Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.
Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.
Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.
Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.
Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih baik
Sofia menerima telpon dari mata-matanya bahwa Elena telah berkunjung ke kantor dan pergi bersama Bella. Sofia kemudian meminta mata-mata itu untuk mengikuti mereka dan melihat kemana tujuan mereka. Yang membuatnya ngeri, dia menerima foto Elena dan Bella yang sedang berbelanja bersama dengan gembira.
Hati Sofia di penuhi dengan rasa cemburu. Dia telah berusaha keras untuk membuat Elena menyukainya. Namun, dalam usahanya yang terakhir, Elena bahkan tidak menoleh padanya sedikit pun. Pada titik tertentu, Sofia menerima bahwa Elena bukanlah orang yang suka bersosialisasi.
Namun, foto yang dilihatnya dari mata-matanya mengatakan yang sebaliknya. Elena tersenyum lembut pada Bella. Ada tatapan kasih sayang dimatanya seolah dia menganggap Bella seperti salah satu putrinya.
Takut jika Bella akan dapat merebut posisinya, Sofia memutuskan untuk pergi ke pusat perbelanjaan Rosella dan meminta untuk bergabung dengan mereka..
Sofia melihat Bella dan buka suara. "Bibi Elena, aku mempunyai selera yang sangat mahal dan sangat menyukai fashion, tidak seperti kebanyakan orang. Aku akan lebih bisa membantu Bibi memilih merek terbaik." Kata Sofia, memperlihatkan tatapan merendahkan pada Bella.
Saat ini, Bella mengenakan celana abu-abu polos dan jas. Sementara Sofia berdandan, dia mengenakan dress yang bagus. 'Apa menurutmu aku akan membiarkanmu menenangkan hati Bibi Elena?.' Batin Sofia.
Namun, Elena dengan cepat memecahkan gelembung kesombongan Sofia. "Masukkan yang Bella berikan sudah cukup dan saya menyukai gayanya. Ini memberikan kesan wanita karir. Lagipula ini adalah hari Senin, tidak perlu berdandan seperti pelacur karena malam belum tiba."
Bella tidak bisa menahan tawanya dan dia akhirnya tertawa terbahak-bahak saat wajah Sofia memerah karena malu.
"Ayolah Bella, kenapa kamu tidak memilih setelan yang kamu sukai? Ibu yang akan membayarnya. Ini adalah hadiah dari ibu untuk mengucapkan selamat padamu karena telah menjadi wanita yang begitu sukses." Sambung Elena menoleh pada Bella.
Ketika Elena mengajak Bella untuk pergi meninggalkan toko dan meninggalkan Sofia, wanita itu mengepalkan tangannya saat kebencian melonjak dalam dirinya.
**
Beberapa jam kemudian..
Sudah waktunya untuk pulang kerja. Setelah berbelanja dengan Elena, Bella diajak makan siang bersamanya sebelum akhirnya kembali kekantor untuk melanjutkan pekerjaannya.
Beruntungnya, Kenan tidak datang mengganggu nya hari ini. Bella mengira dia akhirnya mengambil memo itu setelah dia pergi pada hari sebelumnya dan dia akhirnya melepaskannya.
Bella sedang mengemasi dokumen ketika wanita itu tiba-tiba menerima pesan teks dari ponselnya.
Galvin: [Hei, aku ada luar]
Bella: [Di luar? Di mana?]
Galvin: [Di luar tempat kerja mu. Aku kesini untuk menjemputmu]
Galvin: [Aku tidak sabar menunggu kencan berikutnya agar bisa bertemu dengan mu lagi].
Senyuman cantik tersungging di bibir Bella. Galvin selalu lancar dalam berkata-kata.
Dan Bella tersipu ketika dia membalas pesan Galvin.
Bella: [Aku akan segera turun ke bawah dan menemuimu. Sampai jumpa lagi].
**
Ketika Bella baru saja keluar dari lift di lantai bawah, dia bingung ketika mendapati kerumunan para karyawan yang berdiri di luar, seperti tengah melihat sesuatu.
