Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memaafkan
Pernikahan sejatinya adalah menyatukan 2 kepala yang berbeda dengan tujuan mencari Ridho Allah. Menikah dan berumah tangga harus saling bekerja sama dan memiliki komunikasi yang baik. Pemahaman agama juga menjadi kunci agar kelak ketika menikah dan terjadi badai Allah dan segala peraturannya menjadi rujukan utama untuk pemecahan masalah walau sebagai manusia biasa tentu saja bisa khilaf dan salah.
Saling menghargai, saling kerjasama, kejujuran dan yang paling penting membuang segala ego yang bisa merusak rukunnya rumah tangga. Memahami dan menunaikan hak dan kewajiban sebagai pasangan. Belajar menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tidak ada orang yang sempurna didunia ini.. Dia semua hanyalah manusia biasa yang bisa salah.
Seperti pernikahan kami, pernikahan 2 orang yang memiliki pengetahuan agama tapi berjalannya pernikahan tidak semulus kelihatannya. Pernikahan tidak akan pernah sehat jika hanya satu yang berjuang dan dilimpahkan satu saja tugas terutama dalam hal pengurusan dan pendidikan formal dan agama bagi anak.
Memang madrasah pertama seorang anak adalah ibunya tapi madrasah agama pertama adalah ayahnya. Kewajiban utama seorang ayah selain nafkah adalah menanamkan dan mengajari tentang nilai agama dan peraturan dan ketentuan Allah, begitupun jika perannya sebagai seorang suami dia juga harus menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dan syarat dari Allah.
Sebelum menikah alangkah baiknya mengetahui dan memiliki pendidikan dasar akan pernikahan. Hak dan kewajiban kita sebagai pasangan begitu, pun dengan pasangan kita. Kita tidak boleh hanya menuntut hak tapi melupakan sebagian kewajiban kita. Salah satu contohnya perkara nafkah bathiniah.
Seorang perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk maka dia akan senantiasa bengkok. Perempuan juga dilengkapi indra perasa yang sangat sensitif dibandingkan lelaki. Jika dia mencintaimu maka dia akan memperlakukan mu seperti raja tapi jika dia sudah lelah dan memilih menyerah dan itu menggunakan hatinya maka bersiaplah untuk kehilangan dirinya. Jika kau tidak bisa memenuhinya dengan materi berlimpah jangan sakiti dia dengan hatinya karena hatinya lah yang sangat rapuh.
Seperti yang kini ku rasakan, aku tidak mengerti apakah semua ini adalah ujian bagiku, kenapa lelaki yang berpaham dengan agama seperti ini memperlakukan ku sebagai istri. Dia memang baik dan hampir tidak pernah kasar padaku selain awal menikah, uang urusan rumah pun aku yang mengelolah hanya saja perhatian dan kepekaannya yang tidak pernah bisa berubah.
Aku lelah, seharusnya jika aku sakit bantulah minimal untuk anaknya, to mereka itu bukan orang lain tapi anak kandungnya. Sebegitu tega kah dirinya mendengar tangisan mereka yang mengeluh lapar dan malah menunggu istri yang sakit untuk sekedar memasak makanan padahal dia juga bisa.
Ya Allah ya Rabbi, ayahku saja ketika aku sakit lebih memilih makanan jadi untuk dimakan daripada harus menyusahkan ku apalagi dia tau anakku sakit. ketiga anak ini anaknya juga bukan anakku saja. Apakah hanya aku yang berjuang bahkan ketika aku masih sakit harus kesana kemari mengurus keperluannya padahal dia punya tangan dan kaki untuk bisa melakukan. Sebegitu tidak dianggapnya kah aku ini istrinya kecuali dalam hal memenuhi kebutuhannya.
Aku yang sudah lelah memilih pergi walau tidak sampai bercerai. Aku sudah tidak bisa bertahan dengan lingkungan toxic seperti ini. Suami dan keluarganya hanya menganggapku seperti sapi perah.. Yang diperas setiap hari tenaga nya tapi ketika sakit diabaikan seperti ini..
Aku memulai kehidupan ku dengan anakku karena sudah lelah akan semuanya. Aku mulai undur diri dan menata hatiku kembali agar lelah dan kesakitan yang ku tanggung seorang diri berkurang.
Aku tak pernah menuntut soal nafkah tapi hanya ingin diperhatikan dan disayangi bukan hanya saat dia ingin menyalurkan hasrat biologis, aku hanya ingin adanya kerjasama diantara kami dalam mendidik dan membesarkan anak-anak kami. Kami suami istri akan hidup bersama bukan tinggal bersama.
Telah aku tinggal dimertua aku sangat memahami mengapa suamiku bersikap seperti itu karena ayahnya juga seperti itu. Dia sangat jarang bahkan tidak pernah membantu mengurus rumah kecuali mama mertuaku tidak ada dia mengurus dirinya sendiri. Mereka selalu beranggapan jika menyediakan makanan dan memasaknya akan mendapatkan pahala besar mungkin dia ingin memberikan semuanya kepada istrinya maka dari itu dia tak mau mengambilnya.
Drt.. Drt..
"Hallo assalamu'alaikum!!..
"Waalaikumsalam, Bagaimana kabarmu nak??
"Baik alhamdulillah". Jawabku singkat.
"tidak mauki pulang??, rindunya abinya umar sama anak-anak".
