"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5. Perjuangan di Malam Pertama.
Zeva dan Arion sama-sama terkejut dengan apa yang Mama Audy katakan, sementara wanita paruh baya itu juga terkejut karna teriakan mereka.
"Kenapa kalian kaget gitu? Ini kan memang malam pertama kalian sebagai suami istri!"
Blush, wajah Zeva dan Arion sama-sama memerah saat mengetahui maksud dari ucapan Mama Audy.
"Kenapa? Apa kalian sedang berpikir tentang hal lain?" Mama Audy menaik-turunkan alisnya untuk menggoda pengantin baru itu.
"Ck, Mama ngomong apa sih!"
Arion segera berbalik dan menarik tangan Zeva untuk ikut bersamanya, sementara Zeva yang tidak siap langsung pontang-panting karna tarikan itu.
"baiklah, selamat malam pertama!" teriak wanita paruh baya itu lagi membuat langkah Arion semakin cepat.
Zeva berjalan dengan terseok-seok untuk mengikuti langkah Arion, sementara laki-laki itu tidak peduli dan tetap melangkahkan kakinya dengan cepat.
"Be-berhenti!"
Zeva menarik tangannya karna kakinya sudah tidak sanggup untuk berjalan, membuat Arion juga ikut berhenti.
"Kau lelah?"
Zeva langsung menatap Arion dengan tajam. "Apa katanya? Lelah? Apa matanya itu buta, pakek tanya segala!" Ingin sekali dia berkata kasar saat ini juga.
"Duduk di sini!"
Zeva tersentak saat melihat ada sebuah kursi di sampingnya, terserahlah dari mana laki-laki itu mendapatkannya, yang penting dia bisa duduk.
"Huh, kakiku mau putus rasanya!" Dia memijat kakinya yang terasa sangat pegal, baru kali ini dia benar-benar kelelahan.
Arion yang masih berdiri di tempat itu hanya diam sambil melihat apa yang istrinya lakukan, dia tidak bisa memijat. Jadi, tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membantu wanita itu.
Setelah beberapa saat, Zeva kembali berdiri saat kakinya sudah bisa diajak kerja sama. Lalu dia melirik ke arah Arion yang sejak tadi diam di tempat.
"A-aku mau ke kamar!"
Arion langsung mengangguk dan bersiap untuk memegang tangan Zeva, tetapi Zeva langsung mengangkat tangannya seolah-olah enggan untuk dipegang.
"Aku bisa sendiri!" Dia melangkahkan kakinya menuju kamar dan meninggalkan Arion yang masih diam sambil menatap kepergiannya.
"Hah!"
Arion menghela napas kasar, sesungguhnya dia juga sangat lelah hari ini. Apalagi harus menyambut banyak tamu, membuat wajahnya terasa kaku karna terus dipaksa tersenyum.
Dia lalu melangkahkan kakinya untuk menyusul Zeva, terlihat wanita itu sudah masuk ke dalam kamar.
Brak!
Zeva yang sedang membuka gaunnya terlonjak kaget saat ada seseorang yang masuk ke dalam kamar, sontak dia langsung berbalik agar punggungnya yang sudah terbuka tidak terlihat.
"ka-kau! Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan tajam.
Arion mengernyitkan keningnya dengan bingung. "Aku mau istirahat!" Dia lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi tanpa menghiraukan tatapan tajam Zeva.
Zeva tercengang dengan apa yang laki-laki itu lakukan, hingga tersadar saat mendengar pintu kamar mandi tertutup.
Brak.
"Astaga, sebenarnya laki-laki dari jenis mana yang sudah orangtuaku berikan ini? Kenapa dia naudzubillah sekali sih!"
Zeva menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal, bagaimana mungkin dia bisa bersama dengan laki-laki kaku seperti itu? Bukankah setiap hari urat sarafnya akan putus, jika menghadapinya?
"Hah, terserahlah! Toh aku tidak mencintainya!" Dia lalu merebahkan tubuhnya ke atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar. "Gavin, apa kau baik-baik saja?" Air mata kembali menetes dari sudut matanya, sudah beberapa hari ini dia tidak mengaktifkan ponselnya, yang mungkin saja Gavin sedang mencarinya.
Sementara itu, Arion yang sudah selesai mandi berdiri tegak di depan cermin. Dia sedang berpikir keras harus bagaimana menghadapi istrinya, karna memang selama ini dia tidak pernah berhubungan dengan seorang wanita.
"Ini kan malam pertama kalian!"
Blush, wajahnya kembali memerah saat mengingat kata-kata yang Mamanya ucapkan. Dengan cepat dia menyambar ponselnya yang ada di pinggir westafel, lalu membuka kolom pencarian dengan kata kunci malam pertama.
Bukannya Arion tidak tau tentang malam pertama, hanya saja dia tidak mau membuat Zeva kecewa. Apalagi ini malam pertama mereka, sudah pasti semuanya harus sempurna.
Setelah puas menjelajah gogling, Arion segera keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk saja. Langkahnya lalu terhenti saat melihat Zeva tertidur di atas ranjang, tanpa dia sadari kalau saat ini senyuman terbit dibibirnya.
"Dia pasti sangat lelah!"
Arion memutuskan untuk langsung memakai pakaiannya, dia harus segera memperbaiki posisi tidur Zeva yang nantinya akan membuat tubuh wanita itu menjadi sakit.
Dia mengangkat tubuh Zeva dengan perlahan agar wanita itu tidak bangun, tetapi gerakannya langsung berhenti saat tangannya langsung menyentuh kulit sang istri.
Deg. Mata Arion membulat sempurna saat melihat tubuh Zeva yang sudah setengah telanjang di depan matanya, karna gaun yang wanita itu pakai ternyata sudah terbuka.
Zeva yang sudah masuk ke alam mimpi tentu tidak sadar dengan apa yang terjadi, dia malah menggeliatkan tubuhnya sampai gaun yang dia pakai melorot ke bawah.
Arion langsung panas dingin saat melihat gundukan sintal Zeva yang nyaris terlihat sempurna, otak pintarnya sedang berpikir keras dengan apa yang terjadi.
Haruskah dia menyerang dan memakan Zeva saat ini juga? Atau menahan hasrat yang sudah sampai ke ubun-ubun?
"Hah!" Arion hanya menghembuskan napas kasar, secepat mungkin dia meluruskan tubuh Zeva agar tidak terjadi sesuatu yang diinginkan.
Setelah selesai, Arion menarik selimut untuk menutupi tubuh sang istri, kemudian dia duduk dengan lemas di atas sofa.
"Eemhh!"
Dia kembali melirik ke arah ranjang saat mendengar gumaman Zeva, terlihat wanita itu mengubah posisinya tidurnya ke arah samping.
"Baiklah, selamat tidur istriku!"
Arion segera mematikan lampu, dan berbaring di atas sofa. Tidak berselang lama, matanya terpejam dan menyusul Zeva ke alam mimpi.
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..