Karena penasaran, Bella ikut melihat dan ketika berhasil melewati kerumunan tersebut. Napasnya tercekat saat dia telah melangkah keluar. Terlihat, Galvin berdiri di luar mobil mewah dengan membawa buket bunga mawar merah yang besar ditangannya.
Dia tersenyum pada Bella ketika baru mengetahui jika Bella sudah turun dan memperhatikannya. "Hei cantik."
Kerumunan itu berteriak kagum dan jantung Bella berdegup kencang. Pipinya memerah saat menatap Galvin, dia tahu harus memberikan respon seperti apa.
Siapa yang tahu bahwa Galvin akan melakukan ini dan menarik perhatian semua orang? Tapi Bella akui, lelaki itu mengejutkannya.
Galvin berjalan mendekati Bella dan memberikan buket mawar itu. "Aku ingin bertemu denganmu, jadi aku datang ke sini. Boleh?."
Bella menggigit bibir bawahnya, merasa malu di bawah tatapan semua orang. Tetapi dia menganggukan kepalanya dan menerima bunga itu. "Ya, tidak apa-apa. Terimakasih untuk ini."
Galvin tersenyum, lalu mengajak Bella mendekati mobilnya dan tak lupa membukakan pintu mobil untuk Bella. Setelah itu, barulah mereka pergi dan para karyawan yang berkumpul tadi menyebarkan berita tentang pacar Bella.
Sementara itu, Kenan sedang bekerja lembur ketika asistennya berjalan bergegas menghampirinya dengan membawa iPad. "Anda perlu melihat ini, Tuan."
"Apa itu penting? Aku sedang sibuk." Bentak Kenan, jelas dia sedang dalam suasana hati yang buruk karena harus menahan diri untuk tidak mendekati Bella.
"Ini tentang Nona Bella—"
Kenan menjatuhkan file-file nya seperti barang tidak penting dan langsung meraih iPad Farel. Dahinya mengernyit ketika melihat foto-foto yang dibagi para karyawan nya di grup perusahaan.
"Apa-apaan ini?." Kata Kenan geram.
"Hm.. Galvin datang untuk menjemput Nona Bella dan membawakannya bunga. Semua karyawan terus membicarakan mereka." Kata Farel melapor dengan hati-hati.
Kenan memperhatikan foto-foto itu dan melihat betapa bahagianya Bella menerima bunga dari lelaki lain. Kenan merasa cemburu.
Dia mendongak melihat kearah Farel. "Mulai sekarang, dilarang bergosip di tempat kerja. Jika ada yang ketahuan menyebar rumor atau isu-isu seperti ini, mereka harus langsung di pecat!." Perintah Kenan.
Farel menelan salivanya. "Baik, saya akan segera mengumumkannya, Tuan."
**
Sementara itu, Galvin menurunkan Bella di apartemennya. Bella menghela napas, menoleh kearah Galvin."Sayang sekali, aku tidak bisa makan malam bersamamu malam ini. Aku sudah berjanji pada putriku bahwa aku akan menghabiskan waktu bersamanya sepulang kerja. Sahabatku menjemputnya hari ini dari sekolah, paling tidak yang bisa aku lakukan hanyalah makan malam bersamanya. Mungkin lain kali saja?!." Kata Bella menjelaskan.
Dalam perjalanan, Galvin mengusulkan untuk mentraktir Bella makan malam, tetapi wanita itu menolak, karena ingin menghabiskan waktu bersama dengan putrinya.
"Kapan aku bisa bertemu dengan putri mu?." Tanya Galvin kemudian dan Bella tersenyum.
"Aku pikir itu akan segera terjadi." Jawaban dan keluar dari mobil.
***
Saat Bella masuk kedalam apartemennya, Stevia bergegas berlari kearahnya dan memeluk pinggang Ibunya. "Mommy! Aku merindukan Mommy!."