"Maaf untuk apa pulang?? Saya tidak mau jadi sapi perah dan pembantu secara gratis!!". Ketusku
"Tidak perlu.. Memang kalian bicara tapi faktanya kalian hanya tau menyuruh dan memerintah orang seenaknya seperti sapi perah. Bahkan ketika aku sakit dan tidak bisa mengurus anakku dia malah membiarkan semuanya dan malah menungguku sembuh baru mengurus rumah. Kalian semua sama saja jadi untuk apa saya disana. Saya tidak mau jadi pembantu gratis lagi".
"Nak maafkan Suamimu itu!! ". Ucap mertuaku Frustasi karena tak berhasil membujuk ku.
"Tidak perlu, mama dan anak mama itu sama saja bela saja terus.. Bahkan salah sekalipun to kalian berdua sama egoisnya!!. Assalamu'alaikum
Kututup sepihak telfon ku aku jengah pada mereka yang sangat keterlaluan..
"Dek tolong maafkan atas semua sikap keterlaluan ku kepadamu. Aku tau aku salah, aku sudah menyadari semua kesalahanku aku berusaha memperbaiki nya. Pulanglah aku rindu padamu dan anak-anak". Isi pesan dari suamiku..
"Tidak perlu kalau kau tidak suka bisa silahkan diurus perpisahan karena saya sudah tidak mau menjadi sapi perah untukmu. Bahkan kau tidak tau menghargai ketulusan orang. Kau hanya manusia egois yang hanya memikirkan kepentingan mu sendiri.
"Kenapa?? Karena sekarang tidak ada orang yang bisa mengurus mu tidak ada yang bisa jadi pembantu mu untuk selalu kau suruh padahal kamu bisa melakukannya. Jadi nikmati saja hasil dari keegoisan mu sendiri". Balas ku dengan kasar.
"Dek tolong maafkan aku!!".
Aku tidak membalas pesannya karena harus kembali bekerja.
Aku bekerja di sebuah perusahaan kontruksi yang menyediakan makan siang untuk karyawan nya. Bosku membutuhkan orang yang bisa mengurus hal itu jadilah aku digaji untuk melakukannya.. Aku juga dipercaya untuk memegang bagian keuangan tentang gaji seluruh buru dan tukang yang bekerja. Sedangkan Umar dia sekolah disni tapi ijazah tetap berada disekolah yang lama.
Keesokan harinya suamiku malah datang ketempat ku bekerja sambil membawa tasnya karena katanya kalau aku memang tidak mau pulang maka dia yang akan tinggal disini bersamaku.. Dia membawa ibunya dan juga om nya karena omnya yang mengantar ibunya jika dia tinggal disini.
Aku mempersilahkan mereka masuk dan masuk kedalam untuk mengambilkan mereka minum dan cemilan.
"Bagaimana kabarmu nak?? Tanya mertuaku dengan ramah
Baik alhamdulillah..jawabku singkat
"Biarkan suamimu tinggal disini nak dia sudah menyesali perbuatannya. Dia siap kamu tinggalkan jika dia mengulangi kesalahan yang sama kepadamu!!". Ucap mama mertua membujuk ku.
"Iya shofiyah, maafkan ahmad karena biar bagaimanapun kalian masih sah sebagai suami istri coba lah perbaiki. Dia sudah siap dengan konsekuensinya jika dia melakukan hal yang sama dan yang lainnya kepadamu!!". Ucap om nya dengan memelas.
"Iya dek kumohon maafkan aku!!".. Suamiku menangis dihadapanku menyesali apa yang dia perbuat kepadaku selama ini.
Aku tak bergeming mendengar penjelasan dan tujuan mereka datang kemari.
"Kalian pulang saja.. Saya sudah tidak membutuhkan nya karena saya sudah bisa mencari kehidupan bahkan sambil menjaga semua anak-anakku. To dia selalu berfikir jika tugas seorang suami hanya soal nafkah".
"Kalian orang yang berpaham dengan agama tau hak dan kewajiban tidak perlu aku menjelaskan panjang kali lebar.
"Kalian tau bagiku pernikahan itu 2 orang yang berjuang bersama meraih syurga Allah. Jika hanya istrinya saja berjuang dan suami merasa seenaknya hanya karena dia mencari nafkah merasa seperti raja. Dan memperlakukan istrinya layaknya pembantu terus untuk apa saya menikah dengannya to saya bisa mencari uang sendiri".
"Tidak perlu membawa agama dalam membenarkan kesalahannya!!".
Aku berbalik kepada om suamiku." Om tau sendiri bagaimana rasanya diabaikan dan tak diperdulikan oleh pasangan dan sekarang om mencoba membenarkan perlakuan keponakan om kepadaku??. Apa karena dia keluarga dan dekat dengan om jadi jika dia buat kesalahan kalian hanya akan memaklumi san menutupi segala kesalahannya??.. Ucapku jengah
"Nak maafkan dia dia sudah mengerti dan tau apa kesalahannya, dia sudah berjanji dan akan menepati konsekuensi jika sekali lagi dia melakukan kesalahan yang sama nantinya!! ".
"Beri dia kesempatan.. Kasian anak-anak biar bagaimanapun kalian memang suami istri dan dia ayah dari anak-anak.
"Iya dek tolong maafkan aku. Aku tak akan melakukan kesalahan yang sama!!". Ucapnya menangis.
"Baiklah dia boleh tinggal disini!!". Aku memang sudah memaafkannya hanya saja aku memang memberikannya pelajaran yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya.
"Terima kasih dek!!".. Ucapnya ingin memelukku tapi aku menghindari nya.
"Alhamdulillah.. Kalau begitu kami pulang ya nak karena kami akan kerumah sakit menginap karena akan menjaga nenekmu".
"Iya". ucapku