seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
"Kak, aku turut prihatin atas keadaan ayah kamu," ucap Nabillah setelah mendengar cerita dari Delvin.
"Tapi, Kakak nggak boleh egois. Ayah kamu sedang membutuhkan kamu di sana," lanjut Nabillah sambil memeluk tubuh Delvin.
"Aku sebenarnya sangat terpuruk mendengar Papa sakit, Sayang. Tapi aku bingung dengan situasi sekarang. Mereka tidak pernah memikirkan perasaanku," jawab Delvin dengan suara bergetar.
"Kak, yang dikatakan Mama kamu benar. Kalau kita tidak bisa bersatu, apa kita harus memutuskan hubungan kita untuk sementara waktu?" tanya Nabillah dengan hati-hati.
Delvin langsung melepaskan pelukan Nabillah saat mendengar kata-kata itu lalu menatap Nabillah dengan wajah yang terlihat tidak suka.
"Tidak mau, aku tidak mau!" jawab Delvin sambil menggelengkan kepala dengan tegas.
"Kak, demi kebaikan kita—"
"Aku mohon, Sayang. Jangan memperkeruh suasana. Aku malah tambah hancur kalau kamu tidak ada di sisiku," potong Delvin, suaranya mulai bergetar.
Nabillah menarik napas dalam-dalam, lalu menatap wajah Delvin yang sudah dipenuhi air mata.
"Ya sudah, begini saja. Kamu ikut keluarga kamu ke kampung mereka dan temui ayah kamu. Ayah kamu sedang sangat membutuhkan kamu, Kak," ujar Nabillah dengan lembut.
Delvin mengangguk pelan. "Tapi kamu jangan meninggalkan aku, Sayang."
"Aku tidak akan meninggalkan kamu, Kak. Aku janji," jawab Nabillah sambil tersenyum. Ia kembali memeluk tubuh Delvin dan mengelus rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Setelah berbicara, Delvin segera pamit pulang kepada keluarga Nabillah. Setidaknya, beban pikirannya berkurang, dan ia memiliki pilihan yang lebih jelas.
"Aku pulang dulu ya, Sayang," ucap Delvin.
Nabillah mengangguk lalu tersenyum. Delvin mencium kepala Nabillah sekilas sebelum pergi.
"Seperti biasa, hati-hati di jalan. Jangan mampir-mampir," ujar Nabillah sambil mengingatkan Delvin.
"Iya, Sayang," balas Delvin sebelum masuk ke dalam mobilnya. Ia melambaikan tangan ke arah Nabillah, yang dibalas dengan senyuman dan lambaian tangan oleh Nabillah.
Nabillah pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil memikirkan sesuatu.
"Ya Allah, kalau aku memang tidak berjodoh dengan Kak Delvin, kenapa Engkau menaruh perasaanku padanya?" ucap Nabillah lirih. Tanpa disadari, air matanya mulai mengalir.
Sedangkan dalam perjalanan, Delvin juga sedang memikirkan sesuatu. Sejujurnya, ia malas pulang ke rumah hari ini. Jika pulang ke rumah, suasana hatinya akan mulai berubah. Tapi, mau bagaimana lagi, ia harus membicarakan hal ini dengan Mamanya.
Setelah beberapa menit, Delvin pun sampai di rumah. Ia melihat Mamanya yang sedang duduk di teras bersama Cherli dan Andika.
Sedikit cerita, Andika adalah suami dari Cherli dan mereka memiliki seorang anak bernama Shorlin, yang berusia 3 tahun.
Mama Ey yang melihat Delvin pulang pun langsung berdiri dan memegang lengan putra nya itu. Cherli dan Andika pun juga ikut berdiri
"Nak Mama ingin bicara dengan mu" ujar nya Mama Ey dengan lembut.
"Nanti setelah Delvin mandi, kita omongin soal ini Ma" ucap Delvin lalu menepis lengan Mama Ey dengan lembut dan meninggalkan mereka yang menatap nya dengan pandangan sedih nya.
.
.
"Aku ikut dengan kalian ke kampung," celetuk Delvin tiba-tiba, membuat mereka menoleh.
Sekarang, keluarga Delvin sedang berkumpul di ruang keluarga dan membicarakan hal ini lagi. Bagaimanapun juga, Delvin harus ikut, karena Papa-nya menginginkan Delvin untuk ikut.
Mereka yang mendengarnya pun senang, akhirnya Delvin memutuskan untuk ikut ke kampung.
"Jadi, kapan kita berangkat, Ma?" tanya Delvin.
"Minggu besok, kalau bisa," jawab Mama Ey, membuat Delvin mengangguk mengerti.
"Tapi, boleh nggak, Ma, Nabillah mengantarku sampai bandara?" tanya Delvin.
Mama Ey menatap Delvin, kemudian mengangguk memperbolehkannya, yang membuat Delvin tersenyum senang.
"Kamu sangat mencintai Nabillah, Vin?" tanya Cherli, yang mendapatkan senggolan dari Herman.
"Kakak sudah tahu jawabannya," jawab Delvin, yakin dengan perasaannya.
"Jangan terlalu jauh memberi Nabillah harapan, ya Nak. Kamu boleh mencintainya, tapi kamu tidak boleh mengambilnya dari Tuhan-nya, Sayang," ucap Mama Ey dengan lembut sambil mengelus rambut Delvin dengan penuh kasih sayang.
Delvin yang mendengarnya pun terdiam, menyadari bahwa apa yang dikatakan Mama-nya memang benar.
Tanpa menjawab perkataan Mama Ey, Delvin langsung melangkah kaki nya ke kamar. Mereka pun tahu betul apa yang sedang dirasakan Delvin saat ini.
..."Tolong tanyakan Tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya boleh mencintai hambanya?"...
TBC...