Kisah seorang gadis bernama Selina yang terpaksa harus menikah dengan seorang pria tampan nan kaya yang bernama Lazuardi, menikah bukan karena cinta melainkan karena terjadinya sebuah accident yang tak terduga menimpa keduanya.
Akankah mereka bahagia...akankah mereka dapat membina rumah tangga seperti yang di harapkan setiap orang...????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
❤️ Happy Reading ❤️
''Ayolah boy...ini sudah siang.'' kata Lazuardi yang sudah hampir menyerah.
Cklek
''Pagi...'' sapa Selin karena kedua pria beda generasi itu sama sekali tak melirik bahkan melihat ke arahnya ketika memasuki kamar, karena mungkin mereka pikir yang masuk adalah pengasuh atau penghuni rumah yang lain.
''Mami...'' seru Langit yang lebih dulu melihat ke arah Selin.
Langit langsung membuka selimutnya dan bangun serta berlari ke arah wanita yang akan menjadi maminya itu.
Sedangkan Lazuardi hanya bisa menatap ke arah mereka berdua dari tempat duduknya saat ini.
''Mami kesini?'' pertanyaan yang cukup klise di katakan oleh bocah tiga tahun itu, karena sudah nyata saat ini Selin ada di sana.
''Hem mami dengar jagoan ini gak mau bangun ya...gak mau di ajak mandi.'' kata Selin.
''Emm...'' cicit Langit yang tak tau ingin mengatakan apa.
''Mami mandiin mau?'' tawar Selin.
''Iya aku mau mami.'' sahut Langit dengan girangnya. ''Ayo mami.'' ajaknya dengan penuh semangat menggandeng tangan Selin menuju ke arah di mana kamar mandinya berasa.
Sedangkan Lazuardi hanya bisa menghembus napasnya dengan kasar.
Sedari tadi dia sudah berusaha membujuk tapi tak membuahkan hasil.
Selin memang berusaha untuk sepenuh hati menerima pernikahan ini, mungkin inilah garis jodoh yang telah di tuliskan untuknya.
Selin juga tadi pagi sudah sempat mendengarkannya kuliah langsung dari kakak serta kakak iparnya.
Mereka mengatakan jika memang Selin sudah mantap ingin menikah atau membina rumah tangga dengan Lazuardi, maka dirinya harus menerima semua keluarga Lazuardi termasuk sang putra.
Dia harus bisa menempatkan diri untuk menjadi seorang ibu untuk anak itu...ibu yang baik bukan hanya menjadi istri serta menantu yang baik.
Kata sang kakak dirinya harus bisa menyayangi dan mencintai calon anak tirinya itu tak hanya mencintai ayahnya saja, karena mereka berdua adalah satu kesatuan.
Dan saat ini Selin sedang berusaha untuk itu...berusaha untuk menjadi ibu bagi bocah malang itu.
Dia tau rasanya tak memiliki ibu...maka dia akan berusaha untuk menjadi sosok seorang ibu buat Langit.
❤️❤️❤️❤️❤️
''Loh kok kamu turun sendiri Di? Selin sama Langit mana?'' tanya mama Mega saat melihat putranya.
''Selin lagi mandiin Langit.'' jawab Lazuardi lalu menghempaskan tubuhnya untuk duduk di samping sang daddy.
''Kakak gak salah pilih tuh.'' sahut Lula.
''Iya sepertinya kak Selin bisa jadi sosok mami yang baik untuk Langit.'' timpal Larisa.
''Eh ngomong-ngomong kok kalian sudah di sini aja...'' kata Lazuardi pada adik serta para iparnya.
''Kan kita mau ikut mama pergi sama kak Selin.'' sahut Larisa.
''Awas aja ya kalau kalian sampai lupa waktu kayak yang kemarin.'' ancam Lazuardi.
''Ish di ungkit lagi.'' dengus mama Mega.
''Bukannya gitu ma...kalau Selin sampai sakit gimana karena mengikuti kegilaan kalian itu.'' kata Lazuardi.
''Cie yang sudah mulai perhatian...'' goda Lula.
''Buk...'' kata Lazuardi.
''Sudah...sudah...kalian ini kalau ketemu bisa gak akur sebentar saja...'' potong papa Awan yang membuat mereka langsung terdiam.
Sedangkan di kamar ada Selin yang sedang sibuk mengurus Langit.
Bocah tampan itu tak henti-hentinya berceloteh yang kadang membuat Selin menanggapinya dengan kata-kata bahan tak jarang hanya dengan sebuah senyuman saja.
