NovelToon NovelToon
Satu Cinta Dua Hati

Satu Cinta Dua Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Kembar / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn

Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.



Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.


Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.

Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27

    Kevin hendak menjawab, tetapi ia mengurungkan keinginannya itu ketika kata-kata Davina terngiang-ngiang di kepalanya. "Apa kamu cemburu?."

    "Apa katamu?." Davina tidak bisa berkata apa pun, ia berhenti berjalan dan menatap Kevin dengan raut wajah tak percaya. Bagaimana bisa dia memiliki kesimpulan yang aneh itu?

    "Ya, kelihatannya kamu sangat marah karena aku sudah bertunangan, satu-satunya alasan yang masuk akal adalah karena kamu merasa cemburu." Jawab Kevin, lalu menyeringai.

    "Kau—" Davina melayangkan tatapan tajamnya kearah Kevin.

    Senyum di wajah Kevin semakin lebar ketika mendapati Davina perlu untuk mengoreksinya. Wanita buka suara dengan tegas, "Aku tidak cemburu! Tidak ada alasan untuk cemburu."

    Namun, Kevin yakin jika Davina merasa cemburu. Kalau tidak, mengapa Davina begitu marah karena Kevin menggodanya, ya meski pun dia sudah mempunyai tunangan.

    Entah mengapa perasaannya terasa ringan. Ia tersenyum lalu buka suara. "Aku akan membawamu ke rumah sakit untuk pemeriksaan."

    Sebelum Davina menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya, ia terjatuh. Karena tak terduga, ia pun secara naluriah melingkarkan kedua lengannya di leher Kevin.

    Dan ketika wanita itu menyadari apa yang telah ia lakukan, ia mulai menendang-nendang kakinya. "Turunkan aku! Aku tidak mengizinkanmu menggendongku!" Tuntutnya.

    "Sssttt.... Kamu berisik sekali. Kamu ingin semua orang tahu kalau aku menggendong mu? Suara teriakan mu akan membuat orang mengira kita sedang bertengkar." Kata Kevin dengan suara puraunya, sementara Davina menegang di pelukan pria itu.

    Akan lebih buruk jika ada orang yang melihat Kevin menggendongnya. Jadi, Davina memutuskan untuk diam, ia tahu Kevin tidak akan menurunkannya. Dan ia tidak ingin ada yang melihat mereka juga mengambil foto mereka di saat seperti ini.

    Sementara itu, Kevin menyeringai ketika Davina tenang dan membawanya menuju mobil sebelum akhirnya mengemudikan mobil menuju rumah sakit.

    Ketika mereka tiba di rumah sakit, Kevin segera memanggil dokter. "Aku ingin kau melakukan pemeriksaan menyeluruh pada tubuhnya. Dia terpeleset, tapi aku ingin memastikan kalau dia baik-baik saja."

    Davina memutar bola matanya, malas. Raut wajahnya terlihat datar. "Kamu hanya membesar-besarkan masalah, pergelangan kaki ku hanya terkilir."

   Kevin mengabaikan perkataan Davina. "Dokter, pastikan kalau kau melakukan pemeriksaan tubuh secara menyeluruh."

    Dokter itu menoleh ke arah Davina yang di paksa duduk di kursi roda oleh Kevin, setibanya mereka di rumah sakit tersebut. "Silakan, masuk ke ruangan pemeriksaan, Nyonya."

    Davina menghela napas pasrah nya. Ia tidak ingin Kevin terus mengomelinya, jadi ia setuju untuk pergi melakukan pemeriksaan tubuh secara menyeluruh.

Ketika dokter membawa Davina ke ruangan VIP, Kevin berjalan mendekati mereka. "Bagaimana keadaannya?."

    "Dia baik-baik saja. Pergelangan kakinya hanya bengkak, tetapi setelah di olesi salep selama beberapa hari, semuanya akan baik-baik saja."

    

    "Kau yakin, dokter? Apa kau sudah memeriksa apakah dia mengalami luka dalam?." Tanya Kevin lagi.

    Dokter itu tersenyum dengan ramah dan menoleh kearah Davina. "Suami anda snagt5 mengkhawatirkan anda, Nyonya. Dia pasti sangat mencintai anda."

    Davina mengernyitkan dahinya. "Dia bukan suami ku, Dokter."

    Sebelah alis dokter itu terangkat. Ia memperhatikan keduanya dan berpikir mereka tampak seperti pasangan suami istri.

    Pria itu kemudian terkekeh kecil. "Maaf, dia begitu khawatir pada anda sampai-sampai saya berpikir kalau kalian berdua sudah menikah."

