Dea sudah menjadi sekretaris dan simpanan Arden Harwell selama 2 tahun. Disaat Arden akan menikah dengan wanita pilihan keluarga nya Dea memutuskan untuk menyudahi hubungan mereka.
Membuatnya dan Arden menjadi mantan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 - Cafe Batavia
Catatan Author. Ini novel nggak ada unsur agama dan negara manapun ya, bebas.
Brak!
Jack dan Leon terperanjat saat mendengar suara keras dari arah kamar sang tuan. Mereka berdua lantas berlari menghampiri, melihat Arden yang terduduk ditepi ranjang setelah melempar sebuah vas ke lantai hingga hancur lebur.
Hawa dingin dapat mereka rasa saat melihat punggung Arden. Jack tidak berani mendekat, karena dia merasa sangat bersalah. Namun Leon tidak bisa tinggal diam, dia coba mendekati sang tuan dan bahkan siap jika dijadikan bahan pelampiasan. Leon sangat tahu bagaimana terbangunnya sang tuan pada wanitanya itu.
Dea lah yang selalu menjadi tempat sandaran Arden selama 2 tahun ini. Adanya Dea bisa membuat beban hidup Arden terasa ringan.
Namun kini wanita itu telah pergi.
"Tuan, kita bisa mencari nona Dea kemanapun. Saya akan segera memerintahkan anak buah kita," terang Leon, tapi Arden hanya diam, dia tidak memberikan respon apapun karena pikirannya masih gamang. Masih bertanya-tanya kenapa Dea pergi setelah mereka memutuskan untuk bersama. Setelah saling mengatakan cinta dan berjanji untuk meninggalkan satu sama lain.
Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Dea, tapi entah itu apa. Dilihat oleh Arden ponsel Dea yang berada di genggaman. Dia mengetuk layar ponsel itu du kali dan menyala. Melihat wallpaper fotonya dan Dea diatas ranjang.
Dadanya kembali sesak, belum apa-apa rasa rindu itu menguasai hatinya. Arden tidak bisa seperti ini, dia harus menemukan Dea. Terlebih ketika dia ingat, mungkin saja kini Dea tengah mengandung anaknya.
"Cari Dea kemanapun, aku tidak menerima kegagalan."
"Baik Tuan."
Setelahnya Leon pergi dan Jack mengikuti. Saat itu sekitar 50 orang bergerak untuk menyisir kota dan mencari Dea, namun sayang hingga malam datang Dea tak juga ditemukan. Informasi terkahir yang didapat hanyalah Dea pergi Mega Mall dan setelahnya hilang entah kemana.
Meski takut namun Leon tetap menghadap dan melaporkan hasil pencarian.
Saat itu Leon juga mengatakan jika dia butuh waktu untuk mencari Dea dengan jangkauan yang lebih luas lagi. Dugaannya adalah Dea pergi ke luar Kota menggunakan kendaraan umum, karena nama Deandra Rahman tidak tercatat di penerbangan manapun hari ini.
Arden terdiam, dia duduk di kursi kerjanya dengan tatapan kosong, bahkan sedari tadi Arden tidak menghidupkan lampu utama di ruangan ini, pencahayaan itu hanya ada dari lampu kerjanya yang ada di sudut meja.
Tiap detik waktu berlalu, semakin meyakinkan Arden jika Dea telah pergi meninggalkan dia.
"Panggil Jack."
"Baik Tuan."
Leon keluar, kembali masuk dengan Jack bersamanya.
"Maafkan saya Tuan," ucap Jack langsung, dia bahkan langsung bersimpuh dihadpan Arden, meletakkan kedua lututnya diatas lantai dengan kepala yang menunduk.
"Berdirilah, ada yang aku tanyakan."
Jack menuruti.
"Kemarin Dea keluar juga kan? kemana Dea pergi?"
"Dari alamat GPS yang tercatat nona Dea pergi ke cafe Batavia setelahnya ke pusat perbelanjaan dan pulang."
"Cafe Batavia?"
"Iya Tuan."
Nama cafe itu sangatlah tidak asing bagi Arden, cafe yang selalu di datangi oleh sang ibu, Silvana.
Mungkinkah Dea bertamu ibunya?
Namun belum terlalu yakin dengan dugaannya sendiri, Arden mulai terpikir untuk memeriksa panggilan dan pesan di ponsel Dea. Sedari tadi pikirannya terlalu kacau, ia tidak sampai terpikir akan hal itu.
Tapi sayang, yang dia harapkan tidak ada. Panggilan telepon disana bersih, juga pesan yang hanya berisi dari dia.
Tapi Arden tidak putus asa, malam itu dia langsung menemui Silvana.