Cinta Di Usia Senja

Sandra menunggu putranya dengan perasaan was-was. Terus terang saja, dia khawatir Jeffri mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia katakan sehingga menyinggung Daniel tersinggung. Semoga saja Jeffri tidak melakukan hal itu yang bisa membuatnya malu.

Sandra sangat ingin menghubungi putranya atau menghubungi Daniel tapi dia sedikit ragu karena dia takut mengganggu percakapan mereka berdua. Rasanya Jeffri sudah pergi begitu lama padahal dia baru saja pergi.

“Ya ampun, Jeffry. Mama harap kau tidak membuat malu,” Sandra berbicara pada diri sendiri dan dia tak bisa menutupi perasaan cemasnya. Entah sudah berapa kali dia memandangi ponselnya dan Entah sudah berapa kali dia ingin menghubungi putranya tapi lagi-lagi dia harus sabar menahan diri.

“Ma,” panggilan Jeffri terdengar setelah sekian lama dia berkutat dengan perasaan gelisahnya.

“Akhirnya kau kembali juga, Jeffry,” Sandra menghampiri putranya dengan terburu-buru.

“Kenapa Mama terlihat cemas seperti itu?”

“Tentu saja Mama cemas. Kau tidak melakukan apa pun pada Daniel, bukan?”

“Apa maksud Mama?”

“Hm, kau tidak memukulnya ‘kan?” Selain khawatir dengan perkataan putranya, dia juga cemas Jeffri memukul Daniel.

“Sepertinya Mama begitu mengkhawatirkan dirinya!”

“Mama juga mengkhawatirkan dirimu, Jeffry. Mama tidak ingin kau membuat masalah dengan siapa pun apalagi sebentar lagi kau dan Leony akan menikah.”

“Mama tidak perlu khawatir, aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak perlu!”

“Bagus. Itu berarti kau tidak memukulnya, bukan?” Dia kembali menanyakan pertanyaan itu untuk memastikan.

“Tentu saja tidak. Aku tidak memukulnya tapi bukan berarti aku tidak akan melakukannya. Jika dia berani menyakiti perasaan Mama maka aku yang akan mendatanginya lalu memukul dirinya.”

“Baiklah. Apa kau tidak mau memberitahu Mama apa yang kalian bicarakan?”

“Mama bisa berbicara dengannya tapi jawab pertanyaanku dengan baik, Ma?” Jeffri memandangi ibunya, “Apakah Mama benar-benar ingin menikah dengannya?” Bisa saja ibunya masih memikirkan gosip itu dan memutuskan menerima tawaran Daniel hanya supaya gosip buruk tentang mereka segera berhenti.

“Semua tergantung dirimu, Jeffri. Jika kau mengizinkan Mama menikah dengannya, maka Mama akan menerima lamaran darinya tapi jika kau tidak setuju maka Mama tidak akan melakukannya. Lebih dari apa pun, kau lebih penting dan persetujuanmu lebih berarti.”

“Jadi Mama akan menolak jika aku tidak mengizinkan Mama menikah?”

“Tentu saja. Mama tidak ingin hubungan kita menjadi buruk hanya gara-gara masalah ini. Kau bertanya seperti ini apakah kau tidak mengizinkan kami berdua untuk bersama?” Sandra memandangi putranya, begitu juga yang putranya lakukan.

Jawaban apa yang harus dia berikan pada ibunya? Dia tahu dia tidak boleh melarang hubungan ibunya dengan laki-laki itu.

“Kenapa tidak menjawab. Jika kau memang tidak setuju, katakan saja kau tidak setuju. Mama tidak akan memaksa supaya kau menyetujui keinginan kami untuk bersama.”

“Ma, aku benar-benar bingung tapi jika Mama merasa Mama mendapatkan kebahagiaan yang Mama inginkan saat bersama dengannya maka aku tidak akan mencegah. Aku akan menyetujui keinginan Mama tapi ingat, aku tidak akan memaafkannya jika dia sampai berani menipu dan menyakiti perasaan Mama.”

“Kami sudah tua, bukan lagi anak muda yang ingin mempermainkan perasaan seseorang. Kau tidak perlu khawatir. Mama tahu apa yang harus Mama lakukan jika seandainya kebersamaan kami tidak sesuai dengan harapan.”

