Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Menyuruhku untuk Menjilatmu
Pria tua berjalan dengan diikuti seorang wanita dewasa di belakangnya. Itu adalah Chen Qi dan Chen Lin. Mereka sudah menunggu Ling dari siang, tapi ia baru sampai rumah saat hampir malam. Emosi Chen Qi memuncak.
"Apa kau berkeluyuran lagi? Apa kau membuat onar? Apa kau tidak masuk kelas?" runtutan pertanyaan dilontarkan oleh Chen Qi.
"Ayah tenanglah. Jangan sampai emosimu mempengaruhi kesehatanmu," ucap Chen Lin menenangkan.
"Kau darimana saja Ling?" tanya Chen Lin. Nada suaranya tegas, tetapi terasa lembut. Mereka berdua belum ada yang melihat Liam sudah berhenti makan kue kering.
Ling sudah berdiri di hadapan mereka. "Kakek, Ibu, kelas selesai tadi siang. Setelah itu aku pergi ke perpustakaan dengan Tuan Muda Zhuo," ucap Ling menjelaskan dengan lembut. Setiap katanya mendebarkan hati Chen Qi dan Chen Lin. "Ada banyak yang harus kulakukan hingga pulang sedikit sore," lanjutnya masih menjelaskan dengan lembut.
Dua orang di depannya masih menatap Ling tak percaya. Benarkah dia masih Ling yang mereka kenal? Apakah Ling yang kasar telah berubah menjadi lembut? Perubahan mendadaknya membuat mereka belum percaya pada Ling.
Saat keheningan masih terjadi, beberapa penjaga kediaman Keluarga Chen masuk. "Tuan Muda, semua buku ini akan dibawa kemana?" tanya salah satu penjaga pada Ling.
Ling melirik mereka dan melihat buku pinjamannya. "Kenapa hanya ini?" tanya Ling hanya melihat sebagian buku. Matanya menatap tajam penjaga itu.
Penjaga yang ditatap sedikit gemetar. "Bu-bukankah itu milik Tuan Muda Zhuo?" tanyanya gugup.
"Bukan," jawab Ling singkat dengan nada dingin.
Para penjaga segera keluar dan kembali membawa semua buku Ling. Chen Qi dan Chen Lin masih membeku melihat apa yang mereka lakukan.
"Bawa semua ke kamarku. Susun di perpustakaan mini dengan rapi," perintah Ling.
"Baik Tuan Muda." Para penjaga itu langsung sigap berjalan ke kamar Ling. Mereka membawa buku-buku itu dengan hati-hati.
"Kakek, Ibu, mencatat buku pinjaman itu butuh waktu lama jadi aku pulang sore. Maafkan aku," ucap Ling kembali menatap Chen Qi dan Chen Lin.
Ling membaca buku? Ia bahkan meminjam ratusan buku dari perpustakaan? Apa dia kecelakaan sehingga otaknya mengalami gangguan?
Mereka masih diam, hingga sebuah suara menyadarkan mereka. "Tuan Tua, Nyonya, Tuan Muda, makan malam sudah selesai," ucap Paman Qian yang berdiri di meja makan yang sudah penuh dengan berbagai macam makanan.
"Baiklah ayo kita makan," ucap Chen Lin. Ia dan Chen Qi berjalan ke arah meja makan.
Saat mereka sudah duduk, mereka kembali terkejut. "Tuan Muda Zhuo! Sejak kapan kau berada di sini?" tanya Chen Qi.
"Bukankah aku dari tadi di sini?" tanya Liam sedikit canggung.
"Ah maaf aku tidak memperhatikanmu. Ayo kita nikmati makanan ini. Jangan sungkan," jawab Chen Qi.
Akhirnya mereka semua mulai makan malam bersama.
Chen Qi masih tidak menyangka cucunya bisa akrab dengan orang besar. Semua orang di Kota Urban tahu Liam adalah anak dari Keluarga Zhuo, keluarga ahli ramuan terkemuka. Jangan sampai Ling mencari masalah dengannya atau Keluarga Chen akan berakhir.
Chen Lin menatap putranya yang terlihat berbeda. Ada perasaan aneh menjalar di tubuhnya saat memikirkan Ling. Putranya menjadi lebih tegas dan dewasa. Ia menjadi pria yang lembut dan terlihat penuh kasih sayang. Chen Lin tersenyum tipis.
Sedangkan Liam sudah kembali menikmati kue keringnya. Setelah mengamati ekspresi Chen Qi dan Chen Lin, ia menyimpulkan bahwa mereka berdua juga kaget dengan perubahan Ling yang sangat drastis. Ternyata perubahan Ling juga terjadi mendadak di rumah ini. Liam pikir sifat Ling memang begini saat di rumah.
