Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Mertua
Setelah berbaikan dengan mertuaku.. Beliau selalu menyempatkan diri kesini menengok cucunya sebelum kerumah nenek. Beliau menggandeng ammar dan umar kerumah nenek buyutnya karena beliau sangat rindu dengan kedua cucunya itu ya orang dirumah nenek semua merindukan kedua anak ini. Karena dulu mereka hampir setiap hari bolak balik kerumah itu..
Bahkan mereka selalu disana sampai sore. Aku tidak mempermasalahkan jika mertuaku datang untuk mengambil anak-anak untuk dibawah kerumah nenek buyut mereka. Sikap mertuaku sangat berbeda dari yang dulu mungkin beliau sudah sadar atas kesalahan yang dia lakukan kepadaku dan anaknya serta cucunya..
Aku tidak berbangga diri hanya saja diantara ketiga menantu mama aku lah yang paling dekat dengan beliau bahkan beliau tidak pernah segan kepadaku jika meminta sesuatu bahkan bahan makanan sekalipun, begitupun jika beliau sakit beliau pasti akan memintaku memiijit badannya entah apa sja itu..
Kami senang pergi berbelanja, kami juga sangat suka masak bersama dan membuat kue walau aku tidak terlalu pandai. Pemberontakan dan kemarahan ku selama setahun ini membuat dia mengerti bahwa aku marah kepadanya selayaknya anak marah kepada orangtua walau marah tapi tetap memperhatikan..
Sedangkan menantunya yang lain suami dari adik suamiku itu memang baik kepada orang hanya saja sikapnya seperti raja bahkan sangat seenaknya mengatur orangtua. Sok sekali karena dia yang membiayai anaknya apalagi dia suka mengajak keluarga besar acara dan bakar ikan di empangnya..
Sedangkan iparku istri saudara kembar suamiku itu sangat pendiam, dia akan menjawab jika ditanya dan jika ada masalah dia akan diam saja .. Walau seperti itu dia bawel dan bahkan asyik diajak ngobrol saat kami sangat dekat...
Setiap dia datang aku bahkan lebih nyaman dan enak mengobrol dengannya.. Dia hanya pendiam jika pada orang yang tidak akrab dan dia tidak suka.
Aku memahami dia karena kami senasib diperlakukan sama hanya saja aku bisa membela diriku sendiri jika aku tidak salah sedangkan iparku yang satu ini memang orang yang tidak suka berdebat dan membela dirinya dia menerima saja diperlakukan seperti itu.
Itulah dia memilih menyerah sekalian dengan kembali tinggal ditempat dimana dia dibesarkan dan mengajak suaminya tinggal disana karena disini pun percuma mereka tidak akan pernah dihargai karena mereka tidak berpunya bahkan dia juga berasal dari keluarga sederhana seperti keluarga suaminya. Bahkan ketika mertuaku akan menikah dialah orang yang paling belakangan tau itupun aku yang memberitahunya..
Ya mereka merasakan bagaimana rasanya tak dianggap padahal sejatinya mereka sama.. Hanya berbeda karena mereka tidak bisa membantu jika keluarga nya kesulitan apalagi jika itu berhubungan dengan uang.
Aku tidak mengerti seperti itu kah hubungan keluarga yang didasari semata perbedaan dari segi kemampuan membantu keluarga??. Padahal jika di keluargaku kami akan membantu yang kekurangan bila kita berada, buktinya kami bersaudara tak ada yang dibedakan bahkan ketika suamiku belum bekerja, ayah bahkan keluarga besarku tak ada yang merendahkan suamiku bahkan mereka merangkulnya dengan hangat, itulah kenapa suamiku sangat menghargai keluarga besarku.
Aku sangat ingat bagaimana ekspresi suamiku ketika ku bawah pergi berkunjung ke rumah beberapa tante dari mamaku dia sampai melongo karena tante dan om ku semuanya memiliki beberapa mobil dan motor, rumah yang bagus dan pekerjaan yang lumayan bahkan hampir semua keluargaku kuliah dikampus ternama di Makassar.
Aku selalu mengatakan padanya yang kaya itu bukan aku yang kaya adalah keluargaku mereka juga memulai segala hal dari nol jadi mereka sangat menghargai orang yang berusaha dari bawah dan dari nol.
Bukan cuma aku bahkan tante dan om ku pun menasehati suamiku hal yang sama karena aku juga mendapatkan nasehat serupa saat kami semua memasuki usia baliq.. Dan aku kuliah.. Aku bersyukur memiliki keluarga berkemampuan tapi tidak pernah memandang rendah orang lain ketika mereka berada diatas..
Mereka selalu ingin membantuku tapi aku sangat segan walau aku dekat mereka. Ya itulah karakter ayahku selama ini melekat pada diriku aku sangat ingat nasehat beliau, "kamu sehat punya kaki dan tangan dan kemampuan maka berusaha lah minimal untuk diri sendiri dan jangan menyusahkan orang".
