Warnin!!!
Akan jadi baper bacanya ya..😊😊
Ethan Albert Wijaya adalah laki-laki berwajah tampan dan dingin. Riana Dwi Puspita seorang sekretaris yang di pekerjakan jadi asisten pribadi Ehtan, anak bosnya Wijaya Kusuma.
Di samping untuk meneruskan perusahaannya, pak Wijaya juga menyelidiki pacar Ethan dan sahabatnya yang di duga punya hubungan khusus di belakang Ethan.
Mampukah Riana menaklukkan bosnya itu? Bagaimana bisa Riana menyebut Ethan adalah dispenser berjalan? Apakah mereka akan saling jatuh cinta?
Cuuus, kepoin ceritanya ya ....😉😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pulang
Riana membereskan baju-baju yang perlu saja untuk di rumah ibunya nanti. Hanya baju santai dan beberapa kaos saja, karena di rumahnya di kampung tidak banyak baju di lemarinya. Dia pun membawa beberapa barang dan juga oleh-oleh untuk ibunya di kampung.
Ayah Riana sudah tiada, kecelakaan sewaktu dia masih duduk di bangku sekolah SMP. Jadi, dia di besarkan oleh ibunya sendirian serta adiknya. Juga adiknya yang sekarang sudah memasuki sekolah menengah atas tahun depan. Jadi, Riana menyiapkan semua kebutuhan adik laki-laki satu-satunya.
"Riana! Ini sudah jam lima, kenapa belum juga selesai beres-beres barangnya?" teriak Ethan di luar kamar.
"Iya, sudah selesai. Kenapa bawel banget sih dia." ucap Riana.
Dia lalu membawa tas besarnya keluar, di bantu Ethan untuk di masukkan ke dalam bagasi mobilnya. Riana sendiri merasa aneh dengan sikap Ethan yang hangat dan seperti perhatian padanya. Namun begitu, dia tidak terlalu mengindahkan perhatian Ethan padanya.
"Sebentar hangat sebentar dingin, macam dispenser hidup saja sikap dia. Tapi biarlah, mengirit ongkos pergi ke stasiun. Lumayan buat beli oleh-oleh buat Nino." kata Riana.
Dia mengambil tas selempangnya, kemudian dia keluar dari kamarnya. Melangkah keluar dari kontrakannya dan menguncinya. Masuk ke dalam mobil Ethan, duduk di sebelah bosnya.
"Memangnya kamu tidak terlambat berangkat jam lima?" tanya Ethan.
"Aku mengambil keberangkatan jam tujuh malam. Sampai di rumah mungkin sekitar jam sebelas malam." jawab Riana.
"Malam sekali, memang tidak takut di jalan sendirian?" tanya Ethan menyetir mobil kecepatan sedang.
"Tidak, rumahku tidak jauh dari stasiun. Hanya setengah jam perjalanan saja." jawab Riana lagi.
Ethan membelokkan mobilnya mengarah ke stasiun besar. Beberapa menit lagi sampai di stasiun, Ethan melirik jam di tangannya. Masih setengah enam sore, tapi dia sengaja memutar untuk mencari warung makan lebih dulu. Dia akan mengajak Riana makan lebih dulu sebelum ke stasiun.
"Lho, kok muter-muter pak?" tanya Riana.
"Cari makan dulu, supaya kamu tidak kelaparan di kereta nanti." kata Ethan.
Riana menatap bosnya heran, tapi kemudian dia tersenyum. Baginya itu sangat lucu, sebenarnya Ethan menganggap dirinya itu sebagai apa? Pacar tak berstatus?
Ups!
_
Riana masuk ke dalam gerbong kereta, dia masih ingat perlakuan Ethan padanya selama mengantarnya ke stasiun. Berawal dari pulang kantor, sampai di stasiun yang menurutnya bosnya itu aneh.
"Aku tidak mengerti dengan pak Ethan. Apa dia sehat?" gumam Riana.
Dia duduk di bangku sesuai tiket, duduk di bangku dua kursi. Kebetulan kursi sebelahnya kosong, jadi dia bisa bebas selonjoran kakinya dan mengistirahatkan tubuhnya. Sembari menunggu kereta berangkat dan memang sebentar lagi berangkat.
Perjalanan di dalam kereta hanya membutuhkan waktu tiga jam, dan sampai di rumah memang jam sebelas malam kurang lebih. Baru juga memejamkan matanya, ponselnya berdering kencang. Riana kaget, siapa yang meneleponnya.
Ethan.
"Ck, kenapa dia menelepon sih? Ada apa memangnya." ucap Riana kesal.
"Halo?" Riana menjawab sambungan telepon dari Ethan.
"Kamu sudah berangkat?"
"Sebentar lagi, nah tuh kereta sudah jalan." jawab Riana.
"Oh, ya sudah. Jangan lupa kabari aku kalau sampai rumah." kata Ethan.
"Hah??"
Klik!
Riana menatap ponselnya, masih bingung dengan Ethan tiba-tiba meneleponnya dan meminta memberi kabar setelah sampai di rumah.
"Aah, bodo amatlah. Aku tidak mau di ganggu olehnya, setiap hari dia menggangguku. Menjahiliku, aku ingin bebas darinya." kata Riana.
Dia mengatur ponselnya dengan silent, agar tidak mengganggu waktu istirahatnya di kereta selama perjalanan.
