betul-betul luas seperti rumah. Jika pikir Hari, itu bukanlah sebutan kamar, tapi rumah, juga dekorasi yang sangat bersih, wangi, modern dan serba putih.
Hari tersenyum lebar melihat seisi ruangan tersebut, dan Noah yang melihat tingkah kekanakan Hari, malah tersenyum miring.
“Dengar. Di sini hanya ada dua kamar, satu untukmu dan satu lagi adalah ruang kerja sekaligus kamar ku.” Jelas Noah. Hari hanya mengangguk penuh semangat.
“Dan— dapur ada di balik tembok itu, lalu ruang TV setelah itu ruang tamu, mengerti!” lanjutnya sambil menunjuk memberikan sebuah arahan agar Hari faham letak ruangan di sana.
Setelah selesai memberikan petunjuk, kini keduanya masuk di masing-masing kamar mereka.
Kamar Hari dan Noah berada di ruang TV yang ada di tengah-tengah ruangan, namun milik Hari di sisi kiri dan Noah sebaliknya. Anggap saja seperti itu!
•HARI POV
Bruggsss! Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang yang sangat empuk dan halus bak sutra. Aroma wangi dan sejuk menyeruak masuk ke lubang hidungku, rasanya menenangkan hampir membuat diriku tertidur. Setelah menata pakaian ku di lemari, akhirnya aku bisa bersantai karena besok aku akan pergi mencari keberadaan makam ibuku.
Aku terduduk di atas kasur sambil melamun. “Apa besok mencari sendiri? Rubah itu tidak akan mau menemaniku.” Gumamku bingung sambil mengacak rambut karena tidak tahu jalanan di kota London.
“Tenang saja ibu, putrimu ini akan datang!”
•HARI POV OFF
•NOAH POV
Sebuah foto dengan bingkai hitam baru saja tersusun rapi di atas meja kerja. Aku terus memandangi bingkai foto yang baru saja ku letakkan di sana, sampai aku berpikir kami pasangan yang serasi.
Wanita bersurai panjang belah tengah dengan pria rambut hitam kecokelata, yaitu aku.
“Aku merindukan mu Sakura! Maaf, aku harus menikah dengan orang lain.” Ucapku lirih, aku yakin wanita musim semi yang masih berstatus sebagai kekasihku itu mendengar kabar pernikahan ku.
• NOAH POV OFF
“Hei Tuannnnnn!!!!!” panggil Hari sedikit berteriak.
“Ck, wanita itu tidak bisa membiarkan diriku tenang.” Gerutu Noah langsung keluar dari kamarnya. Ia menghampiri Hari yang kini masih berdiri di ruang TV sambil menatap ke arah Noah dengan senyuman lebar.
“Apa?”
Wanita itu menepuk perutnya bak orang hamil, melihat gerakan tersebut Noah sudah mengerti maksud si aneh itu.
“Hey Nona. Kau lupa dengan isi kontrak kita hm?” Noah mencondongkan kepalanya ke hadapan Hari dengan sedikit wajah mengejek.
Tak lama wanita itu ingat kembali dan berkerut alis. “Kita bisa melakukannya besok! Please!!!” sambil menyatukan kedua telapak tangannya dengan dua bola mata yang berbinar. -'Mata itu. Itu adalah mata permohonan, tidak bisa di biarkan.' Batin Noah tak tega melihat wajah memohon Hari.
“Baiklah. Cepat mandi, kita akan pergi belanja.”
“Eh, kenapa harus belanja? Kita hanya butuh makan.”
“Apa kau akan memberiku makanan tak kasat mata, hah? Lemari es-nya masih kosong.” Jelas Noah harus memperagakan gerakan agar wanita dengan otak dangkal itu mengerti. Pikir Noah.
“Baiklah!” Hari langsung berjalan masuk ke kamar dan segera mandi juga bersiap, sedangkan Noah menggeleng lelah harus berurusan dengan wanita seperti Hari.
...***...
Sepanjang perjalanan Hari tak luput dari menatap ke luar jendela, ia sangat menikmati kesejukan dan kesegaran, seolah merasa bebas, bahkan ia tak memperdulikan teguran Noah yang menyuruhnya untuk menutup jendela mobil.
Langit di kota London juga mulai berubah menjadi warna orange. Sebuah mobil sedan warna orange sedikit gelap baru saja terparkir rapi bersama kendaraan lainnya, saat sepasang kaki turun menampilkan dua orang sepasang suami istri yang berjalan masuk tanpa bergandengan tangan layaknya pengantin baru.
