(Revisi)
Demi menggagalkan rencana jahat ibu tirinya, Zahira terpaksa mendaftarkan diri pada sebuah aplikasi biro jodoh, dimana dirinya akan menjadi Pengantin Pesanan.
"Aku tidak menyangka pengantin pria nya mirip Tarzan"-- Zahira Malika Maheswari.
"Kenapa fotomu beda dengan wajah aslimu. Jawab aku, Nona Zahira!"-- Louis Abraham Smith.
Bagaimana jadinya jika keduanya terikat kontrak pernikahan, hingga terkuat rahasia Louis yang dapat menghancurkan kontrak pernikahan keduanya.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Pengantin Pesanan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Pengantin Pesanan
Zahira menjalani perawatan selama empat hari di rumah sakit. Tepatnya pagi ini dia sudah di perbolehkan untuk pulang. Dua hari berturut-turut, seseorang di utus oleh Louis untuk menjaga Zahira di rumah sakit, berhubung karena dia harus bolak-balik ke rumah sakit yang satu tempat ayahnya menjalani perawatan dan juga harus kembali ke kantor polisi untuk mengurus kasus penculikan dan penganiayaan yang dialami istrinya.
Mengenai hal itu, Zahira sama sekali tak mempermasalahkan selama ditinggal Louis, yang jelas dia bisa sembuh dan kembali beraktivitas, itu saja sudah cukup baginya.
Dengan wajah ceria, Zahira dan Louis berjalan sambil bergandengan tangan keluar dari rumah sakit. Sebuah mobil sudah siap membawanya pergi dari rumah sakit.
"Masuklah" ucap Louis dengan tatapan hangatnya sambil membukakan pintu mobil untuk istrinya.
"Baik, terima kasih Louis" ucap Zahira tersenyum sebelum masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang di kursi penumpang.
Sementara Louis tampak mengobrol sebentar dengan Sean sebelum masuk ke dalam mobil dan duduk di samping istrinya. Hingga mobil yang membawa mereka mulai melaju meninggalkan rumah sakit tersebut.
Setibanya di mansion, Zahira tampak mencari-cari keberadaan Oma Margaretha. Biasanya wanita tua itu tampak antusias menyambut kedatangannya.
"Oma kemana? Kenapa rumah tampak sepi?" tanya Zahira sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Oma Margaretha di ruang tamu.
"Oma sudah kembali ke rumah utama, dia sibuk membantu mama menjaga papa di rumah sakit" jawab Louis sambil menghembuskan nafas kasar.
"Ooh. Berarti aku akan kesepian di rumah ini tanpa Oma Margaretha" ucap Zahira menunduk.
"Kenapa kau berkata seperti itu. Jadi kau tidak menganggap keberadaan ku di rumah ini" ucap Louis penuh selidik.
"Tidak, bukan seperti itu maksud ku. Kau kan hobi berburu dan jarang ada di rumah. Selama kau pergi berburu, berarti aku sendiri dong di rumah ini" ucap Zahira memelas sambil menunjukkan wajah sedihnya.
"Oke, aku paham maksudmu. Aku sungguh minta maaf, Zahira. Karena selama ini aku sering meninggalkan mu sendiri di rumah." ucap Louis merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, aku memaklumi mu. Lagian itu sudah berlalu" jawab Zahira sambil mendongak menatap wajah Louis.
"Ya, yang berlalu hanya tinggal kenangan. Ya sudah, kalau begitu aku akan mengantarmu ke kamar. Sekalian beristirahatlah di kamar." ucap Louis sambil mengusap puncak kepala Zahira membuat istrinya tampak tersipu malu.
Louis hanya mampu tersenyum tipis melihat tingkah Zahira, ia semakin hobi menggoda istrinya.
"Apa yang kau lakukan, Louis!. Turunkan aku!" ucap Zahira berteriak saat Louis mengangkat tubuhnya.
Zahira sangat terkejut dengan aksi Louis yang menggendongnya tiba-tiba.
"Turunkan aku, Louis. Aku bisa jalan sendiri" ucap Zahira dengan tatapan memohon.
"Tidak, aku akan menurunkan mu setelah sampai di kamar" ucap Louis dengan sorot mata tajam.
"Ya sudah, terserah kau saja." ucap Zahira kesal sambil mengerucutkan bibirnya membuat Louis tersenyum tipis melihat tingkahnya.
Louis segera membawa Zahira ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Louis menurunkan Zahira dengan sangat hati-hati di atas ranjang.
"Kau tidak memakai bra?" tanya Louis menyeringai dengan mata menyipit, karena begitu jelas terlihat dimatanya dada montok Zahira bergoyang tanpa pembungkusnya, padahal jelas-jelas pakaiannya tampak sopan.
"Ke-kenapa kau bertanya hal.. .iiih dasar mesum" Zahira langsung memukul tubuh Louis dengan bantal membuat pria itu hanya mampu tertawa terbahak-bahak sambil menghindarinya.
"Awas kau Louis !" kesal Zahira dengan wajah memerah menahan malu melihat Louis masuk ke dalam kamar mandi.
