Xin Lian, seorang dukun terkenal yang sebenarnya hanya bisa melihat hantu, hidup mewah dengan kebohongannya. Namun, hidupnya berubah saat seorang hantu jatuh cinta padanya dan mengikutinya. Setelah mati konyol, Xin Lian terbangun di dunia kuno, terpaksa berpura-pura menjadi dukun untuk bertahan hidup.
Kebohongannya terbongkar saat Pangeran Ketiga, seorang jenderal dingin, menangkapnya atas tuduhan penipuan. Namun, Pangeran Ketiga dikelilingi hantu-hantu gelap dan hanya bisa tidur nyenyak jika dekat dengan Xin Lian.
Terjebak dalam intrik istana, rahasia masa lalu, dan perasaan yang mulai tumbuh di antara mereka, Xin Lian harus mencari cara untuk bertahan hidup, menjaga rahasianya, dan menghadapi dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah dia bayangkan.
"Bukan hanya kebohongan yang bisa membunuh—tapi juga kebenaran yang kau ungkap."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 : "Dukun Palsu, Pesona Nyata"
Hari-hari berlalu, dan nama Xin Lian mulai tersebar di seluruh pasar kecil itu. Meski awalnya orang-orang meragukan kemampuannya, kisah-kisah tentang bagaimana dia "menyelesaikan" masalah-masalah aneh dengan cara yang misterius dan efisien mulai menarik perhatian. Dengan wajah cantik seperti dewi dan lidah yang tajam, dia dengan cepat mengukuhkan posisinya sebagai "dukun" yang paling banyak dibicarakan.
Namun, di balik setiap keberhasilan, ada strategi licik yang disusun oleh otak tajamnya.
***
Keajaiban di Tengah Pasar
Suatu hari, seorang wanita kaya dengan pakaian mewah datang ke lapak Xin Lian. Wajahnya penuh kecemasan, dan dia membawa seorang anak kecil yang tampak lesu. "Dukun besar, tolonglah aku!" katanya dengan nada memohon. "Anakku sakit. Dia tidak mau makan dan sering menangis di malam hari. Dokter-dokter terbaik sudah mencoba menyembuhkannya, tapi tidak ada yang berhasil."
Xin Lian memandangi wanita itu dengan ekspresi datar. Di balik ketenangannya, dia dengan cepat menganalisis situasi. Di belakang anak itu, dia melihat seorang hantu wanita tua yang tampak seperti pelayan. Hantu itu memelototi anak kecil itu dengan tatapan penuh penyesalan.
"Tenang," kata Xin Lian akhirnya. Dia bangkit dengan anggun dan mendekati anak itu. "Aku bisa merasakan aura gelap yang menyelimuti anak ini. Ada seseorang yang tidak bisa melepaskannya."
Wanita kaya itu terkejut. "Apa maksudmu?"
Xin Lian menunjuk ke arah hantu di belakang anak itu, meski tahu bahwa wanita itu tidak bisa melihatnya. "Pelayanmu yang sudah meninggal. Dia masih merasa bersalah karena tidak bisa melindungi anakmu. Dia terus mengikutinya, dan itu membuat anakmu sakit."
Wanita itu terisak. "Benar... pelayanku meninggal beberapa bulan lalu karena melindungi anakku dari kecelakaan. Tapi bagaimana kau tahu itu?"
"Tentu saja aku tahu," jawab Xin Lian dengan nada penuh wibawa. "Aku adalah dukun besar. Kalau kau ingin anakmu sembuh, kau harus mengadakan upacara kecil untuk menghormati pelayan itu. Bawa makanan kesukaannya ke makamnya, dan dia akan pergi dengan damai."
Wanita kaya itu langsung percaya dan memberikan sejumlah besar uang kepada Xin Lian sebagai imbalan. Setelah wanita itu pergi, Xin Lian duduk kembali di lapaknya dengan senyum puas. "Orang kaya memang mudah ditipu," pikirnya.