    "Kami hanya orang asing. Dia melihat saya terluka dan kemudian menawarkan bantuan, hanya itu saja." Jawab Davina.

    Berdiri di samping brankar nya, Kevin hampir batuk berdarah mendengar kata-kata Davina.

    'Apakah Davina serius mengatakannya? Wanita itu baru saja menganggap Kevin sebagai orang asing setelah semua yang pernah mereka lalui dalam beberapa minggu terakhir.

    Rahang tegas Kevin mengeras dan ia mengepalkan tangannya.

    Setelah dokter itu pergi. Ia menatap Davina. "Apakah kita masih orang asing, meski pun kita pernah bekerja sama?.

    "Memangnya kenapa kalau kita bekerja sama?." Suara Davina terdengar dingin dan tegas. "Bukankah kenyataannya kita memang orang asing?."

    "Aku tidak setuju... Kita bukan orang asing." Jawab Kevin.

    "Kita akan selalu menjadi orang asing, Tuan Kevin. Satu-satunya hal yang menghubungkan kita hanya kerja sama perusahaan yang sudah berakhir. Sekarang, kita hanyalah orang asing."

    Kevin menelan salivanya dan merasa seperti ada yang menusuk dirinya. Kata-kata Davina sangat menyakitkan.

    Ia menatap Davina dan ia dapat melihat jika wanita itu kembali membangun tembok-tembok di antara mereka. Kehangatan yang pernah ia lihat sebelumnya sudah menghilang dan Davina kembali menjadi wanita yang akan selalu bersikap dingin padanya.

    Perasaan frustasi merayapi dirinya. Bagaimana ia bisa mengerti wanita itu? Mengapa Davina juga selalu bersikap waspada kepada dirinya?

    "Davina, aku—"

    Ponsel Davina berdering, ia menoleh ke arah Kevin. "Terima kasih atas bantuannya, aku harus pergi sekarang."

    "Biar aku saja yang mengantar mu pulang, kamu meninggalkan mobilmu di pelabuhan." Kata Kevin menawarkan.

    Tetapi Davina menggelengkan kepalanya. "Aku akan mengirim seseorang untuk mengambilnya dan aku sudah mengatur dengan apa aku pulang. Aku tidak akan menganggu mu lagi malam ini."

    Davina beranjak dari brankar dan berjalan dengan tertatih-tatih. Melihat hal ini, Kevin berjalan mengikutinya, ingin menyakinkan Davina agar dirinya bisa mengantarkannya pulang.

    Ketika mereka sampai di pintu keluar, Kevin mengira jika Davina akan memanggil taksi, jadi ia kembali buka suara. "Ayo pulang, aku akan mengantarmu dengan mobilku—"

    Namun, sebuah mobil mahal berhenti tepat di depan mereka dan Aksa keluar dari mobil. Dia tersenyum menatap Davina dan berjalan menghampirinya.

    "Aku datang secepat kilat... biar aku yang mengantarmu pulang." Kata Aksa dan Davina tersenyum pada pria itu, lalu mengulurkan tangannya.

    Aksa kemudian membantu Davina untuk berjalan mendekati mobilnya. "Aku selalu merepotkan mu, Aksa. Dan mobilku juga tertinggal di pelabuhan."

    Aksa membantu Davina masuk ke dalam mobilnya dan membantunya mengenakan sabuk pengaman. Dan itu semua tidak luput dari perhatian Kevin, pria itu dapat melihat jika Davina sama sekali tidak keberatan ketika Aksa yang membantu dan berada sangat dekat dengannya. Kevin merasa seperti ada yang mencakar hatinya.

    

    Aksa menutup pintu mobil dan berjalan memutari mobil. Tetapi sebelum ia sempat masuk di bagian pengemudi, ia menoleh ke arah Kevin. "Terima kasih sudah menjaga Davina, Tuan Kevin. Lain waktu, aku akan mentraktir mu makan malam sebagai tanda terima kasih."

    Tanpa menunggu jawaban dari Kevin, Aksa segera masuk kedalam mobil, tak ingin Davina menunggunya terlalu lama, ia menyalakan mobil dan kemudian melaju keluar dari halaman rumah sakit, meninggalkan Kevin yang melayangkan tatapan tajamnya.

    Davina bahkan tidak menoleh kearah Kevin sedikit pun, dia juga tidak mengatakan selamat tinggal atau sampai jumpa pada Kevin.

    Darah Kevin mendidih karena amarah yang meluap-luap dalam dirinya, hatinya terbakar oleh cemburu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!