Hari berjalan sejajar bersama Noah, para gadis dan wanita selalu melihat serta mencuri-curi pandang ke arah wajah Noah lebih tepatnya.
“Mereka selalu memandang mu.”
“Aku tahu, aku tampan!” dengan bangga hati dan besar kepala Noah mengatakannya.
Sementara Hari memonyongkan bibirnya malas. Tapi memang benar, Noah terlihat tampan dengan pakaian cool, kacamata yang tidak terlalu hitam hingga manik matanya masih terlihat, kulit eksotis yang banyak sekali incarannya dannn yang paling penting untuk para kaum Hawa adalah--- tubuh kekar dan vit.
Hari menyerahkan keranjang belanja di depan Noah yang asik terlihat cool di depan para wanita gatelan. “Eh, kenapa harus aku?” protesnya.
“Memangnya kau tahu bahan-bahan dapur yang harus di beli?” Sindir Hari dengan sengaja.
“....”
“Kalau begitu aku saja, kau cukup dorong keranjangnya dan ikuti aku! MY HUSBAND!” dengan lantang Hari mengatakan kalau Noah adalah suaminya. Pria itu meredam apinya dan Hari terkikik puas saat tahu beberapa wanita tadi langsung lesu dan kecewa. Noah sadar bahwa Hari sengaja melakukan itu agar penggemarnya pergi.
Seperti suami yang patuh, Noah masih mendorong keranjang di belakang Hari, sesekali juga Hari membutuhkan pendapat dari Noah soal bahan makanan yang akan mereka beli. Dari mulai ke sayuran, sabun, peralatan dapur, ikan, minuman, Snack semuanya Hari jelajahi untung Noah kaya.
“Apa lagi yang di butuhkan? Ini sudah banyak.”
“Sudah, ayo kita ke ka— whaaa!!!" girang Hari seketika matanya melebar saat melihat lemari pendingin dengan banyak ice cream tertata full juga rasa yang berbeda-beda. Itulah salah satu favorit Hari. Ice cream!
“Hey!” panggil Noah.
Tanpa peduli, Hari berlari ke arah lemari pendingin tersebut, menatap tak percaya akan pemandangan indah di sana.
“Banyak sekali!!! Aku tidak yakin bisa melakukannya!!” gumamnya dapat di dengar Noah. Ya! Pria itu sudah berdiri tepat di belakang Hari sambil menatap heran.
“Tidak boleh!” bisik Noah langsung berjalan menjauh ke arah keranjang dorongnya.
“Ayolah! Hanya satu, okay?!” bujuk Hari merengek di depan si pirang yang masih tak acuh.
“TIDAK!”
“Hanya kali ini saja.” Sungguh, mereka terlihat seperti pasangan sungguhan.
Noah memejamkan kedua matanya dan berjalan pergi meninggalkan Hari yang masih mengekori langkahnya.
“Baik. Jangan salahkan jika aku memanggilmu SUAMI YANG PELIT!” Kedua mata Noah langsung terbuka lebar ketika suara Hari nyaring keras apalagi menggunakan bahasa Inggris.
Wanita itu sangat cerdik dan licik, dia tahu bagaimana memanfaatkan situasi yang ada.
Noah langsung berbalik menatap Hari dengan tajam, begitupun si wanita yang hanya tersenyum manis. Sepasang mata atau lebih tepatnya para pengunjung di sana juga melihat ke arah dua sepasang yang masih saling menatap. Tentu saja Noah tak ingin reputasinya hancur.
“Apa? Aku akan bilang kepada mereka, kalau suami ku tidak punya uang bahkan membeli kan ice cream istrinya saja tidak bisa.” Hari cemberut menahan geli tawanya saat melihat ekspresi Noah antara marah dan panik.
-'Sial! Wanita ini benar-benar...... Imut!'
“BAIKLAH, AMBIL SEBANYAK YANG KAU MAU!! AKU TIDAK PEDULI KARENA UANGKU CUKUP BANYAK!!” teriak Noah sesekali melirik ke orang-orang yang kini mengubah ekspresi mereka menjadi tersenyum. Noah terpaksa harus melakukannya agar image nya tak jatuh.
“Hihihi!!” Hari terkekeh kecil segera mengambil beberapa ice cream berwadah ukuran yang cukup besar juga.
“Kau yakin bisa menghabiskannya?”
“Ya! Jika kau mau, kau boleh minta!”
“Ayo!" lanjut Hari berjalan lebih dulu, meninggalkan Noah bersama belanjaan mereka. Kasian jadi pria.
...🛫📍🛬...