“Aku harap Mama tidak salah memilih pasangan hidup di usia Mama yang sudah senja ini,” sebagai seorang anak, hanya itu yang bisa dia ucapkan untuk ibunya meskipun dia sangat ingin melarang ibunya untuk menikah tapi dia pun tak berhak melarang ibunya untuk bahagia,.

“Terima kasih, Sayang,”  Sandra menghampiri putranya lalu memeluknya, “Meskipun kau telah mengizinkan, Mama tidak akan memberitahunya dengan terburu-buru. Kita akan lihat nanti, seberapa seriusnya Daniel akan hal ini,” dia tahu masih ada anak-anak Daniel yang kemungkinan besar tidak menyetujui keinginan Daniel untuk menikah.

“Baiklah, aku akan percaya dengan Mama,” dengan berat hati dan memang harus mempercayai ibunya.

Sandra tersenyum dan mengusap kepala putranya dengan perlahan. Setidaknya Jeffri telah bertemu dengan Daniel dan hasilnya justru di luar dugaan. Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan tapi dia yakin putranya mengambil keputusannya dengan sulit.

***

Daniel menghubungi putranya setelah Jeffri pergi. Dia ingin putranya pulang malam ini karena dia ingin mengutarakan keinginannya. Dia juga ingin meminta putrinya kembali karena bisa saja Linda menginap di rumah ibunya lagi.

“Ada apa, Pa?” Menjawab panggilan darinya saja putranya terdengar enggan dan semua itu berubah setelah dia menikah.

“Papa ingin kau pulang malam ini, Dion.”

“Aku sedang sibuk karena aku harus menemani istriku.”

"Bagaimana dengan besok?"

"Aku pun tidak bisa karena aku harus menemani istriku."

"Jadi kapan kau bisa?" Daniel masih berusaha bersabar.

"Sepertinya aku tidak memiliki waktu, Pa."

"Jika begitu anggap ayahmu sudah mati!"

“Kenapa Papa berbicara seperti itu?”

“Papa hanya ingin kau pulang karena ada hal penting yang hendak Papa sampaikan padamu tapi kau tidak memiliki waktu untuk ayahmu ini, maka anggap ayahmu  sudah tidak ada!”

“Aku tahu papa berbicara seperti ini karena Papa ingin membicarakan masalah hubungan papa dengan seorang perempuan, bukan?” Beberapa sahabatnya melihat jika ayahnya bertemu dengan seorang wanita di sebuah restoran.

“Bagus jika kau tahu. Papa memang ingin membahas hal ini jadi luangkan sedikit waktumu untuk Papa. Papa juga rindu dengan putrimu jadi bawalah dia kembali.”

“Pa… Kau sudah tua, untuk apa kau menjalin hubungan lagi? Jika memang papa membutuhkan seorang teman hidup, seharusnya Papa memperbaiki hubungan dengan Mama!”

“Jangan berbicara seperti adikmu, Dion. Aku dan ibumu sudah tak bisa kembali bersama. Harus berapa kali Papa mengatakan hal ini padamu dan Linda jika Papa tidak bisa memaafkan perselingkuhan yang dilakukan oleh ibumu tapi kenapa kalian tetap memaksa Papa untuk kembali dengannya?”

“Karena yang pantas bersama dengan Papa hanyalah Mama!”

“Ibumu tidak pantas sama sekali dan Papa lelah menjelaskan hal ini dengan kalian. Papa tidak mau membahasnya lagi dan yang perlu kau lakukan hanyalah pulang tapi jika kau tidak bisa, Papa tidak akan memaksa tapi satu hal yang harus kau tahu, Papa ingin menikah dengan mantan kekasih Papa dan kalian tidak berhak melarang apalagi memaksa Papa untuk kembali dengan ibumu!”

“Aku tidak akan setuju dengan keinginan Papa!” Daniel menghela nafas mendengar perkataan putranya.

Dia benar-benar lelah menghadapi Putra dan putrinya yang keras kepala. Entah kenapa mereka tetap bersikukuh memintanya untuk kembali pada mantan istrinya.

“Jika begitu Papa tidak membutuhkan persetujuan kalian karena sampai kapan pun Papa tidak akan kembali dengan ibumu!” Daniel mengakhiri percakapan. Dia akan tetap menikahi Sandra walau putra dan putrinya tidak setuju.

Mungkin setelah mereka menikah, putra dan putrinya akan berhenti memintanya untuk kembali pada ibu mereka dan dia yakin, mereka dapat menerima hubungannya dengan Sandra cepat atau lambat.