Bella tertawa dan memeluk Stevia kembali. Dia membelai rambut putrinya. "Mommy lebih merindukan kamu."
Stevia mengernyitkan dahinya ketika melihat bunga dia tangan Bella dan matanya berbinar. "Apakah paman baik yang memberikan bunga ini? Apa dia akhirnya melamar Mommy?."
Bella hampir tersedak air liurnya. Dia tidak dapat memahami obsesi putrinya pada Kenan. "Bukan sayang, ini dari orang lain. Namanya paman Galvin. Apakah kamu ingin bertemu dengannya?."
Stevia menekuk bibirnya sebal, melipat kedua tangannya didada. "Tidak! Aku hanya menyukai paman baik hati itu." Kata gadis kecil itu dan langsung berlari kekamarnya.
Raut wajah sedih terlintas diwajah Bella. Rasa bersalah merayapi dirinya saat dia mempertanyakan pada dirinya sendiri apakah dirinya telah melakukan hal benar?.
***
Keesokan harinya, Bella mengira jika para karyawan akan memberikan tatapan aneh dan bergosip tentang dirinya dan Galvin kemarin. Namun, semua orang tetap melanjutkan urusan mereka masing-masing.
Bella pun melanjutkan langkahnya menuju departemen hukum dan ketika dia memasuki ruang kerjanya, desahan pelan keluar dari bibirnya saat melihat apa yang ada didepannya.
Ruang kerjanya itu di penuhi aroma bunga manis yang menenangkan jiwa. Ada vas kaca besar di atas meja dengan mawar langka berwarna keemasan-kemerahan. Mereka tampak begitu cantik dan rona emasnya berkilauan saat matahari bersinar melalui jendela.
Jantungnya berdebar kencang ketika dia mendekati mejanya dan mengambil kartu yang bersarang di bunga mawar. Saat dia membacanya, jantungnya berdebar-debar karena tahu siapa yang mengirimnya.
[Ini lebih baik.]
Senyuman kecil tersungging di bibir Bella saat dia membaca catatan tersebut. Dia mengusap mawar lembut itu dan jantungnya berdebar tak menentu, mengetahui dari siapa bunga mawar ini berasal.
"Apakah dia mengirimkan ini karena dia ingin mengalahkan Galvin?."
"Dasar! Kekanak-kanakan sekali." Gumamnya pelan, namun dia tidak bisa menahan senyum yang tersungging di bibirnya.
Dan jauh di lubuk hatinya, Bella menyukai tingkah Kenan yang kekanak-kanakan itu. Sisi dirinya yang ini mengingatkannya pada tahun lalu ketika mereka masih polos dan begitu gila akan cinta.
Sambil memegangi vas ditangannya, Bella mengangkatnya untuk menghirup wanginya dalam-dalam, menyukai aroma bunga yang memenuhi ruang kerjanya.
Sebuah tawa kecil keluar dari bibirnya ketika Bella mengingat pertama kali Kenan membelinya bunga. Lelaki itu malu ketika Elena membeberkan bagaimana Kenan menanam bunga di taman untuk diberikan pada Bella.
Elena juga mendesak Kenan untuk memberi Bella bunga yang dia tanam dengan susah payah untuknya. Telinga Kenan memerah, dia pergi dan kembali dengan seikat bunga aster di tangannya. "Aku menanam ini untukmu, Bella." Katanya saat memberikan bunga itu pada Bella.
Itu adalah momen termanis yang pernah Bella alami. Mereka pun mulai berkencan dengan serius beberapa saat setelah itu. Dan hari-hari itu, mereka begitu bahagia dan saling jatuh cinta, setidaknya itulah yang dia pikirkan sampai Kenan menghancurkan hatinya.
Bella benci jika hatinya berdebar karena Kenan, lelaki itu seharusnya menjadi musuh bebuyutannya, tetapi hati rapuhnya ini justru berkhianat tidak bisa mendapatkan memo itu. 'Makhluk sialan itu hanya melakukan apa yang diinginkannya....
