cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
"Sudahlah, tidak perlu berlebihan, ayah hanya hanya minta padamu, ketika kita bertemu diluar, selain dirumah dan di sekolah, kamu tidak perlu mengatakan Jika kamu adalah putriku" ucap lian.
"Bagus ayah, aku juga tidak mau jadi kakaknya, sudah bandel, susah dinasehati pula" ucap rangga sambil terkekeh.
Jihan menghela nafas panjang, merasa kesal, dan memandang sinis ke arah ayahnya serta rangga.
"Jangan khawatir jihan, kamu bisa datang padaku dan mengatakan pada seluruh dunia, kalau aku ini saudaramu" ucap zidan sambil mengambilkan lauk untuk jihan.
Jihan sangat kesal mendengarnya, ia memasang muka masam dan memanyunkan bibirnya.
"Sudah jangan bercanda lagi, lanjutkan saja makanya" ucap lian mengambilkan minuman untuk jihan.
"Ada apa?, kenapa dengan gigimu sakit lagi?" Tanya lian saat melihat jihan terlihat tidak berselera makan.
"Buka mulutmu biar ayah lian" ucap lian.
Jihan tidak menuruti ayahnya, ia hanya memegangi pipinya merasakan sakit di gusinya.
"Baiklah kalau begitu, setelah ini, ayah akan membawamu berobat ke dokter" ucap lian.
"Tidak usah ayah, aku tidak mau" jawab jihan.
"Apa kamu lupa, saat gigimu sakit, kamu sampai berguling-guling dilantai" ucap lian.
"Tidak mau ayah" jawab jihan lagi.
"Kamu harus pergi periksa ke dokter" perintah rangga.
"Jangan memaksaku, sudah aku bilang tidak mau" ucap jihan sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Astaga, kita sedang makan, jangan menyuruhnya berobat, saat kita sedang makan" ucap pak hari menasehati semuanya.
"Jihan, kamu pasti makan sembarangan, hindari kebiasaan buruk ini, jangan makan daging terlalu banyak jika gigimu sakit, makan sayuran akan membuatmu lebih baik, jika tidak, gusimu akan terasa lebih sakit" nasehat pak hari kemudian mengambilkan sayuran untuk jihan.
"Makanlah cepat" perintah rangga membuat Jihan tersenyum bahagia merasa diperhatikan oleh pak hari dan rangga.
"Terimakasih ayah hari" ucap jihan tersenyum bahagia.
"Kring,,, kring,,," terdengar ponsel pak hari berdering.
"Siapa yang menelepon malam-malam seperti ini?" ucap pak hari saat mendengar ponsel berdering berkali-kali.
"Angkat saja mungkin penting" ucap lian.
"Dari neneknya rangga" ucap pak hari setelah melihat mana yang tertera di ponsel adalah neneknya rangga.
Pak hari memberikan isyarat agar semua diam, kemudian ia menekan tombol hijau pada layar ponsel.
"Assalamualaikum, bu, ada apa?, katakan saja" ucap pak hari setelah telepon terhubung.
Pak hari kemudian pergi menjauh meninggalkan semuanya, mencari tempat yang lebih sepi agar tidak terganggu saat berbicara.
"Aku sudah selesai, kalian lanjutkan saja makanya, aku pulang dulu, mau istirahat" ucap rangga beranjak pergi kembali ke rumahnya.
"Rangga, makananmu belum habis" ucap lian mencoba menahan rangga agar melanjutkan makannya dan tidak terburu-buru pulang.
"Setiap kakak mendengar ada telepon dari nenek dari pihak ibunya, dia jadi kehilangan selera makan, ibunya pasti ada dimana-mana" ucap jihan.
"Ibunya sudah ada Surabaya, dan kita tidak melihatnya, tapi kehadirannya sangat kuat" sahut zidan.
"Dia sekarang jadi istri orang kaya, dia bisa merasakan kehadirannya" ucap jihan.
"Baiklah, sudah cukup, saat kalian bersama dengan kakak pertama kalian, hati-hati dengan apa yang kalian katakan, setelah ini aku akan buatkan rangga mi ayam, jihan nanti kamu antarkan ke rumahnya" perintah lian.
"Baiklah, akan aku lakukan perintahmu, dari sekarang sampai ayah tua nanti, aku dengan setia merawatmu" ucap jihan asal.
"Lakukan saja, saat aku tua, aku tidak memerlukan dirimu untuk merawatku" jawab lian tidak mau kalah.