***
Gosip yang Menyebar
Namun, popularitasnya tidak hanya membawa keuntungan, tetapi juga masalah. Beberapa pedagang di pasar mulai merasa iri dengan kesuksesannya.
"Dia pasti penipu," kata salah satu pedagang. "Tidak mungkin seorang gadis secantik itu benar-benar seorang dukun. Dia pasti hanya memanfaatkan wajah cantiknya untuk menarik perhatian orang."
"Benar," sahut pedagang lain. "Kenapa dia tidak menjadi penghibur saja? Itu lebih cocok untuknya."
Xin Lian mendengar gosip itu, tetapi dia tidak peduli. Baginya, omongan orang-orang itu hanyalah angin lalu. Dia tahu bahwa selama dia bisa menjaga reputasinya, tidak ada yang bisa menjatuhkannya.
***
Trik Baru, Target Baru
Untuk menjaga reputasinya tetap tinggi, Xin Lian mulai mengembangkan triknya. Dia tidak hanya mengandalkan informasi dari hantu, tetapi juga menggunakan pengamatannya yang tajam terhadap perilaku manusia.
Suatu hari, dia melihat seorang pria muda dengan pakaian mewah yang tampak gelisah. Pria itu mondar-mandir di depan lapaknya, seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu-ragu.
"Hei, kau!" panggil Xin Lian dengan nada tajam. "Kalau kau punya masalah, katakan saja. Jangan berdiri di sana seperti patung."
Pria itu terkejut, tetapi akhirnya mendekat. "Aku... aku mendengar bahwa kau adalah dukun besar. Aku ingin meminta bantuanmu."
"Apa masalahmu?" tanya Xin Lian sambil menyilangkan tangan di depan dada.
Pria itu ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya mengakui, "Aku kehilangan sebuah cincin yang sangat berharga. Aku mencarinya ke mana-mana, tetapi tidak bisa menemukannya. Cincin itu adalah warisan keluarga, dan aku akan mendapat masalah besar kalau tidak menemukannya."
Xin Lian menatap pria itu dengan tajam. "Cincin itu tidak hilang. Kau hanya terlalu ceroboh untuk mengingat di mana kau meletakkannya."
Pria itu terkejut. "Apa maksudmu?"
Xin Lian mengeluarkan sebuah koin tembaga dari sakunya dan melemparkannya ke udara. Koin itu jatuh dengan bunyi denting, dan dia berpura-pura membaca "petunjuk" dari posisi koin itu.
"Cincinnya ada di rumahmu, di bawah bantal tempat tidurmu," katanya dengan nada penuh keyakinan.
Pria itu tampak bingung, tetapi dia memutuskan untuk mencobanya. Keesokan harinya, dia kembali dengan wajah penuh kegembiraan. "Kau benar! Aku menemukannya di bawah bantalku! Bagaimana kau bisa tahu itu?"
"Tentu saja aku tahu," jawab Xin Lian dengan angkuh. "Aku adalah dukun besar. Ingat itu."
***
Kecantikan yang Membawa Masalah
Meski berhasil menarik banyak klien, kecantikan Xin Lian juga membawa masalah lain. Beberapa pria kaya mulai tertarik padanya, mengira bahwa dia bisa menjadi istri atau selir yang sempurna.
"Xin Lian, kau terlalu cantik untuk menjadi seorang dukun," kata salah satu pria yang datang ke lapaknya. "Bagaimana kalau kau menjadi istriku? Aku akan memberimu kehidupan yang nyaman."
Xin Lian menatap pria itu dengan pandangan dingin. "Kau pikir aku mau menikah dengan pria sepertimu? Jangan bercanda. Aku lebih suka hidup sendiri daripada menjadi istri seseorang yang tidak berguna."
Pria itu terkejut dengan penolakannya yang blak-blakan, tetapi tidak berani membantah. Xin Lian hanya tersenyum puas. "Orang-orang ini benar-benar tidak tahu siapa yang mereka hadapi," pikirnya.
Namun, dia tahu bahwa masalah yang lebih besar mungkin akan datang. Popularitasnya mulai menarik perhatian orang-orang penting, dan dia harus bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi.
