Bebas dan seenaknya adalah dua kata yang dapat mendeskripsikan seorang Dilon. Walaupun Dilon selalu membuat masalah di sekolah, tapi para murid perempuan tetap memuja karena ketampanan dan gaya cool nya.
Entahlah apa Olivia, si murid pindahan itu bisa dibilang beruntung atau malah musibah karena menjadi satu-satunya yang bisa membuat Dilon jatuh cinta kepadanya. Bisakah dua orang berbeda kepribadian itu bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata Sudah Mengenalnya
Akhirnya Olivia pulang juga ke rumahnya dalam keadaan selamat dan tidak ditemukan Dilon. Saat melarikan diri di sekolah itu benar-benar menegangkan, Olivia khawatir Dilon berhasil menemukannya.
"Kak Oliv, kita main ke luar yuk," ajak Kai tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Aduh gak bisa Kai, Kakak capek banget baru pulang sekolah," tolak Olivia sambil mengibaskan tangan di udara.
"Cih lemah banget, aku juga sama sekolah kok, tadi juga sempat ada olahraga lari," ujar Kai meledek.
Olivia lalu menyentil kening adik laki-laki nya itu, "Dasar bocah, kamu kan pulangnya dari tadi siang!" balasnya.
Kai hanya mengerucutkan bibir sambil mengusap keningnya yang sakit. Melihat wajah Olivia yang kucel begitu, sepertinya benar Kakaknya kecapean. Akhirnya Kai pun memutuskan pergi ke taman bermain sendiri.
"Ya sudah kalah gitu aku mau pergi sendiri aja naik sepeda," ujar Kai sambil memeluk bola nya.
"Jangan lama-lama mainnya, pokoknya sebelum jam enam sudah pulang. Kamu juga hati-hati di jalannya," ucap Olivia memberikan nasihat.
"Iya-iya, aku kan bukan anak kecil," sahut Kai lalu pergi dari sana.
Olivia hanya menggelengkan kepala melihat tingkah adik laki-laki nya itu. Ia pun segera masuk ke kamarnya untuk istirahat. Tidak bohong tubuhnya memang lelah, mungkin karena tadi dikejar-kejar Dilon.
"Tumben dia gak nelepon, bagus deh berarti gak ganggu," gumam Olivia melihat ponselnya yang tentram.
Perlahan kedua mata Olivia tertutup, dan tidak lama Ia pun terlelap tidur. Entah berapa lama Olivia tertidur, baru terbangun saat suasana kamar yang gelap. Olivia pun terlebih dahulu duduk.
Ternyata cukup lama juga Olivia tidur. Khawatir Mamanya datang dan memarahinya, Olivia memutuskan cepat-cepat mandi. Ia masih ingat jika malam ini ada makan malam bersama teman kerja Papanya.
"Astaga Kai, jangan bilang kamu baru pulang?" tanya Olivia saat keluar kamar.
Kai hanya tersenyum lebar sampai menunjukan deretan giginya, "Hehe iya, tadi di sana seru banget main bola," jawabnya.
"Aduh kamu ini, ya sudah sana cepetan mandi. Kita kan mau pergi makan malam di luar bareng temen kerja Papa," perintah Olivia.
"Iya-iya sebentar, aku mandi dulu."
Setelah memastikan Kai masuk ke kamarnya sendiri, Olivia pun turun menuju lantai bawah. Bibirnya langsung melengkungkan senyuman melihat Mamanya yang sedang memotong buah-buahan di meja makan.
"Mah kita kan mau makan di luar, Mama sudah makan duluan ya?" tanya Olivia menghampiri.
Saat Keisha menatapnya, terlihat wajah wanita paruh baya itu seperti terpesona, "Kamu sudah siap ya? Emang pinter dandan banget anak Mama ini," katanya.
"Hehe iya dong, kita kan harus nunjukin kesan yang baik sama semua orang, apalagi teman Papa dan Mama," ucap Olivia.
Keisha yang merasa bangga mendengar itu langsung mengusap rambut Olivia, tapi putrinya itu merengek untuk tidak mengacak-acak karena katanya sudah susah payah menata rambutnya.
Di pukul tujuh malamnya, keluarga kecil itu baru berangkat menuju Kafe bar milik teman Papanya itu. Tempatnya ada di sebuah gedung lantai tinggi, sudah pasti sangat mewah.
"Wah Kafe bar nya bagus banget Pah, ngerasa kaya lagi di luar negeri hehe," ucap Olivia.