Lima belas menit kemudian, mereka selesai makan malam. Makan malam mereka berlangsung tanpa satu percakapan pun.
"Ling mengapa kau meminjam begitu banyak buku?" tanya Chen Qi.
"Untuk dibaca," jawab Ling. Ia meneguk air setelah makan kue kering.
Ia tak menyangka Ling akan membaca begitu banyak buku. Dulu ia sangat malas jika disuruh belajar. Chen Qi sudah berusaha membuat perpustakaan mini di kamar Ling agar ia tertarik, tapi tetap saja Ling menghiraukan itu. Namun sekarang ia melakukannya tanpa disuruh.
"Mengapa kau tak memintaku saja untuk membelikanmu buku? Tenang saja, aku akan memenuhi rak buku di perpustakaan minimu," ucap Chen Qi tersenyum. Meski ia belum percaya, ia sudah bahagia melihat perubahan Ling.
"Baiklah," jawab Ling. Ia bangkit dari kursi lalu berjalan menaiki tangga. Ia menuju kamarnya dan meninggalkan Liam.
Chen Qi melirik Liam yang melotot melihat kepergian Ling. "Tuan Muda Zhuo, kau berteman dengan Ling?" tanya Chen Qi penasaran. Liam dikenal sebagai orang yang tak mudah didekati. Namun ia merasa Ling sangat dekat dengannya. Ia sedikit khawatir jika hubungan mereka buruk.
"Ya, Tuan Tua," jawab Liam sopan.
"Aku harap kau dapat membantu Ling saat dia kesulitan. Maafkan aku menyusahkanmu," ucap Chen Qi. Chen Lin yang di sebelahnya mengangguk.
Tentu saja aku akan membantu Ling. Namun tunggu! Menyusahkanku? Tuan Tua aku takut malah aku yang menyusahkan Ling, batin Liam.
"Tidak masalah Tuan Tua," jawab Liam sopan.
"Apa kau juga membantu Ling membuat kartu akses perpustakaan?" tanya Chen Qi lagi. Ia tahu tak mudah untuk masuk ke perpustakaan itu. Hanya orang tertentu yang bisa memasukinya karena harga pembuatan kartu akses sangat mahal.
Melihat Liam yang diam, Chen Qi melanjutkan perkataannya. "Aku akan mengganti uangmu. Aku tahu Ling tak memegang uang sepeserpun. Maaf Tuan Muda, cucuku sangat merepotkan."
Kartu akses memang aku yang membayarnya. Namun Ling tak memegang uang sepeserpun? Apakah kartu bintang itu hanya kertas sampah yang tak dianggap? Ah jangan-jangan Ling tidak memberitahu keluarganya. Jadi Tuan Tua hanya tahu dia sudah menyita kartu Ling, batin Liam berpikir.
"Aku tak akan mengambil kembali apa yang sudah aku berikan Tuan Tua," jawab Liam sopan, mengambil inisiatif.
"Baiklah kalau begitu. Pergilah ke kamar Ling. Jangan sungkan. Kalian adalah teman," ucap Chen Qi lagi.
Liam mengangguk. Kemudian ia berjalan ke arah tangga yang tadi dilalui Ling. Di anak tangga pertama Liam berhenti sejenak. Ia membalikkan badannya melihat Chen Qi. "Tuan Tua, apa Anda tak akan mengembalikan semua kartu dan saku dimensi Ling? Dia menjadi yang terbaik saat tes ramuan tadi."
Tanpa menunggu jawaban dan tanpa memperdulikan ekspresi dua orang di meja makan, Liam melanjutkan perjalanannya.
*
Saat hendak masuk ke kamar, Ling dihentikan oleh Paman Qian. "Tuan Muda, aku senang kau bisa berteman dengan Tuan Muda Zhuo. Ia berasal dari keluarga hebat. Aku harap kau jangan menyinggungnya. Jika hubunganmu dan dia sangat baik, dia pasti akan membantumu saat kau kesulitan. Teruslah berhubungan baik dengannya, buat dia terkesan akan dirimu. Bagaimanapun semakin banyak teman semakin mudah hidupmu."
Setelah mengatakan itu, Paman Qian turun ke bawah. Ia bertemu dengan Liam di tengah tangga.
Sedangkan Ling masih berada di depan pintu dan menunggu Liam. "Mengapa ekspresi Paman Qian sangat aneh?" tanya Liam setelah berada di kamar Ling.
"Dia menyuruhku untuk menjilatmu," jawab Ling santai.
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.