***
Bab 4: Kecantikan yang Memikat dan Masalah yang Mengintai
Setelah beberapa minggu bekerja keras, Xin Lian berhasil mengumpulkan cukup uang. Awalnya, dia hanya menggunakan keuntungan itu untuk makan dan bertahan hidup, tetapi dengan kecerdasan dan kelicikannya, penghasilannya semakin bertambah. Setiap hari, lapaknya selalu dipenuhi orang-orang yang ingin mendapatkan "ramalan" atau "penyembuhan" darinya.
Namun, Xin Lian tahu satu hal: penampilan adalah senjata yang tidak kalah penting dari kata-kata.
Dengan uang yang dia hasilkan, Xin Lian memutuskan untuk memperbaiki dirinya. Dia membeli gaun yang indah—bukan yang terlalu mencolok, tetapi cukup untuk menonjolkan kecantikan alaminya. Gaun itu terbuat dari kain lembut berwarna biru muda dengan sulaman bunga-bunga kecil di ujungnya. Rambut hitam panjangnya diikat setengah, dihiasi dengan jepit sederhana yang berkilau di bawah sinar matahari. Dia juga membeli sedikit bedak dan pemerah pipi dari seorang pedagang kosmetik. Dengan sentuhan riasan tipis, wajahnya yang cantik semakin bersinar.
Ketika dia berjalan menuju pasar pagi itu, semua mata langsung tertuju padanya.
Kecantikan yang Memikat
"Siapa dia? Seorang selir dari keluarga bangsawan?" bisik seorang wanita kepada temannya.
"Tidak mungkin. Itu Xin Lian, si dukun!" jawab temannya dengan nada terkejut.
"Dia? Dukun? Dengan wajah seperti itu, dia lebih cocok menjadi permaisuri!"
Xin Lian mendengar bisikan-bisikan itu, tetapi dia hanya tersenyum tipis. Dia tahu kecantikannya akan menjadi perhatian, dan dia siap memanfaatkannya.
Saat dia membuka lapaknya, para pria yang lewat tidak bisa menahan diri untuk berhenti dan memandangnya. Beberapa bahkan berpura-pura membutuhkan jasanya hanya untuk bisa berbicara dengannya.
"Ah, Nona Xin," seorang pria muda berkata dengan nada genit, "kau pasti memiliki rahasia untuk kecantikanmu. Mungkin kau bisa memberitahuku bagaimana aku bisa mendapatkan istri secantik dirimu."
Xin Lian menatapnya dengan mata tajam, tetapi bibirnya melengkung menjadi senyuman manis. "Kecantikan adalah anugerah, bukan sesuatu yang bisa dibeli. Tetapi jika kau punya uang, aku bisa memberikan ramalan tentang keberuntungan cintamu."
Pria itu dengan cepat mengeluarkan beberapa koin perak, dan Xin Lian mulai mengoceh tentang "energi cinta" dan "keselarasan bintang." Dalam beberapa menit, dia berhasil mendapatkan lebih banyak uang tanpa usaha berarti.
Licik dan Cerdik
Namun, bukan hanya rayuan kosong yang membuat Xin Lian sukses. Dia menggunakan kemampuan uniknya untuk melihat hantu sebagai senjata utama. Ketika seorang wanita datang dengan wajah pucat dan cemas, Xin Lian segera melihat hantu kecil yang menempel di pundaknya.
"Nona," kata Xin Lian dengan nada serius, "kau membawa beban yang tidak terlihat. Ada roh yang mengikutimu, seorang pria tua dengan wajah penuh amarah."
Wanita itu terkejut. "Bagaimana kau tahu? Ayahku meninggal beberapa bulan lalu, dan sejak itu aku merasa tidak tenang!"
Xin Lian mengangguk dengan tenang. "Dia marah karena kau tidak memenuhi janjimu kepadanya. Kau harus melakukan upacara sederhana untuk menenangkannya. Aku bisa membantumu, tentu saja, tetapi itu membutuhkan biaya."