Tiga jam kerata akhirnya sampai juga di stasiun yang di tuju. Operator mengingatkan para penumpang untuk membawa barang dengan lengkap sebelum turun dari kereta. Riana pun mencari Nino adiknya yang menjemputnya di stasiun.
"Kak Riana" teriak seseorang yang melambaikan tangan padanya.
Riana tersenyum, dia mendekat pada adiknya yang menjemputnya di stasiun dengan motor. Meletakkan tasnya di depan dan dia duduk di belakang.
"Lama banget sih kak keretanya." kata Nino mulai melajukan motornya.
"Kereta memang segitu jadwalnya. Kamu yang terlalu cepat datang ke stasiun." kata Riana.
Suasana kotanya malam ini sangat sepi karena sudah pukul sepuluh lebih. Riana rindu dengan kampung halamannya, meski rumahnya tidak jauh dari stasiun kereta.
"Ibu gimana Nin?" tanya Riana.
"Aah, ibu marah-marah terus. Sebel Nino." jawab Nino bersungut.
"Marah-marah kenapa?"
"Ngga tahu, kata tetangga anak ibu perawan tua. Ngga nikah-nikah, jadi ibu marah-narah. Nino yang kena sasaran." ucap Nino.
Riana diam, menghela nafas panjang. Sudah pasti ibu marah, anaknya di katakan tua. Ibunya juga marah-marah terus ketika mengirim pesan padanya, apa lagi ketika ponselnya di tahan oleh Ethan. Beberapa kali menelepon, hingga pesan ibunya mengancam dan memaksanya untuj pulang kampung.
Motor berhenti di depan rumah sederhana, tapi beberapa tanaman bunga di depan membuat rumah Riana terasa nyaman di lihat. Riana turun dari motor, dia mengambil tasnya dan mengetuk pintu.
Tok tok tok.
Pintu terbuka, nampak ibunya berdiri di depan sambil menguap. Riana menyalami tangan ibunya dan memeluknya.
"Kenapa malam pulangnya?" tanya ibunya.
"Kan siangnya masih kerja bu. Jadi sore baru bisa pulang." jawab Riana masuk lebih dalam.
"Kamu sudah makan?" tanya perempuan berusia empat puluh delapan itu.
"Sudah tadi sebelum naik kereta." jawab Riana.
"Ya sudah, sekarang istirahat saja. Besok temani ibu ke rumah pak Parjo." kata ibunya.
"Mau apa ke rumah pak Parjo?" tanya Riana heran.
"Mau minta doa sama dia, dia kan ahli dalam mendoakan anak-anak orang yang masih lajang dan segera bisa menikah. Kamu harus di doakan sama pak Parjo." kata ibunya.
"Kenapa harus ke pak Parjo, lha selama ini ibu ngga doakan Riana menikah?" tanya Riana.
"Ya ibu doakan, tapi tidak manjur." kata ibunya lagi.
"Ibu ada-ada saja, bukannya ngga manjur. Tapi belum, lagi pula pak Parjo itu dukun, bisa-bisa aku di cabuli lagi." kata Riana.
"Huss! Jangan sembarangan kalau ngomong." kata ibunya.
"Jangan percaya bu, pak Parjo itu dukun palsu. Setiap kali ada anak gadis yang pergi kesana, di katakan karena kemanjon. Ngga laku-laku, akhirnya apa? Dia yang lebih dulu mencicipi perawannya gadis-gadis di kampung ini." kata Riana.
"Ya itu kan syaratnya, supaya laku anak gadisnya. Buktinya, teman SD kamu tuh, si Marni. Dia juga belum nikah-nikah, ibunya minta di doakan sama pak Parjo. Langsung datang laki-laki melamarnya." kata ibunya.
"Pokoknya Riana ngga mau! Enak aja nanti keperawananku jatuh sama dukun cabul itu." kata Riana.
Dia tidak habis pikir dengan pemikiran orang-orang kampungnya. Punya anak gadis yang sudah berusia dua puluh tahun lebih, tapi belum juga ada jodohnya. Pasti di bawa ke dukun Parjo, padahal jaman sudah modern. Di kampungnya banyak yang sudah kaya, tapi pemikiran orang tuanya yang masih kolot.
Makanya Riana setelah lulus SMA, dia langsung pergi merantau dengan alasan ingin membantu perekonomian ibunya. Setahun bekerja di kota, dia kuliah ambil karyawan selama dua tahun saja. Begitu lulus, mencoba melamar pekerjaan di perusahaan besar milik pak Wijaya dan langsung di terima sebagai sekretaris.
Ibunya senang saat itu, Riana bisa membantu kehidupan ekonominya yang pas-pasan paska di tinggal suaminya. Makanya Riana tidak mau pacaran dan punya pacar sebelum kehidupan ekonomi keluarganya membaik.
Sampai beberapa tahun sudah baik, dan ibunya punya ladang sendiri untuk menanami sayuran. Riana senang, dan kini nyatanya ibunya marah-marah karena Riana di katakan perawan tua. Belum menikah juga, padahal usianya akan menginjak dua puluh empat tahun bulan depan.
_
_
********************
makasih Thor 🙏
terus berkarya 👌
semangat 👌
tapi apakah Bu naimah tau ya klo suaminya menikah lagi🤔
bisa salah paham ibumu Riana🤦
terima resiko 🤦😁😁