Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23.
James turun dari tempat tidur, lalu meraih baju tidur Eleanor, yang telah di sediakan Pelayan.
"Kenapa? kamu terlihat begitu gugup sekali melihat ku? apakah aku melakukan kesalahan padamu?" tanya James mendekati Eleanor.
James memberikan baju piyama Eleanor, yang diterima Eleanor dengan cepat. Eleanor kemudian setengah berlari menuju ruang pakaian.
"Akh!!" tiba-tiba ia menjerit kaget.
Eleanor tidak tahu James mengikuti langkahnya menuju ruang pakaian, dan sekali angkat James membopongnya kembali berbalik arah.
"Kamu langsung melarikan diri, seperti pencuri yang ketahuan mencuri di kamar kita sendiri, malam ini malam pengantin kita, jangan menghindari ku" bisik James di telinga Eleanor, saat ia membopong Eleanor menuju tempat tidur.
"A.. aku belum pakai piyama" Eleanor memegang dengan erat handuk yang melilit tubuh polosnya.
"Sepertinya malam ini kita tidak memerlukan piyama" bisik James tersenyum penuh arti.
Dengan pelan ia meletakkan tubuh Eleanor di atas kelopak mawar, yang bertaburan di atas tempat tidur.
"Lihatlah, betapa cantiknya kamu berbaring pada helaian kelopak bunga mawar ini" mata James menelusuri tubuh Eleanor, yang terlihat seksi dengan berbalut handuk.
"James, aku malu" gumam Eleanor akhirnya mengatakan, kenapa ia terlihat begitu gugup.
"Kenapa malu? saat kamu mengambil ciuman pertama ku, kamu tidak malu sama sekali"
"I.. itu kan berbeda"
"Berbeda? apa perbedaannya? aku merasa tidak jauh berbeda saat kita berdua saja di kamar, kamu bisa lebih leluasa melakukan apa pun padaku"
"James... " Eleanor benar-benar sangat malu di goda James, melihat James menelusuri setiap inci tubuhnya.
Senyuman penuh arti James, membuat Eleanor merinding memikirkan apa yang ingin di lakukan James padanya.
"Elea, apakah kamu belum mencintai ku? sepertinya kamu merasa malu dan begitu canggung padaku?" jemari James menyentuh tulang selangka Eleanor, lalu perlahan menelusurinya dengan jemari telunjuknya.
Tubuh Eleanor membeku tidak berani bergerak. Sentuhan jemari James membuat ia menjadi kaku, dan menatap wajah James dengan mata berkedip.
"Elea, kenapa kamu tidak menjawab?" tanya James dengan nada berbisik, dan wajahnya perlahan menunduk mendekati wajah Eleanor.
"James.. "
"Mmm.. "
"A.. aku... "
Cup!
James mengecup bibir Eleanor, dan mata Eleanor seketika membulat, semakin diam tidak bergerak di tempatnya.
Ternyata malam pertama sangat menegangkan, membuat pikirannya dihantui rasa sakit, dan tidak tahu harus bagaimana untuk bersikap biasa saja.
Senyuman James semakin merekah melihat ekspresi raut wajah Eleanor, ia nyaris tertawa lucu memandang mata Eleanor yang membulat.
"Kamu kenapa? awal kita bertemu kamu sangat berani padaku, kenapa setelah kita menikah kamu menjadi seperti kucing yang ketakutan?" bisik James mencubit pelan ujung hidung Eleanor.
"A.. aku.. " Eleanor tidak meneruskan ucapannya, ia pun tersadar dengan sikap gugupnya.
Kenapa aku harus gugup, ini malam paling bahagia antara aku dan James, aku harus menikmatinya bersama pria yang mencintaiku! bisik hati Eleanor berkedip menatap James, yang tampak tersenyum menatap manik matanya dengan lekat.
Dengan berani Eleanor mengangkat tangannya, lalu merangkul leher James. Senyuman James semakin lebar melihat keberanian Eleanor.
"Sepertinya kamu sudah siap, apakah aku boleh mencium mu?" tanya James mengelus pipi Eleanor perlahan dengan lembut.
"Iya" jawab Eleanor pelan.
James merasa tidak yakin akan jawaban Eleanor, ia diam tidak bergerak untuk menunduk mengecup bibir Eleanor.
Eleanor menunggu ciuman James, tapi beberapa detik James tidak juga menunjukkan akan mengecupnya.
Sepertinya ia yang harus berinisiatif lebih dahulu mencium James. Ia pun menarik tengkuk James, dan bibir mereka berdua pun saling menempel.
Dengan pelan Eleanor membuka bibirnya, dan perlahan mulai mencium bibir James. James merasa bahagia, akhirnya Eleanor kembali seperti pertama mereka bertemu.
Tanpa sungkan Eleanor mengulum bibirnya, dan James pun membuka bibirnya menyambut ciuman Eleanor. Mereka pun saling membalas dan mengulum, dengan perlahan tanpa tergesa-gesa.
Jemari tangan Eleanor pada tengkuk James, perlahan masuk ke sela-sela rambut James. Lalu jemarinya meremas rambut James dengan lembut.
Tindakan Eleanor mengelus tengkuknya, membuat James memperdalam ciumannya. Dan mereka pun sama-sama semakin memperdalam ciuman mereka.
Lidah James masuk ke sela-sela gigi Eleanor, dan lidah mereka pun saling bertemu. James dengan lembut menyesap lidah Eleanor, dan tindakannya membuat Eleanor tanpa sadar mendesah.
Bersambung.....