Wanita itu dengan cepat membayar, dan Xin Lian dengan mudah mengusir roh itu dengan beberapa mantra palsu dan sedikit asap dupa.
Dibalik Kecantikan Ada Ketegasan
Namun, kecantikannya juga membawa masalah. Beberapa pria mencoba mendekatinya dengan niat buruk. Ada yang menawarkan pernikahan, ada yang ingin menjadikannya selir, dan ada yang bahkan berani mengancam.
Tetapi siapa Xin Lian? Dia bukan gadis lemah yang bisa dipermainkan.
Ketika seorang pria kaya mencoba menyentuh tangannya, Xin Lian menamparnya dengan keras. "Jangan pernah berpikir kau bisa menyentuhku hanya karena kau punya uang," katanya dengan suara dingin.
Ketika seorang pejabat lokal mengancam akan menutup lapaknya jika dia tidak mau menjadi selirnya, Xin Lian menatapnya dengan tajam. "Kau boleh mencoba, tetapi kutukan yang kuberikan padamu akan membuatmu menyesal seumur hidup."
Kecantikannya adalah pedang bermata dua, tetapi Xin Lian tahu bagaimana menggunakannya untuk keuntungannya.
Awal Perubahan
Hari itu, saat dia sedang sibuk melayani klien, sekelompok prajurit kekaisaran tiba-tiba muncul di pasar. Mereka membawa surat perintah langsung dari istana, memerintahkan Xin Lian untuk mengikuti mereka.
Orang-orang di pasar terdiam, menatap Xin Lian dengan campuran rasa takut dan kagum.
Xin Lian, dengan senyuman percaya diri, berdiri dan merapikan gaunnya. "Baiklah," katanya dengan nada santai. "Mari kita lihat apa yang diinginkan istana dariku."
Dengan kepala tegak dan langkah penuh percaya diri, Xin Lian mengikuti prajurit-prajurit itu, siap menghadapi tantangan berikutnya.
***
Saat Xin Lian melangkah pergi bersama para prajurit, bisik-bisik di pasar semakin menjadi.
"Apa yang dilakukan istana memanggil seorang dukun?"
"Jangan-jangan dia telah menipu orang penting!"
"Atau mungkin... dia benar-benar memiliki kekuatan luar biasa?"
Namun, Xin Lian hanya tersenyum tipis, memandang ke depan dengan penuh percaya diri. Tapi di balik wajah tenangnya, pikirannya berputar cepat.
Apa yang sebenarnya mereka inginkan dariku? Apakah ini peluang besar... atau awal dari kehancuranku?
Saat mereka tiba di depan gerbang besar yang menjulang, seorang pria berperawakan tinggi dengan jubah emas menatapnya tajam.
"Kau adalah Xin Lian?" tanyanya dingin.
Xin Lian mengangkat dagunya, balas menatap dengan tatapan tajam. "Aku memang Xin Lian. Kalau kau datang untuk memohon bantuanku, maka bersiaplah membayar mahal."
Pria itu tersenyum tipis, tetapi bukan senyuman ramah. "Kita lihat apakah kau masih bisa sombong setelah bertemu Pangeran Ketiga."
Xin Lian terdiam sejenak. Pangeran Ketiga?
Jantungnya tiba-tiba berdebar lebih cepat. Nama itu... kenapa terasa begitu familiar?
.
.
.
.
Halo semuanya, Ayo mampir dikarya Author yang lainnya yaa 😘❤️
Every day the crown prince Wants to capture me (Gadis Militer, Cantik, Berani, Pintar dan barbar vs Putra Mahkota, si Akting Ayam Lemah tapi Berperut Hitam)
Shadow Queen : Dance of Deception (Pencuri dan pembunuh Cantik vs Pangeran Kesembilan dan Jenderal)
Rebirth and Redemption (Mantan Aktris, dan sekarang Calon Idol vs Pria Tampan, Seksi, dan Kaya Raya)
Karakter nya ga kalah barbar dari Xinxin loh, mampir Yuksss 💕✌️