Wonderful Angela

"Semoga kau bahagia di tempat tinggalmu yang baru Khalisa, dan jangan pernah lupakan aku." lirih Angela sembari memeluk sang sahabat dengan erat.

"Kau juga jangan pernah melupakan aku Angela." Khalisa membalas pelukan Angela tak kalah eratnya.

"Liburan nanti, berkunjunglah ke tempat tinggalku yang baru. Aku akan mengajakmu berkeliling di sana." Ajak Khalisa setelah pelukan itu terlerai.

"Hem. Tentu saja." Angela menganggukan kepalanya dengan antusias.

"Ayo sayang, pesawat kita sudah mau take off." peringati Linda pada sang putri.

"Sebentar lagi mah." balas Khalisa. Kemudian wanita cantik itu mengambil sesuatu di dalam tasnya, dan memberikannya pada Angela.

"Simpan ini sebagai kenang-kenangan dariku Angela."

"Apa ini?"

"Sebenarnya hadiah ini akan aku berikan saat kelulusan kita nanti, tapi aku berikan sekarang saja." ujar Khalisa.

"Terima kasih Khalisa." balas Angela dengan netra berkaca-kaca. Gadis itu merasa terharu mendapat hadiah kecil dari sang sahabat yang akan pergi meninggalkannya.

"Kalau begitu terimalah ini, maaf karna aku belum menyiapkan hadiah apapun untukmu." Angela melepas kalung yang dikenakannya lalu memberikannya pada Khalisa.

"Kau yakin ingin memberikan kalung ini untukku? Bukankah kalung ini adalah kalung kesayanganmu Angela?" Khalisa nampak ragu untuk menerima kalung pemberian Angela. Sejak kecil Angela tidak pernah melepas kalung tersebut, dan selalu memakainya setiap hari.

"Aku memang menyayangi kalung ini, tapi aku lebih menyayangimu. Jadi terimalah." Angela meyakinkan.

"Terima kasih..." Lirih Khalisa dengan air mata yang berderai, kemudian kedua sahabat itu kembali saling memeluk seakan enggan untuk terpisah. Pelukan mereka baru terlerai setelah dibujuk oleh kedua orang tua masing-masing.

Angela tetap berdiri di tempatnya semula, sampai Khalisa luput dari pandangannya.

"Ayo sayang, kita juga harus pulang." ajak Emily, setelah melihat sang putri terdiam cukup lama di sana. Padahal Khalisa sudah pergi sejak beberapa menit yang lalu.

"Ini yang terbaik untuk Khalisa nak, dia akan lebih bahagia tinggal di tempatnya yang baru." ucap Edward pula. Emily dan Edward ikut mengantar Khalisa dan keluarganya sampai ke bandara bersama Angela. Sedangkan Jacob lebih memilih pergi ke rumah opa Alvin dan oma Shana dari pada harus ikut ke bandara, di sana Jacob bisa bermain dengan para sepupunya Albian dan Ameena.

"Iya pah, mah. Ayo kita pulang." ajak Angela sembari menggandeng lengan kedua orang tuanya. Kemudian mereka bertiga berjalan beriringan meninggalkan bandara internasional.

***

Setelah tiba di rumah Angela langsung menuju kamarnya. Saking sedihnya kehilangan sahabat satu-satunya, Angela sampai ketiduran karna merasa lelah terus menerus menangis.

"Akhirnya kau menemuiku lagi. Aku pikir kau sudah tidak mau bertemu denganku." ucap Angela saat bertemu dengan pria tampan yang selalu menemuinya di alam mimpi. Sudah beberapa purnama pria itu tidak pernah muncul lagi dalam mimpi Angela, namun malam ini pria itu tiba-tiba datang.

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya pria itu sembari menatap wajah cantik Angela yang sangat ia rindukan dengan intens.

"Karna semua orang telah meninggalkan aku sekarang, tidak ada orang yang mau berteman denganku lagi. Aku pikir kau juga begitu." lirih Angela dengan wajah merengut.

"Aku memang tidak mau berteman denganmu Angela. Tapi aku ingin menjadi suamimu." balas pria itu dengan lugas.

"Hahaha...kau ini masih sama seperti dulu, bicaramu suka ngelantur." balas Angela sambil tertawa renyah. pria itu tidak merasa tersinggung sama sekali atas sikap Angela. Ia malah merasa bahagia bisa melihat Angela tertawa lagi, setelah melihat gadis itu bersedih selama beberapa bulan terakhir ini. Walaupun pria itu tidak pernah hadir dalam mimpi Angela lagi, tapi ia selalu mengawasi Angela dari kejauhan.

Hari-hari berikutnya, hubungan Angela dan pria itu menjadi semakin akrab. Karna pria itu tidak pernah absen menemui Angela dalam mimpinya lagi seperti dulu. Saat-saat bertemu dengan pria itu juga selalu Angela nantikan, karna gadis itu sudah tidak punya teman lagi di dunia nyata.

"Kita istirahat di sini saja, aku sudah tidak sanggup lagi berjalan." ucap Angela apa adanya, gadis cantik itu merasa begitu lelah setelah mengelilingi taman yang begitu luas dan indah bersama pria itu.

"Baiklah, apapun yang kau inginkan." jawab pria itu. Kemudian keduanya memilih beristirahat di bawah sebuah pohon besar karna dedaunannya yang rindang dan meneduhkan.

"Angela, mau kah kau tinggal di sini bersamaku dan menjadi pasanganku?" tanya pria itu dengan nada serius.

"Maaf aku tidak bisa." Walaupun Angela merasa nyaman berada bersama pria tampan itu, tapi Angela sadar ada dinding tak kasat mata yang membatasi mereka.

"Kenapa? Apa kau tidak menyukaiku? Aku ini tampan dan bisa memberikan apapun yang kau mau." pria itu terus meyakinkan.

"Karna dunia kita berbeda, kita tidak mungkin bisa bersama apalagi menikah." lirih Angela dengan wajah pilunya. Sebenarnya hati kecil Angela juga menginginkan mereka bersama, tapi keadaannya yang tidak memungkinkan.

"Kalau aku jadi manusia sepertimu, dan tinggal di duniamu. Apa kau mau menerimaku Angela?" tanya pria itu.

"Tentu saja." Balas gadis bermata biru itu tanpa pikir panjang.

"Baiklah, aku akan menagih janjimu suatu saat nanti. Tapi sebeum hal itu terjadi, aku tidak akan menemuimu dulu walau dalam mimpi sekalipun."

"Kenapa kau tidak mau menemuiku lagi? Apa kau marah padaku?"

"Aku tidak marah padamu Angela. Hanya saja untuk menjadi manusia sepertimu, aku butuh waktu dan energi yang besar. Jadi aku tidak bisa menemuimu dulu." pria itu menjelaskan.

"Oh...begitu yah." Angela menganggukan kepalanya, walaupun Angela tidak yakin kalau yang dikatakan pria itu benar adanya. "Mana ada mahluk gaib yang bisa berubah jadi manusia?" Angela membatin.

"Kalau begitu kita harus berpisah sampai di sini, kita akan bertemu lagi setelah aku menjadi manusia." ucap pria itu sembari beranjak pergi.

"Tunggu dulu, setidaknya katakan dulu siapa namamu sebelum kau pergi?" pinta Angela. Selama ini Angela memang tidak tahu siapa nama pria itu.

"Arayan. Namaku Arayan." balas pria itu seiring dengan Angela yang terbangun dari tidurnya.

Bersambung.