Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.
Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.
Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.
Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.
“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza
“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 30 Kecewanya Hati Danu
“Apa? Hamil? Jadi Launa hamil?”
Di tengah perdebatan itu, tiba-tiba, ada suara lain di antara mereka yang membuat keduanya terkesiap dan menoleh ke arah sumber suara.
“Danu? Sejak kapan kau berada di sini?” Tanya Launa yang mendadak jadi gugup.
“Sejak kalian berdiri di sini.” Jawab Danu singkat dan membuat Launa semakin terkejut.
Kebetulan, malam ini mamanya Danu dirawat di rumah sakit karena asam lambungnya kumat. Dan tempat Launa dan Bara berdiri saat ini adalah ruangan yang ditempati tante Andira. Jadi, wajar saja andai Danu mendengar semua percakapan mereka.
“Jawab pertanyaanku, apa benar Launa hamil?” Tanya Danu sekali lagi yang kali ini melayangkan pertanyaan itu kepada Bara.
Bara pun menatap datar wajah Danu lalu kemudian menghela napas kasar. Ingin rasanya ia hantam kepala Danu saat ini juga, tingkahnya menyebalkan, dan terkesan sok berkuasa atas diri Launa.
“Menurut anda? Saya rasa, saya tidak perlu menjawab pertanyaan anda karena anda sudah mendengarnya secara langsung.” Jawab Bara namun tidak menjawab secara gamblang karena jujur saja, dia malas sekali menanggapi pertanyaan Danu saat ini.
“Jadi itu benar Launa?” Kini Danu beralih menatap wanita itu seolah ingin mendapatkan validasi secara langsung dari yang bersangkutan.
“Ays orang ini, anda bolot atau bagaimana_”
“Hei, apaan sih? Pakai ngatain bolot segala.”
“Habisnya dia menyebalkan.” Adu Bara yang sudah semakin kesal saja.
“Launa, tolong jelaskan semuanya padaku apa maksud dari semua ini.”
“Maaf Dan, aku….” Jawab Launa dengan suara terbata, seakan berat sekali menyampaikannya langsung di hadapan Danu.
“Kamu gugup tandanya iya.” Tukas Danu dengan rasa kecewa yang teramat dalam. Kebersamaan Bara dan Launa di rumah sakit ini menimbulkan salah paham di benaknya, akan tetapi ada satu hal yang sejak tadi ingin Bara tanyakan namun ia tak tega mencecar Launa dengan berbagai pertanyaan. Satu hal yang juga mengundang salah paham dan akan segera menimbulkan polemik.
“Lalu itu apa? Kenapa wajahmu sampai memar? Badjingan ini yang melakukannya?” Tuding Danu hingga Bara mendelik tajam ke arahnya. Tak segan lagi, Bara menarik kerah kemeja Danu dengan begitu kasar hingga Launa panik tentu saja.
“Apa maksud anda menuduh saya seperti itu? Anda pikir saya sebejat itu berani menyakiti fisik wanitaku?”
“Wanitaku?” Batin Launa di tengah kepanikannya. Bara dengan jelas menyebut dirinya sebagai miliknya.
“Saya tidak bertanya kepada anda, tapi kepada Launa. Karena jika anda yang menjawab, tentu anda tidak akan mengaku. Penjara akan ful andai ada maling yang mau mengaku.” Tukas Danu membalas tatapan tajam Bara.
Sungguh andaikan memang Bara menyakiti Launa sekejam itu, ia akan merebut paksa Launa, tak peduli meski saat ini Launa tengah hamil atau bahkan wanita itu tidak menyukai Danu, ia akan tetap membawa Launa jauh dari dekapan pria yang Danu anggap kejam itu.
“Jangan sembar_”
“Dia tidak menyakitiku Danu, justru dia yang menyelamatkanku.” Sergah Launa memotong perkataan Bara karena memang itu kenyataannya.
Demi melerai pertikaian itu dan mencegah agar pertengkaran sengit antara mereka tidak sampai terjadi, Launa mengatakan itu agar Danu berhenti menuding Bara.
Mendengar jawaban Launa, Danu menepis kasar tangan Bara yang mencengkram kerah kemejanya.
“Apa kamu tidak sedang melindungi dia Launa?” Tanya Danu yang kini beralih memandangi wanita yang sudah jadi pujaan hatinya selama bertahun-tahun lamanya.
“Untuk apa aku berbohong, Bara memang tidak melakukannya.” Jawab Launa hingga Danu mengusap wajahnya kasar. Seakan frustasi akan keadaan Launa saat ini, sungguh Danu sesayang itu padanya.
“Lalu siapa yang melakukannya?” Tanya Danu dengan suara lembut sembari merengkuh kedua pundak Launa hingga Bara spontan menyingkirkan tangan Danu.
