"Mas, aku hamil." ujar Bella menemui laki-laki berperawakan tampan itu di kantornya. Laki-laki yang malam itu menghabiskan waktu bersama Bella.
"Hamil? yakin itu anak saya?" tanyanya dengan sinis sambil menatap Bella dengan tajam.
"Iya Mas, ini anak kamu." jawab Bella apa adanya.
"Bagaimana bisa saya percaya itu ajak saya, sedangkan di malam itu kamu saja tidak berdarah sama sekali!!" ujarnya tanpa perasaan.
DEG...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
SALAH KAMAR MEMBAWA BAYI
21
Bella menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini aku belum ada keinginan untuk itu Bang, melihat tumbuh kembang Bintang saja dengan baik sudah membuatku bahagia tiada tara. Kebahagiaan yang belum tentu aku dapatkan dari laki-laki yang bergelar suami." jawab Bella menatap sedih anaknya.
"Tapi anak kamu juga butuh sosok seorang ayah, Dek. Kasihan dia tidak merasakan sosok seorang ayah dalam hidupnya jika kamu tak pernah menikah." Tak ada salah dalam kata Abangnya, hanya saja laki-laki mana yang mau dengan wanita seperti dirinya itu.
"Laki-laki mana yang mau denganku Bang? yang mau menerima aku dan anakku dengan ikhlas serta menerima masalalu kelamku hingga hadir Bintang dalam hidupku. Sedangkan ayah kandungnya saja memintaku menggugurkan dia saat dia masih tumbuh di rahimku." ujar Bella dengan sedih. Siapa yang tidak akan sedih menerima kenyataan seperti itu bahkan lukanya saja masih begitu terasa sampai sekarang.
"Tidak semua laki-laki itu sama, Dek," ujar Abizar menatap adiknya yang kelihatan sedih.
"Iya Abang benar, tapi apa mudah di zaman sekarang mendapatkan laki-laki yang mau menerima semua yang terjadi dalam hidupku? Laki-laki yang nanti saat bertengkar tidak akan pernah mengungkit masa laluku separah apapun itu masalahnya Bang?" ujar Bella menerawang dengan mata yang sudah mengembun.
"Sulit Bang, sangat sulit mendapatkan laki-laki yang seperti itu. Bahkan aku rasa tidak ada." lanjut Bella mengusap air matanya.
Abizar memilih untuk diam karena dirinya juga memikirkan hal yang sama dengan yang dikatakan Bella. Memang sulit menerima perempuan yang mempunyai masa lalu kelam seperti Bella, ditambah lagi dengan adanya anak dari masa lalu itu yang bisa saja jadi masalah dengan suaminya kelak jika laki-laki itu bukan orang yang ikhlas ditambah dengan keluarga pihak laki-laki yang tak menerima dengan sempurna kenyataan yang ada. Bukan bahagia yang di dapat adiknya malah sengsara.
****
"Maaf jika waktu itu membuat masa depan lo jadi hancur Bel. Andai gue nggak maksa lo buat minum alkohol itu mungkin saja kejadiannya tidak akan seperti itu. Sumpah gue nyesel Belum, maafin gue," Tegar menatap Bella dengan sorot mata penuh penyesalan. Karena dirinyalah temannya itu kehilangan masa depan yang cerah.
"Sudahlah Gar, aku sudah maafin kamu kok. Lagian semuanya juga sudah terjadi, jadi tidak perlu lagi mengungkit sesuatu yang tidak akan bisa kembali seperti semula." jawab Bella menampilkan senyumnya. Toh, dengan mengungkit dan meminta maaf juga tidak bisa mengembalikan keperawanannya.
"Tapi gue merasa bersalah sama lo, Bel," Tegar menatap Bella yang duduk di depannya.
"Iya Bella, gue juga merasa bersalah andaikan waktu itu gue nggak ngadain pesta dengan adanya alkohol sesuatu yang buruk itu pasti tidak akan terjadi sama lo." tambah Fajar.
"Sudah, dengan kalian berdua terus membahas hal yang berlalu itu juga tidak akan memperbaiki apa yang sudah terjadi di hidup aku kan? Jadi aku harap kalian lupakan saja masa lalu itu dan menatap kedepan agar rasa bersalah itu tidak terus menghantui." jawab Bella menatap Tegar dan juga Fajar bergantian. Lagian disini dirinya juga tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada mereka berdua, karena dirinya juga ikut bersalah.
"Ya sudah maafkan kami sekali lagi Bel," Bella menganggukkan kepalanya.
"Oh iya Bel, apa kamu nggak memberitahukan kepada laki-laki itu jika kamu hamil anaknya?" tanya Maryam.
"Sudah, aku bahkan menemui laki-laki itu saat aku mengetahui hamil dan waktu itu usia kandunganku sudah 2 bulan. Tapi ya gitu dia nggak mau mengakui anaknya." jawab Bella.
"Kenapa?" tanya Mei.
"Dia mengira anak itu bukan anaknya makanya dia nggak mengakuinya. Tapi sudahlah jangan bahas lagi karena aku malas mengingat hal itu. Mendingan kita nyari topik lain saja untuk dibahas." ujar Bella berusaha mengalihkan pembicaraan mereka. Jujur saja dia malas membahas sesuatu yang nggak akan ada gunanya lagi. Yang ada hanya luka yang semakin terbuka.
TBC