Zahira menggerutu kesal menatap dada montoknya, mata pria itu benar-benar mesum sampai memperhatikan dadanya segala. Memang dia belum sempat memakai bra beberapa hari ini, mengingat luka di punggungnya belum kering.
🍁🍁🍁🍁
Sementara di kantor polisi, Nyonya Victoria dan Delisa masih dalam penahanan di kantor polisi. Pengacaranya masih berupaya mencari bukti untuk membebaskannya atas kasus yang menjerat nya.
Ibu dan anak itu terlihat babak belur, karena tak sengaja membuat keributan dalam sel tahanan, hingga membuat tahanan lain geram dan memukulinya.
"Ini semua gara-gara mommy. Seharusnya Jenos sudah menghabisi Zahira waktu itu." ucap Delisa marah yang sedang bersandar di dinding ruangan yang cukup sempit itu.
"Jangan salahkan mommy, kau juga ikut andil menyetujui apa yang mommy ucapkan dan menjadi keputusan bersama kita kala itu. Perlu kau tahu, rencana kita gagal gara-gara pria tampan itu." ucap Nyonya Victoria sambil mengepalkan tangannya yang masih mengingat jelas wajah pria yang menyelamatkan anak tirinya.
"Tapi, kata pengacara Harris, Kalau Jenos di temukan, kita berdua bisa bebas dari sini" ucap Delisa menatap kesal pintu sel tahanan tersebut.
"Semoga saja, tapi sepertinya Jenos sudah kabur" ucap nyonya Victoria berdengus kesal seolah hilang harapan keluar dari jeruji besi.
"Sial, kalau Jenos sudah kabur bagaimana dengan nasib kita, mommy. Aku tidak mau membusuk di penjara. Lakukanlah sesuatu mom" ucap Delisa panik dan sudah bergidik ngeri membayangkan hari-harinya berada di penjara.
"Mommy juga sedang berpikir. Semoga saja pengacara Harris bisa membebaskan kita secepatnya" ucap Nyonya Victoria sambil memijit keningnya dan sudah pusing berada di sel tahanan.
Ibu dan anak itu tak bisa berbuat apa-apa, karena bagaimana pun sebuah bukti sudah memberatkan hukumannya yang memang merencanakan pembunuhan terhadap Zahira.
🍁🍁🍁🍁
Sementara di tempat lain...
Tampak Jenos dan pria paruh baya berjas hitam sedang berjalan beriringan keluar dari bangunan pencakar langit. Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Jenos seorang pembunuh bayaran, apalagi pakaian yang dikenakannya tampak mencerminkan pekerja kantoran.
Beberapa karyawan senior yang berpapasan dengan mereka langsung membungkuk hormat karena mengenali salah satu pria itu sebagai pimpinan perusahaan.
"Tuan Emir, apa rencana kita selanjutnya. Menurut mata-mata, Tuan Smith sedang dirawat di rumah sakit. Kemungkinan besar dia sudah membaik atau beberapa hari kedepan dia sudah diperbolehkan pulang ke rumah." ucap Jenos menjelaskan sambil membukakan pintu mobil untuk pria paruh baya yang dianggap tuan.
Tuan Emir tak menggubris ucapannya, dia hanya bergegas masuk ke dalam mobil, lalu disusul oleh Jenos yang akan mengemudikan mobilnya.
"Tetap pada rencana awal, buat masalah pada perusahaannya dan habisi orang-orang kepercayaannya!." ucap Tuan Emir menyeringai sambil memainkan iPad nya. Hingga secara spontan pria paruh baya itu tergelak tawa saat membaca berita terkini di iPad nya.
"Ha ha ha bahkan putranya sangat bodoh, sampai sekarang dia masih bersembunyi di dalam hutan." ucap Tuan Emir tergelak tawa membaca lini berita terkini di sosial media terkait keluarga tuan Smith. Dia merasa musuh bebuyutannya tidak ada apa-apanya.
Bagaimana tidak, keluarga tuan Smith sangat berantakan, bahkan penerusnya yang sama sekali tidak diketahui wajah aslinya sampai sekarang memilih menetap di dalam hutan daripada mengurusi perusahaan ayahnya.
Bukan tanpa sebab tuan Emir dan tuan Smith menjadi bermusuhan. Semua bermula karena persaingan bisnis membuat tuan Emir merasa tersaingi hingga berakhir menjadi musuh bebuyutan.
Tidak hanya itu, rencana perjodohan putrinya dengan putra sulung tuan Smith berakhir gagal akibat kecelakaan beberapa tahun yang lalu menewaskan putra sulung tuan Smith. Karena hal itu, putrinya bernama Elena mengalami depresi berat karena terlanjur menyukai putra sulung tuan Smith, hingga akhirnya Elena memilih bunuh diri.
Pada saat itu, Tuan Emir begitu hancur kehilangan putrinya, bahkan menganggap kehilangan putrinya gara-gara keluarga Smith. Karena itu, tuan Emir semakin membenci keluarga Smith. Dia pun tak gencar untuk menghancurkan keluarga Smith sampai detik ini.
Bersambung.....
Jangan lupa, like, komentarnya dan vote ya teman-teman 🤗