“Kalau mau bertanya tanya saja, tidak usah pakai menyentuh pundak segala.”
“Siapa anda berani melarang saya?”
“Apa perlu saya jelaskan di sini siapa saya bagi Launa.”
“Stop stop stop…. Bisa tidak kalian berhenti bertengkar? Aku capek tau nggak, malam ini sudah begitu banyak kejadian yang membuat kepalaku seakan mau pecah, dan kalian bukannya membuatku tenang malah semakin membuat kepalaku pusing.” Pekik Launa yang seakan tak peduli lagi dia di mana.
“Maaf.”
“Maaf.”
Jawab keduanya secara serentak persis siswa Tk yang baru saja dimarahi gurunya akibat bertengkar dengan teman sekelas.
Usai memarahi dua pria itu, Launa pun hendak angkat kaki dari hadapan mereka namun Danu segera menahan pergelangan tangan Launa.
“Aku antar ya.”
“Ck, yang menyelamatkan Launa malam ini itu saya, kenapa anda yang harus mengantarnya. Sayang, kita pulang yuk.” Ajak Bara hingga Launa ingin berkata “dih, apa? Sayang?” Tapi itu tidak mungkin mengingat ada Danu di sini.
Melihat kebaikan Danu, dan tindakan yang Danu tunjukkan seeffort apa, Launa jadi curiga bahwa pria ini punya perasaan untuknya. Meskipun tidak terungkap secara langsung, Launa bisa paham dan bisa membedakan mana perasaan sayang sebagai lawan jenis dan mana perasaan sayang sebagai sahabat.
Kenapa juga baru sekarang sadarnya, selama ini kenapa tidak peka? Pikir Launa yang seketika menyadari perasaan Danu tapi sayangnya sudah terlambat.
Hati Launa semakin sesak, pria yang dia cintai kemungkinan menaruh rasa padanya. Akan tetapi, Launa sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa, satu-satunya cara yang harus ia lakukan adalah berbohong.
“Maaf Dan, aku tidak bisa ikut pulang bersamamu.”
“Kenapa?”
“Aku akan pulang bersama Bara.” Jawab Launa singkat, seolah ingin membuat Danu menjauh darinya karena dia akan berpura-pura menganggap Bara sebagai pacarnya.
Launa merasa kecil di hadapan Danu, ia seakan tidak punya muka lagi dan merasa tidak pantas untuk pria sesempurna Danu. Harapan Launa, Danu akan menemukan wanita yang lebih baik darinya.
“Kenapa harus bersamanya?”
“Karena dia pacarku Danu.” Jawab Launa sekaligus menjawab rasa penasaran Danu sejak tadi. Sejak awal ia melihat Launa dan Bara bersama, Danu sudah menyimpulkan bahwa inilah alasan Launa membatalkan perjodohan mereka.
Sementara Bara, semakin merasa di atas angin. Senyum tipis pun terbit dari wajah tampannya, tipis sekali bahkan nyaris tak terlihat.
“Ayo Bar.” Panggil Launa tanpa embel-embel pak lagi, demi menyempurnakan sandiwaranya.
Bara pun menggenggam jemari Launa seakan sengaja pamer dan tersenyum smirk ke arah Danu yang kini diam terpaku tanpa bisa berbuat apa-apa lagi.
Betapa hancur dan sakitnya hati Danu saat ini, wanita yang ia cinta, jatuh ke dalam pelukan pria lain. Secara bersamaan, Danu mengutuk kebodohannya, dia terlalu cupu dan pengecut sehingga tidak menyatakan cintanya sejak lama. Andai dia mengungkapkan perasaan, sudah dari lama Launa jadi kekasihnya. Andai Launa jadi kekasihnya, tentu hal buruk ini tidak akan menimpah Launa karena ia pasti akan menjaga dan melindungi Launa kemana pun Launa pergi. Andai mereka sudah pacaran sejak lama, pasti saat ini mereka sudah menikah. Andai, dan berbagai andai lainnya yang akhirnya hanya jadi seandainya.
Kini punggung Bara dan Launa semakin hilang dari pandangan mata. Mata yang membasah bersamaan dengan kepergian mereka. Pupus sudah harapan Danu, entah sampai kapan perasaan ini bersarang di benak Danu. Sekalipun sampai tutup usia, Danu ikhlas. Meskipun hanya mencintai dalam diam, Danu rela asalkan itu demi Launa.
Kini, Danu tidak bisa berbuat banyak lagi. Tanpa tahu kronologi yang sebenarnya, Danu langsung saja menyimpulkan bahwa alasan Launa membatalkan perjodohan adalah karena pria itu.
sorry tak skip..