Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelicikan
"Daddy!" Kedua mata Alena melebar, mulutnya membentuk huruf O. Ia menatap ke arah ibunya yang sama-sama terkejut dengan kedatangan ayahnya itu.
"Sayang kau kesini?" tanya Mommy Diane. Padahal ia sudah memastikan kalau suaminya sudah tidur. Dia melirik ke arah Vivian.
"Vivian kau bersama Daddy mu."
"Jangan pedulikan Vivian, aku ingin bertanya pada Alena. Kenapa dia memakai seperti ini?" tanya Daddy Elmar.
"Dad aku ...." Alena bungkam, ia sangat takut dan tidak bisa memikirkan apapun.
Vivian tersenyum tipis, dia mendekati Alena. "Adik kau kemana saja? Dari tadi aku tidak melihat mu. Kau sedang keluar? Aku sudah mengingatkan pada mu jangan sering keluar dan lihat ini, bagaimana pakaian mu bisa seperti ini? Ini lagi kenapa baunya parfum pria? Vivian berpura-pura peduli, padahal lebih tepatnya ia menjelaskan keadaa Alena.
"Keluar? sering? Bisa kau jelaskan pada ku Diane?" tanya Daddy Elmar. Selama ini ia tidak tau dan tidak terlalu mengawasi Alena.
"Sayang sebaiknya masuk dulu, aku akan menjelaskan nanti," ujar Mommy Diane. Dia mengulur waktu untuk berpikir mengenai jawaban yang harus ia keluarkan.
"Selama ini kau diam saja saat Alena pergi?" tanya Daddy Elmar.
"Dia ingin keluar bermain bersama temannya begitu,"
"Tapi tidak pantas seorang anak perempuan berpakaian seperti ini."
"Daddy, Alena masih kecil. Jadi wajar kalau dia masih mau bermain."
"Dia bukan anak kecil, sebentar lagi dia akan bertunangan."
"Daddy maafkanlah Alena, aku sebagai kakaknya tidak ingin membuat Alena sedih."
"Baiklah, karena Vivian yang meminta. Aku tidak akan mengambil hukuman untuk Alena, berterimaksihlah kalian pada Vivian."
Alena menggenggam sebelah tangan Daddy Elmar. "Maaf Dad, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku salah Dad." Alena memohon dengan mata berkaca-kaca.
Daddy Elmar melangkah pergi dan membawa Vivian bersamanya.
"Sayang kau mau kemana?" tanya Mommy Diane.
Daddy Elmar menoleh. "Urusi Alena, baru kau mengurusi ku."
Mommy Diane merasa frustasi, baru kali ini Daddy Elmar marah padanya dan Alena. Selama pernikahan sampai saat ini, ini baru pertama kalinya Daddy Elmar memarahi Alena. Padahal selama ini ia sudah menjaga imagenya dan membuat Vivianlah yang selalu jelek di mata suaminya.
Vivian menoleh ke belakang dan memasang raut wajah sedih, padahal dalam hati ia senang. "Daddy, maafkanlah Alena. Alena masih kecil,"
"Kau selalu memanjakannya, sudahlah. Jangan membahasnya."
Vivian pun kembali membawa ayahnya ke kamarnya, kemudian kembali menemui Alena dan mommy Diane. Ia ingin melihat wajah kemarahan mereka berdua.
"Mom, kenapa Daddy bisa bangun? Pasti ada yang membangunkannya," ujar Alena. "Pasti Vivian,"
Mommy Diane menggigit jari telunjuk tangan kanannya. "Sial! Awas saja kalau memang dia membangunkannya."
"O iya Mom, bagaimana dengan pertunangan ku? Mommy tau sendiri ini hanyalah perjodohan. Aku sangat mencintai Anderson." Alena terbayang-bayang dengan wajah tampan Anderson. Pertama kali bertemu dengannya ia sangat terpesona dan wajahnya lebih tampan daripada Feng Yan.
"Kau tenang saja, aku sudah berbicara dengan nenek Amel, tuan Anderson pasti meuruti semua perkataan nenek Amel. Besok kau harus memberi kesan indah padanya."
Kalian boleh bahagia, tapi lihat saja saat pesta pertunangan nanti batin Vivian.
Sedangkan di tempat lain.
Seorang pria tengah duduk di kursi ruang kerjanya sambil menghisap rokoknya. Sebenarnya ia tidak mau bertunangan kalau bukan neneknya yang mencarinya. Ia sangat tidak mau, melihat wajah Alena saja membuatnya mual.
"Apa kau serius akan bertunangan?" tanya seorang pria. Pria berkacamata itu memberikan sebuah berkas untuk di tanda tangani.
"Ya, sebenarnya aku tidak mau, tapi kalau sudah nenek yang mengatakannya. Aku tidak bisa menolaknya. Besok aku bertemu dengannya." Pria itu pun menunduk dengan lesu.
Waktu terus mengalir, udara segar di pagi hari melewati jendela kaca. Aroma bunga mawar yang berada di vas dekat jendela itu tervawa angin memasuki indra penciuman. Seorang wanita tengah memasuki sebuah kamar. Wanita itu tersenyum dan menyerahkan sebuah gaun berwarna merah. "Vivian Mommy membawkan mu gaun bagus. Mommy ingin kamu tampil cantik di depan Yan Feng."
Vivian tersenyum hangat, di kehidupan dulu dia menerimanya begitu saja dan memakainya hingga nenek Amel memberikan kesan jelek padanya.
"Terimakasih Mom, aku akan memakainya."
"Ya sudah Mommy keluar dulu, kau pakailah."
Vivian langsung mengubah ekspresi wajahnya. Ia tersenyum licik. "Bagaimana kalau gaun ini di pakai oleh putri mu?"