Menikah secara tiba-tiba dengan Dean membuat Ara memasuki babak baru kehidupannya.
Pernikahan yang awalnya ia kira akan membawanya keluar dari neraka penderitaan, namun, tak disangka ia malah memasuki neraka baru. Neraka yang diciptakan oleh Dean, suaminya yang ternyata sangat membencinya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah Ara dapat menyelamatkan pernikahannya atau menyerah dengan perlakuan Dean?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu Unaiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
Enam bulan lebih pernikahan dengan Dean tak ada yang berubah dalam kehidupan Ara. Seperti hari-hari di rumah papanya dulu, asing. Bedanya kalau di sana ia masih memiliki Bi Wati yang bisa ia ajak mengobrol.
Dean adalah tipe orang yang sangat jarang berbicara, itu yang Ara tau dan Ara rasakan, ia sombong, juga kasar. Ia tak akan segan-segan bermain tangan jika ia merasa Ara melakukan suatu kesalahan.
Ara tidak tau apakah Dean memang orang seperti itu atau ia hanya seperti itu kepada Ara saja. Tak jarang Ara bertanya-tanya, apa yang salah dengan dirinya? Kenapa begitu sulit bagi dirinya untuk dicintai dan diterima?
Ara tidak tau harus bagaimana memperbaiki semua ini, mungkin saja kalau ia tau di mana letak salahnya bisa jadi ia akan berusaha memperbaiki. Kalau Ara punya sedikit keberanian untuk berbicara dengan Dean, mungkin Ara akan menanyakan apa salahnya sehingga laki-laki tersebut memperlakukannya seperti musuh. Meski begitu Ara tetap harus berusaha bertahan.
Ara menatap kue di hadapannya, kue dengan sebuah lilin di tengah. Hari ini adalah ulang tahun Dean. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas kurang dan Dean belum juga pulang. Kemana perginya laki-laki itu. Ara sebenarnya sudah sangat mengantuk namun ia memilih untuk menunggu Dean pulang. Bagaimana pun ini adalah ulang tahun pertama laki-laki itu setelah mereka menikah.
Setelah menunggu hampir satu jam suara mobil Dean akhirnya terdengar. Ara sudah sempat tertidur sebentar di meja makan. Ara segera siap-siap merapikan sedikit rambutnya dan kembali memeriksa kue serta kado di dalam kotak kecil terisi sebuah dasi berwarna biru tua dengan garis berwarna putih.
Mendengar suara pintu terbuka Ara segera berdiri dan menyalakan lilin kemudian ia berjalan ke arah ruang tengah dengan membawa kue tersebut di kedua tangannya, kadonya ia simpan di dalam saku piyamanya. Dengan senyum di wajah Ara menyanyikan selamat ulang tahun saat Dean muncul dari arah pintu.
"slamat ulang tahun, slamat ulang tahun, slamat ul... " nyanyian Ara menggantung di udara saat Dean hanya melewatinya tanpa menoleh sedikitpun seolah Ara tidak ada di sana. Laki-laki itu masuk ke dalam kamar.
Ara mematung, ingin sekali rasanya ia menangis, tenggorokannya sakit karna menahan tangis. Mencoba memaksakan tersenyum Ara kembali ke meja makan, ia duduk sebentar sebelum meniup lilin yang sudah meleleh hingga setengah. "selamat ulang tahun" ia bergumam. Dipandanginya kue di hadapannya. Apa Dean tidak menyukai kuenya? Atau dia tidak menyukainya karna Ara?
Mengenyahkan rasa sakit hatinya Ara memutuskan untuk kembali ke kamar setelah membersihkan meja makan serta menyimpan kue tersebut di dalam kulkas.
Dean sedang di kamar mandi, Ara kemudian mengeluarkan kotak persegi panjang yang sedari tadi menghuni saku kirinya kemudian meletakkannya di atas nakas di samping tempat tidur Dean. Setelahnya Ara memilih berbaring di sofa tempat biasa ia tidur, membungkus diri dengan selimut sambil menangis diam-diam.
Tak lama setelahnya Dean keluar dari kamar mandi bersiap untuk tidur, saat hendak mematikan lampu matanya menangkap sebuah kotak kecil di atas nakas kemudian ia melirik kearah seseorang yang sedang terbaring di atas sofa dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Dean mengambil kotak tersebut lalu membukanya dan mendapati sebuah dasi di sana. Tanpa berfikir panjang Dean segera menutup kembali kotak tersebut dan berjalan menuju tempat sampah di sudut kamar kemudian membuang kotak berisi dasi tersebut ke dalam tempat sampah.
Bagi Dean apa pun yang dilakukan oleh Ara tidak akan mampu untuk merubah keadaan di antara mereka. Dean akui Ara memang cukup tangguh karna masih bertahan sampai sekarang, Ara berasal dari keluarga kaya dan tentu saja ia diperlakukan sangat istimewa di rumahnya mengingat Ara adalah anak bungsu yang biasanya akan lebih manja. Tapi tidak apa-apa Dean akan melihat sejauh mana perempuan itu akan bertahan. Sampai akhirnya nanti dia menyerah dengan sendirinya.
***
Jika sebagian orang mengisi weekendnya dengan berjalan-jalan maka berbeda dengan Ara, weekend ia jadikan hari di mana ia akan membersihkan seluruh rumah. Seperti membersihkan kaca jendela, perabotan rumah dan halaman belakang yang diisi beberapa tanaman, tak lupa kolam renang yang selalu rutin dipakai oleh Dean setiap minggunya, meski tidak terlalu suka berada di sekitar kolam renang namun Ara tetap harus menjalankan tugasnya untuk membersihkannya.
Jika biasanya pada hari kerja ia hanya sempat mengepel dan mencuci pakaian maka pada weekend dia bisa membersihkan seluruh rumah-kecuali ruang kerja Dean dan beberapa ruangan yang masih terkunci- Ara suka bersih-bersih karna dengan begitu ia bisa melupakan sejenak segala tekanan yang ada di dalam kepalanya. Setidaknya saat ia sibuk dengan satu hal fikirannya tidak tertuju pada hal-hal yang membuatnya sedih.
Namun hal itu tidak bisa ia hindari saat matanya menangkap sebuah kotak persegi panjang yang sangat ia kenali, kotak hadiah ulang tahun Dean dua hari yang lalu, diraihnya kotak tersebut dan benar saja Dean membuang kotak tersebut beserta isinya. Seketika Ara terduduk di depan tempat sampah tersebut, matanya merah dan sedikit berair.
Ara memang tak pernah mengharapkan sikap baik dalam bentuk apapun dari Dean tapi entah kenapa rasanya tetap sakit meski ia sudah mempersiapkan diri untuk ini saat memutuskan untuk memberikan kado tersebut.
mendengar suara pintu kamar terbuka Ara segera berdiri eraih tepat sampah tersebut menyeka kasar air mata yang sempat menetes kemudian segera keluar dari kamar tersebut.