dia menjadi seorang yatim piatu setelah ayahnya tiada.
dan meninggalkan dirinya yang sakit sakitan bersama sang ibu tiri.
perhatian orang baru dalam kegersangan dan kesendiriannya membuatnya sedikit terlena dan lupa.
setitik bahagia coba ia rajut bersamanya.
namun...
dia adalah kakak tirinya.
mampukah ia menata kembali hidupnya saat ia tahu siapa sebenarnya laki laki yang di perkenalkan sang ibu tiri sebagai kakak tirinya itu ?!
sementara sesuatu yang berharga miliknya telah di renggut oleh seseorang itu.
simak cerita baru aku ya....
cinta dalam bara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8 cemas dan khawatir
Pukul satu siang, Raha nampak keluar dengan sedikit tergesa menuju gerbang sekolah.
Ia sengaja tak mengikuti kegiatan ekstra menari untuk acara kelulusannya nanti hari ini.
Ia hanya ingin cepat keluar.
Seharian tak melihatnya seperti ada yang kurang dalam hatinya.
Mata Raha mengedar ke penjuru tempat di depan gerbang sekolah begitu ia sampai di depan gerbang sekolah.
Namun matanya tak menemukan apa yang ia cari.
Sosok tinggi menjulang dengan wajah yang selalu dingin dan datar kepadanya itu tak kunjung ia lihat.
Satu persatu satu kendaraan penjemput di depan gerbang sekolahnya itu berlalu pergi.
Hingga satu jam kemudian,
Tempat di depan gerbang sekolah itu nampak sepi.
Tak ada satupun kendaraan penjemput terparkir di sana.
Raha menghela nafas kecewa.
Ya....
Tanpa sadar ia mengharapkan kehadiran Leon, dan ia merasa sangat kecewa ketika ia tak melihat laki laki itu berada di posisi biasanya laki laki itu menjemputnya.
Mendung di langit sana semakin menggantung,
Sebuah taksi berhenti tepat di hadapan Raha, gadis itu memang sengaja menghentikan taksi itu.
" the emerald golden pak " kata gadis itu setelah ia masuk dan duduk di bangku penumpang taksi itu.
" baik nona...."
Sementara itu,
Jarum jam yang menempel di dinding kamar Leon menunjuk angka 2 lebih 15 menit.
Laki laki muda yang nampak sibuk dengan layar lap top di pangkuannya itu menatap sejenak jam itu.
Keningnya berkerut.
Ia memeriksa ponselnya.
Tak ada pesan atau bahkan panggilan.
Segera ia meletakkan benda persegi panjang itu di sebelahnya dan ia segera keluar kamar.
" pak John.....pak John....!! " tak seperti biasanya ia yang sangat terkenal irit bersuara itu terdengar berteriak memanggil sopir keluarga itu.
" iya mas..." pak John datang dengan tergopoh gopoh.
" apa Raha sudah menghubungi pak John ?! Kenapa pak John tidak mengabari saya ?!
Pak John tahu ini sudah jam berapa ?! " tanya Leon dengan nada suara sedikit marah.
" maaf mas...tapi nona memang belum menghubungi saya " jawab pak John dengan menatap Leon sedikit aneh.
Tak biasanya laki laki muda di hadapannya berekspresi seperti itu.
" apa ?!
tapi ini sudah jam dua lebih pak John...seharusnya dia sudah pulang satu jam yang lalu bukan ?! "
" mungkin nona sedang mengikuti ekstra mas "
" ckk....
Dia lemah, tapi kenapa masih ikut kegiatan ekstra ekstra segala " rutuk Leon.
kemudian ia berlalu kembali menuju kamarnya dan meninggalkan pak John yang termangu menatapnya.
Tak lama,
Leon kembali terlihat dengan membawa sebuah kunci di tangannya.
" mas Leon mau menjemput nona ?! " tanya Pak John.
" iya...
Ini sudah terlalu lama dia berada di luar rumah.
Bagaimana kalau dia terlalu lelah dan kembali jatuh sakit.
Kita bahkan belum menemukan pendonor sum sum tulang belakang yang tepat untuknya " oceh Leon sambil melangkah lebar menuju pintu.
Sejak kematian tuan Prayoga dan sejak ia selalu menemani Raha kontrol penyakitnya.
Diam diam Leon mencari donor sum sum tulang belakang untuk Raha.
Sudah beberapa kali ia mendapatkan orang yang bersedia mendonorkan sum sum tulang belakangnya karena terpengaruh dengan bayaran yang sangat mahal yang ia tawarkan sebagai imbalan.