Begitupun ayahku yang berasal dari keluarga mampu di kampungnya tetapi dia meninggalkan semua itu untuk merantau Ke makassar diusianya yang bahkan masih 17 tahun jika dihitung dari berkelananya dan meninggalnya dia sudah hampir 50 tahun tinggal di makassar dengan keadaan kurang beruntung.. Baru setelah kami hampir besar barulah kehidupannya berubah naik dipuncak kariernya..
Makanya saat disini dengan perlakuan yang kudapatkan disini seperti itu, aku sangat heran keluargaku saja yang berada tidak memperlakukan orang begitu na ini. Mereka orang biasa tapi gayanya menghina orang seolah-olah mereka adalah kolongmerat yang banyak harta. Astaghfirullah...
Aku sangat ingat orang-orang yang bertanya kepada ku tentang pernikahan mertuaku bahkan mereka dengan lantang mengatakan bahwa ainun mengatakan sengaja mama mertua ku dinikahkan katanya karena kami bersaudara tidak mampu membiayai orangtua bahkan dia menyindir ku karena memutuskan biaya orangtua..
Padahal niat mama mertuaku bukan seperti itu, beliau ingin menikah karena selalu ingin pergi jaulah tapi tak ada yang bisa menemani begitupun ketika dia sudah berumur senja dan mertuaku tidak dapat mencari uang. tapi kelihatannya memang manusia satu itu suka mencari gara-gara dan tak malu ternyata..
Para kelurga besar bapak mertua mengumpat keputusan itu terutama mereka mendengar dari mulut Ainun sendiri.
Sedangkan jika aku yang ditanya aku akan menjawab sesuai apa yang mama katakan tempo hari saat beliau meminta izin untuk menikah lagi. Dengan telingaku sendiri mendengar apa yang diucapkan oleh mertuaku itu tentang alasannya menikah kembali.
Beliau mwngatakan sendiri beliau ingin pergi jaulah tapi tidak ada yang temani, beliau juga mengatakan kalau hadijah masih kecil membutuhkan sosok ayah dan yang bisa membiayai dia hingga dewasa sedangkan mertuaku, beliau adalah tipe orang yang penakut.. Itulah sebabnya beliau ingin menikah lagi.. Dan lelaki yang dipilih adalah lelaki pekerjaan keras, penyayang walau sedikit pendiam.
Hari pernikahan itu tiba sekeluarga besar mama mertuaku datang membantu sedangkan dari keluarga almarhum bapak mertua mereka tidak ada yang datang mungkin masih sakit hati karena secepat itu mertuaku menikah kembali padahal baru setahun beilau pergi.
Mereka juga menyayangkan keputusan kami yang membiarkan mertuaku menikah kembali padahal bapak mertuaku, tidak ada pembicaraan apalagi minta izin kepada mereka sebagai penghormatan kepada mereka selaku keluarga besar bapak mertua.
Ijab kabul dan acara pun dilakukan.. Aku memang datang sebagai anak dan menantu. Ketika acara itu berlangsung aku masih setia menjaga anakku, aku tidak mau berurusan dengan dapur karena dulu aku sering kali ikut dengan mama mertua jika ada keluarga besarnya punya acara kenapa?? Beliau sangat percaya kalau. Aku sangat pintar dalam hal memasak..
Tapi untuk kali ini aku hanya datang Untuk memperlihatkan diriku jika aku dan mertuaku baik -baik saja.. Bahkan tanteku dan om ku beserrta kedua anaknya secara khusus datang untuk menikmati acara karena panggilan dariku beliau bahkan memberikan banyak kado untuk pernikahan kedua mertuaku itu
Pernikahan penuh dengan hikmah.. Suamiku menangis melepas ibunya untuk menikah lagi. Dia lah yang menikahkan ibunya dengan tangannya sendiri.. Dia mungkin sedih karena setelah ini dia sangat jarang bertemu dengan ibunya.
Padahal suamiku anak lelaki mama yang paling dekat dengan beliau sejak kecil bahkan saking penurutnya pada beliau, suamiku langsung menerima calon yang dipilihkan mama dan bapaknya yaitu aku..
Suamiku juga tidak pernah meninggikan suaranya dihadapan ibunya semarah apapun dia. Dia sangat menyayangi ibunya. Menurut suamiku salah satu sikapku yang sama dengan mama adalah galak tapi penyayang dan yang paling penting bisa memasak
Setelah pernikahan mama yang melihatku sejak tadi langsung memanggilku.
"Ada jaki datang nak??.. Ucap mamaku dengan senyum lebar..
"Adaka iya mama sesuai janji. Oh iya ini aku punya hadiah untuk mama.. Tunggu sebentar...Aku memberi kan kado untuk beliau sebagai kado pernikahan didepan semua orang..
"Apa ini nak??? Tanya mama dengan penasaran sekaligus senang karena kado dariku sangat banyak.
"Buka maki kuharap kita suka!!". Ucapku tersenyum lebar.
Sepasang baju dan cadar lengkap yang sangat cantik.. Tentu karena itu baju untuk dipakai Untuk acara pesta.. Dan 3 buah kotak besar dan kecil, beliau membukanya dan ya sebuah handphone samsung lipat terbaru dan sebuah hape Android baru.
"Nak ini??? Tanya mama terbata-bata dan takjub.