"Iya, bu, aku akan memberikan teleponnya pada rangga" ucap pak hari, kembali ke meja makan, namun tidak melihat ada rangga di tempat itu.
"Maaf bu, rangga sudah pergi ke luar, tidak ada di rumah, setelah dia pulang, aku akan menyuruhnya untuk meneleponmu, iya, sudah dulu, assalamualaikum" ucap pak hari kemudian memutus sambungan teleponnya. Lalu ia kembali duduk tidak jauh dari lian.
"Ini semua salahmu, kamu selalu mendukungnya, tidak masalah kalau dia tidak menelepon neneknya, tapi lihatlah setiap dihubungi rangga bahkan tidak mengangkat telponnya" ucap pak hari kesal.
"Apa yang sedang kamu bicarakan?, begitu rangga mendengar hal yang berhubungan dengan ibunya, dia tidak menyelesaikan makanya, mengapa begitu?, itu karena saat kamu dan titin bertengkar, kamu melakukan di hadapannya, apa kamu tahu, trauma apa yang ditimbulkan?, anak-anak jaman sekarang sangat rapuh, bisakah rangga dibandingkan denganmu?, kamu adalah seorang pekerja keras yang tidak punya perasaan, setidaknya aku lebih baik darimu" ucap lian tegas.
"orang tua, yang pengertian tidak akan membuang-buang waktu, kerjamu hanya masak, masak, potong, potong dengan pisau itu saja yang kamu lakukan setiap hari" ucap pak hari emosi, namun ia terus saja menyantap makanan sambil mengomel.
"Ha ha ha, kamu bilang aku hanya memasak, lalu memotong dengan pisau dan membuang waktu, kalau begitu jangan apapun yang aku masak" ucap lian sambil menahan pak hari menyantap makanan.
"Aku ini mau makan, kenapa kamu melarang ku makan" ucap pak hari kesal karena lian terus saja menahan, saat dirinya hendak memasukkan makanan ke mulutnya.
"Karena aku yang masak, kenapa kamu memakanya, jangan makan" ucap lian terus menerus menahan pak hari menyendok makanan.
Karena tubuh yang lebih kekar dari lian, pak hari terus saja makan meskipun ditahan oleh lian agar tidak memakan makanan yang dibuatnya.
"Sudah cukup, ayah, papa, hentikan semuanya!, berhenti saling menyerang, apakah kalian masih mau makan?" Tegur Jihan.
"Ya, aku masih makan" jawab pak hari melanjutkan makan saat lian tidak menahannya lagi.
"Aku juga" sahut lian kesal namun ia justru menambahkan sedikit sayuran pada pak hari.
"Papa kenapa nenek meneleponmu?"tanya jihan pada pak hari.
"Bukan apa-apa, kami sudah lama tidak berbicara, hanya sekedar menanyakan kabar, dia sangat merindukan rangga dan ingin berbicara dengannya" jawab pak hari.
"Berhenti makan, jangan makan lagi" ucap lian sesaat setelah pak hari menjelaskan.
"Kenapa kamu menjadi sangat pelit?"ucap pak hari.
"Aku hanya sedikit pelit padamu" jawab lian.
"Ambilkan aku sedikit air" perintah lian.
"Ha ha ha, ini ambillah" pak hari terkekeh lalu mengambilkan satu gelas air minum untuk lian.
Mereka pun tertawa kecil setelah nya, merasa konyol dengan tingkah masing-masing saat marah.
"Jangan dengarkan, mereka menyebalkan" ucap jihan pada zidan.
"Mungkin suatu hari nanti, aku akan benar-benar marah padamu sampai mati" ucap pak hari sambil tertawa kecil.
"Sudah lupakan saja" jawab lian.
Sesaat kemudian mereka telah selesai makan, sesuai janjinya lian segera membuatkan mi ayam untuk rangga dan diantarkan oleh jihan dan juga zidan.
Diruang keluarga lian tampak duduk santai melihat acara televisi sambil menikmati cemilan kedelai rebus.
"Seru sekali acaranya, aku sudah selesai mencuci piring, apakah pundakmu pegal, aku akan memijatmu biar terasa lebih baik" ucap pak hari begitu selesai mencuci piring dan langsung memijat pundak lian.
"Berhenti merayuku, aku sudah tau, apakah neneknya, membutuhkan sesuatu?" Tanya lian.
"Kamu sungguh pengertian, tentu saja, dia butuh sesuatu, dia bilang, suaminya titin akan datang, untuk bekerja selama enam bulan"ucap pak hari sambil memijat pundak lian.
Ditunggu komentarnya.