Keisha mengangguk setuju, "Iya beruntung banget kita di undang kesini sama pemiliknya langsung."
Salah seorang pelayan yang mengenal langsung menunjukan meja untuk keluarga kecil itu. Katanya pelayan itu akan memanggil kan Pak Aiden, meminta mereka menunggu.
"Papa apa punya rencana untuk buka usaha begini?" tanya Olivia sambil melipat tangannya di atas meja.
"Mungkin? Tapi Papa belum kepikiran apa," jawabnya. Perhatian Papanya teralih pada sang istri, "Mungkin Mama bisa yang atur, kalau Mama mau Papa akan dukung."
"Hehe boleh-boleh, nanti deh Mama pikirin lagi usaha apa yang bisa untungin kita," angguk Keisha bersemangat.
Obrolan mereka lalu terhenti saat melihat Pak Aiden datang juga, melihat Papa yang berdiri mereka semua pun ikut menyanbut dan bersalaman. Pak Aiden lalu mempersilahkan duduk kembali.
Olivia memperhatikan pria paruh baya itu dalam, terlihat keningnya beberapa kali mengernyit. Entah kenapa wajah Pak Aiden itu seperti familiar, apa mereka sebelumnya pernah bertemu?
"Terimakasih banyak ya Pak Aiden sudah mengajak keluarga kecil saya makan malam di sini," ucap Papanya membuka obrolan.
"Sama-sama, saya juga senang kalian bisa datang ke Kafe bar saya yang baru buka ini. Terima kasih juga ya sudah menyempatkan waktu," sahut Pak Aiden.
"Ah jangan sungkan, kita kan klien kerja jadi harus selalu menjalin hubungan yang baik."
"Nah itu benar," angguk Pak Aiden lalu kedua pria itu tertawa.
Pak Aiden lalu memanggil pelayan untuk memesankan beberapa makanan utama dan spesial di Kafe miliknya. Cukup banyak yang dipesan, karena untuk mereka berlima.
"Saya baru tahu kalau Pak Kevin ini sudah punya anak gadis perempuan yang cantik," ucap Pak Aiden sambil melirik Olivia.
Papanya lalu terkekeh kecil merasa bangga sendiri, "Ah iya, ini pertama dia bertemu anda ya. Tapi bukannya Pak Aiden juga katanya punya anak laki-laki ya?"
"Ada, dan sepertinya umurnya sama dengan Olivia. Apa Olivia sekolah di Jakarta Internasional Hight School?"
Olivia mengangguk pelan, "Benar saya murid pindahan baru, kalau boleh tahu siapa nama anak Bapak?"
Mungkin saja kan Olivia kenal atau kalau tidak juga bisa kenalan dan menjadi teman dengan anak dari klien kerja Papanya itu. Lagi pula Olivia juga belum punya banyak teman.
"Namanya sama kaya nama Kafe bar ini, sebenarnya Kafe ini juga saya hadiahkan untuk dia," jawab Aiden.
Olivia lalu memperhatikan sekitar, bodoh sekali Ia tidak sempat menanyakan nama tempat makan ini. Ada sebuah hiasan nama di depan yang di warnai cahaya warna-warni, sepertinya itu nama Kafe Bar ini.
Kernyitan dalam langsung terlihat di kening Olivia saat membaca nama itu, Dilon. Tidak butuh waktu lama, ingatan Olivia langsung kembali pada kejadian itu. Pantas saja Pak Aiden wajahnya terlihat familiar.
"A-apa anda ini Papanya Dilon?" tanya Olivia sedikit gagap karena merasa gugup tiba-tiba.
"Iya betul, jadi kamu pacarnya Dilon ya?" tanya Pak Aiden sambil tersenyum tipis.
"Apa?!"
Keluarganya terlihat terkejut sampai terpekik pelan dan menatap Olivia bertanya. Tentu saja mereka sudah dengar kabar jika Olivia sedang dekat dengan seorang lelaki, tapi sangat mengejutkannya karena Dilon itu anaknya Pak Aiden.
"Ya ampun takdir apa ini? Rencana Tuhan memang benar-benar tidak bisa ditebak ya Pak. Ternyata anak kita lebih kenal dahulu dan sekarang sedang menjalin asmara," ucap Keisha tersenyum-senyum.
Olivia mengerang keras di dalam hati, entah kenapa tiba-tiba merasa terbebani. Kenapa Jakarta terasa kecil sekali ya? Rasanya sulit sekali menjauh dari Dilon.