"Iye mama ...kan handphone mama rusak jadi aku membelikan mama yang baru kebetulan kami sedang ada rejeki!!"..ucapku dengan penuh senyuman.
Beliau kembali membuka kado yang berisi perlengkapan sholat baru yang sangat cantik lengkap dengan alquran, sajadah dan tasbihnya..Kemudian beliau membuka kotak yang paling besar.. Sepasang sepatu cantik dan tas untuk jalan-jalan..
Aku sangat menghapal ukuran dan selera mama karena kami sering pergi berbelanja bersama mulai dari pakaian sampai bahan makanan.
Mama memelukku dengan haru tentu saja semua yang ku berikan kepadanya adalah barang baru bukan barang bekas seperti yang dilakukan adik iparku selama ini. Bahkan disana masih tertera lebel harganya.
Mereka semua yang ada disana melongo dengan hadiah yang ku berikan karena mereka tidak menyangka menantu yang mereka anggap kurang ajar, menyusahkan orangtua dan menzolimi orangtua ini, memberikan hadiah yang bahkan semua anak apalagi menantu dari keluarga mereka belum tentu bisa memberikannya, sebagai penjual pakaian tante sangat tau harga barang-barang yang ku berikan bukan barang murah..
Ya bagiku memberi orangtua harus yang terbaik to mereka mengurus kita dengan cara terbaik. Barang itu mewakili kami dalam memberikan penghargaan kepada orangtua.
"Banyaknya itu mu kasihkan mama nak?? ". Tanya mamaku dengan Haru.
"Alhamdulillah ma kami sedang ada rejeki. Dan oh iya ada satu lagi aku harap mama Terima ya!!"..
Aku mengambil sebuah kotak perhiasan.. Membukanya dan memberikan kepada mama isi kotaknya Sebuah kalung emas
"Ya Allah nak". Mamaku berseru heboh.. Bahkan seluruh orang disana menyaksikan ikut Haru dan tak menyangka.
"Maaf ya ma ini hanya beberapa gram. Sebenarnya hadiah ini hadiah mama waktu lebaran tapi baru kesampaian". Ucapku memberikan kotak perhiasan itu.
Tante adik kandung mama melihat emas itu dan menimbangnya, "ini 20 gram?". Tanyanya lagi
Aku mengangguk...
"Ya Allah nak"... Mama memelukku dengan tangisan Haru.
"Diterima ma ya!! ". Ucapku membalas pelukan mertuaku.
mertuaku kemudian melihat suamiku.. Suamiku hanya mengangguk dan tersenyum kepada mama.
Mama mungkin tidak menyangka bahwa menantunya ini akan meperlakukannya se istimewa ini setelah apa yang dia lakukan padaku selama ini..
Bahkan Ainun menatap dengan tatapan iri karena aku bisa memberikan segala sesuatu yang tak pernah bisa dia beri.
"Terima kasih nak".. "Terima kasih".. Mama sangat senang dan memelukku..
"Ini semua hadiah untuk mama aku harap mama suka. Aku dan abinya umar sengaja memberikan mama kalung itu, katanya karena mama tidak pernah memakai perhiasan jadi kami memberikannya!!"..
"maafkan kami karena gram emasnya hanya sedikit!!". Ucapku merendah
Mereka yang ada disna tentu saja tak bisa berkata-kata. Ya tentu saja aku bukan orang yang perhitungan dengan orangtua jika kami punya tentu saja kami akan memberikan yang terbaik bukan barang sisa.. Bahkan ketika aku memasak pun aku sudah memisahkan terlebih dahulu baru aku makan.
Orangtua membesarkan kita dengan istimewa bahkan dengan seluruh yang dia miliki. Aku menyadarinya karena aku juga orangtua dan yang dilakukan orangtua pada kami itu juga dilakukan untuk anak kami.
Kami membantunya sesuai dengan kemampuan kami tanpa mengorbankan yang lainnya. Jika kami belum mrnikah tentu saja akan seluruh yang dimiliki abinya umar selalu dikasihkan ibunya hanya sekarang dia sudah menikah dan dalam ajaran islam harus didahulukan anak dan istrinya tanpa mengurangi ibunya, sebagai istri tentu saja aku mendukungnya meraih surga-Nya yang berada di ibunya tapi dia tidak akan bisa masuk syurga jika dia menelantarkan anak dan istri nya itulah sebabnya sebisa mungkin aku memberikan yang terbaik untuk ibunya..
Jika ada yang beranggapan bahwa kami tidak peduli pada orangtua tanyakan pada mama mertua saat kami berkonflik apakah kami tak pernah memberikan uang, memberikan makanan dan lain sebagainya..
Tidak kami tetap melakukannya karena bakti kami dan aku paling sebisa mungkin memberikan barang baru untuk orangtua. Walau kesannya seperti jahat tetapi itu lebih dibandingkan diberi langsung tapi bukan dia yang memakai.
Biar sedikit tapi beliau yang menikmati itu jauh lebih baik daripada banyak tapi dia tidak menikmatinya. Semua orang melihat ku terutama ipar jilid ku ini. Biarin rasain Makan tuh