''Sudah selesai...jagoan mami sudah tampan dan wangi.'' kata Selin setelah memberikan kecupan di pipi juga kening Langit. ''Sekarang ayo kita turun...'' ajaknya dan di angguki oleh Langit. ''Mau mami gendong?'' tawarnya sebelum menurunkan tubuh bocah itu dari tempat tidur.
''Iya...Langit mau mami...'' seru Langit sambil meloncat-loncat di tempat tidur.
''Stop sayang...nanti kamu bisa jatuh terjungkal...'' peringat Selin. ''Ayo sini...'' kata Selin sambil merentangkan kedua tangannya.
Lagi...lagi dari sejak keluar kamar sampai turun tangga bocah itu terus saja berbicara sehingga membuat mereka berdua menjadi terlihat lebih akrab.
''Langit seneng deh ada mami...jadi sekarang Langit sudah punya mami kaya temen-temen Langit yang lain.'' katanya.
''Iya sayang...'' sahut Selin. ''Mami juga seneng ada Langit yang tampan ini...'' kata Selin sambil sedikit mencubit hidung bocah itu. ''Tapi Langit harus janji sama mami gak boleh seperti tadi lagi ya sayang...kasihan papi juga mbaknya, karena itu perbuatan yang gak baik.'' nasehat Selin.
''Maaf mami...'' ucap Langit.
''No, Langit bukan salah ke mami tapi ke papi dan mbak ncusnya.'' sahut Selin. ''Jadi ucapkan itu ke papi sama mbak ncus.'' kata Selin.
''Iya mami.'' jawab Langit.
''Bagus, putra mami ini memang pintar...'' pujinya lalu mencium pipi Langit yang berada dalam gendongannya saat ini.
''Nah itu mereka berdua.'' kata Lula yang melihat lebih dulu Selin dan Langit.
Begitu sampai di dekat mereka semua duduk, Langit menoleh ke arah Selin seolah bertanya dan Selin pun menganggukkan kepalanya dan langsung menurunkan Langit dari gendongannya.
Langit pun langsung berjalan ke arah papinya sedangkan Selin memilih untuk duduk di salah satu sofa di sana yang masih kosong.
''Papi.'' panggil Langit saat sudah berada di hadapan Lazuardi duduk. ''Papi...Langit minta maaf karena tadi sudah nakal...'' ucapnya dengan kepala yang menunduk...dan seluruh anggota keluarga melihat hal itu.
''Iya papi maafin tapi jangan di ulang lagi ya...'' kata Ardi yang kemudian mencium kening sang putra. ''Siapa yang bilang Langit nakal?'' tanya Lazuardi yang tak suka jika anaknya di bilang nakal.
''Gak ada, tapi mami bilang kalau Langit gak boleh kayak gitu lagi karena itu perbuatan yang gak baik.'' jawab Langit yang membuat Lazuardi langsung melihat ke arah Selin.
''Iya yang di katakan mami benar.'' sahut Lazuardi. ''Sini duduk...'' kata Lazuardi dengan tangan yang hendak meraih tubuh langit untuk di dudukkan di dekatnya.
''Langit mau duduk sama mami.'' kata Langit.
''Huh baiklah.'' jawab Lazuardi.
''Yang punya mami...sekarang sudah gak mau duduk dekat oma.'' kata mama Mega namun langit hanya cuek aja sambil duduk dan tangan yang selalu memegang tangan Selin seolah takut maminya itu menghilangkan.
''Berangkat sekarang aja yuk...'' ajak Larisa. ''Dan kalian para pria...tunggu di rumah sambil mengawasi anak-anak.'' sambungnya lagi pada para bapak-bapak.
''Langit sama papi dulu ya...maminya mau pergi sebentar sama oma juga tante Lula dan tante Larisa.'' kata Lazuardi.
''Gak mau...'' jawab Langit sambil mengeratkan tangannya.
''Kita main sama yang lainnya....tuh mereka ada di taman belakang.'' bujuk Lazuardi lagi.
''Langit mau sama mami.'' kata Langit.
''Kalau aku ajak Langit gimana?'' tanya Selin yang entah dia tujukan untuk siapa.
''Tap...'' kata Lazuardi.
''Sudahlah gak apa-apa...Langitnya gak mau pisah gitu.'' sela mama Mega.
''Baiklah tapi bawa pengasuh Langit.'' putus Lazuardi.