Namun gagal,
Sum sum tulang belakang mereka tak cocok dengan Raha.
Leon mengendarai motor sportnya dan keluar dari garasi rumah besar Raha dengan di iringi tatapan mata bik Mira dan pak John.
Pasalnya dua orang itu nampak aneh, tak pernah ada motor apalagi motor sport semewah itu di rumah ini sejak dulu.
Lalu...
Dari mana dan milik siapa motor sport mewah yang tengah di pakai Leon barusan.
Atau....
Nyonya Calista yang membelikan anak tirinya itu ?!
Tanya dua orang itu di dalam hati.
Tidak tahu saja mereka,
Siapa sebenarnya seorang Leonel Exel Hazzard. Hanya sebuah motor sport mewah seperti itu bukan apa apa baginya.
Leon terus memacu motornya melintasi jalan raya. Ia memang sengaja memakai motornya yang baru semalam di antar salah satu orangnya.
Karena Calista yang ingin jalan jalan dengan memakai motor sport mewahnya itu.
Tapi kini ia malah memakainya untuk menjemput Raha, ia tahu di jam seperti ini, keadaan jalan raya sangatlah ramai dan macet.
Dan ia tak mau terjebak macet, karenanya ia memutuskan memakai motornya untuk menjemput Raha.
Tak butuh waktu lama akhirnya Leon sampai di depan pintu gerbang sekolah Raha.
Keningnya berkerut. Pasalnya suasana di tempat itu sangatlah sepi.
Tak ada kendaraan penjemput satu pun di sana.
Leon segera melepas helmnya dan melangkah ke arah pos satpam.
" permisi pak...
Kelas sembilan H atas nama Aliyah Raha Anggraeni apa masih ada kegiatan di dalam ?! " tanya Leon kemudian.
" maaf mas....
sudah tidak ada kegiatan apapun sejak setengah jam yang lalu " jawab sang satpam.
Leon semakin mengerutkan keningnya.
" tapi Raha belum pulang pak "
" oh...nona Raha...
Sudah mas sudah pulang, nona Raha sudah pulang sejak pukul satu tadi "
Alis Leon makin menukik tajam.
" baik pak terimakasih..." jawab Leon kemudian sambil melangkah menjauh dari pos satpam itu.
Pemuda itu kembali ke motornya dan mengeluarkan ponselnya.
Ia menelpon sebuah nomor.
( hallo )
( ini aku...Leon, dia bersamamu ?! " tanya Leon dengan nada dingin.
( sorry aku tidak tahu maksudmu ) dokter Zani...
Kau jelas tahu siapa yang aku maksud, katakan apa dia berasamamu ?! ) tanya Leon lagi dengan nada angkuhnya.
Leon memang tak pernah bersikap pada dokter Zani.
Seseorang di seberang sana terdengar menghela nafas.
( tidak....
Raha tidak sedang bersamaku ) jawab orang itu kemudian.
( jangan bohong ) hardik Leon.
( terserah padamu, kau percaya atau tidak....
Tapi dia memang tidak ada bersamaku )
Klik...
Leon mematikan begitu saja sambungan telephonnya dengan dokter Zani, kemudian ia memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya.
Hatinya tiba tiba gelisah,
Mendung diatas sana kian gelap.
Derai air hujan mulai turun dan membasahi maya pada.
" di mana kamu ?! " desis Leon dengan wajah cemas dan khawatir.
Sementara itu di sebuah makam di kawasan pemakaman elit,
Seorang gadis nampak tengah berjongkok di sisi sebuah batu nisan.
Tangannya terulur dan nampak gemetar memegang batu nisan itu.
" papa....
Raha rindu papa...." bisik gadis itu yang tak lain adalah Raha.
Ia memang memutuskan pergi ke makam sang papa meski cuaca tengah mendung dan gerimis mulai turun. Entah kenapa tiba tiba ia merasa hatinya begitu sepi dan hampa.
Duar....!!!
Suara petir terdengar menggelegar dan memekakkan telinga siapa saja yang mendengarnya.
" akh...!!! " Raha tanpa sadar memekik tertahan, tak ada satu orang pun di area pemakaman itu.
Gadis itu menutupi kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya.
Sementara tubuhnya yang berjongkok terlihat semakin gemetaran.
Keringat dingin membasahi tubuhnya seiring air hujan yang juga mulai deras dan membasahi tubuhnya pula.
kok gak hubungi dokter xani..
penjahat kelamin sekelaa leon tak akan mudah mati...
😀😀😀❤❤❤❤