"Permisi, Nona Bella. Anda diminta untuk bergabung dalam rapat kemitraan baru. Direktur hukum sebelumnya menangani semua kemitraan yang dimiliki perusahaan. Jadi, Anda akan mengambil alih," seseorang dari departemen hukum mengetuk pintu dan diberi tahu Bella.
Jantung Bella berdegup kencang, dia tidak tahu harus bagaimana ketika bertemu dengan Kenan setelah menerima bunga darinya.
"Terimakasih, aku akan kesana sekarang." Jawab Bella.
Dia memandangi bunga itu dan menggigit bibir bawahnya, bertanya-tanya apakah dirinya harus membuang bunga ini?. Sebuah pemikiran lain, di kepalanya muncul. Mengapa kamu membuang bunga yang begitu indah? Itu akan sangat sia-sia'
Sambil menghela napasnya. Bella meraih filenya dan pergi ke ruang konferensi. Namun, matanya terbelalak ketika dia masuk keruangan konferensi dan mendapati jika Galvin ada disana dan duduk disebelah seorang pengacara dan perwakilan mitra perusahaan.
Bella mengernyitkan dahinya. "Galvin? Kenapa kamu ada disini?."
Galvin tersenyum. "Perusahaan kami telah mendiskusikan aliansi dengan Narendra Corporation dan aku memutuskan untuk bertangungjawab atas proyek ini. Jadi, kita akan bekerja sama." Bella tersenyum, dia tersipu ketika rekan-rekannya menatapnya. Dia mengharapkan mereka untuk memberikan komentar seperti yang mereka lakukan pada hari sebelumnya tetapi mereka hanya diam dan memikirkan urusan mereka sendiri.
Segera, pintu ruang konferensi terbuka dan Kenan masuk dengan gagah. Dia mengenakan setelan serba hitam, memancarkan aura kuat yang memberinya rasa superioritas.
Wajahnya tanpa emosi, tetapi itu tidak menghentikannya untuk terlihat menawan. Dengan satu tangan disakunya, Kenan berjalan menuju kursi khusus untuknya dan mendudukkan dirinya di sana.
Awalnya, pandangan Kenan hanya fokus pada Bella, tetapi kemudian ia tidak sengaja melihat Galvin diseberang meja. Dan suhu diruangan tiba-tiba berubah negatif..
"Apa yang terjadi di sini?." Tanya Kenan dengan suara dinginnya.
Farel membungkuk. "Ini adalah perwakilan yang di kirim oleh Addison Automotive Group."
Kenan menyipitkan matanya, melihat kearah Galvin. "Apa penawaran anda?."
"Kami menawarkan untuk memasok kendaraan untuk Narendra Corporation dengan harga yang lebih murah. Semua karyawan tetap perusahaan bisa mendapatkan mobil kantor mereka sendiri dan perusahaan kami bisa membuat mobil khusus untuk Narendra Corporation dengan harga diskon—"
"Dan apa yang anda peroleh dari kesepakatannya itu? Menurut saya, menjual mobil dengan harga diskon tidak baik untuk bisnis anda." Kata Kenan, melihatnya dengan tatapan curiga.
"Kami mendapatkan eksposur. Narendra Corporation adalah perusahaan terbesar di negara ini. Jika grup kami bekerja sama dengan anda, perusahaan lain juga ingin bekerja sama dengan kami. Kemitraan ini akan melakukan periklanan untuk perusahaan kami. Sedangkan bagi anda, anda dapat menghemat banyak uang." Kata Galvin menjelaskan dengan sangat serius dan kemudian matanya menatap sekilas kearah Bella dan wanita itu memberinya senyuman tipis.
Tatapan mata penuh amarah terlihat di wajah Kenan ketika dia memperhatikan Galvin dan Bella. "Itu menarik, tapi saya harus mengatakan kalau saya menolak tawaran anda. Narendra Corporation tidak akan terlibat dalam kemitraan yang tampaknya mencurigakan." Setelah mengatakan, Kenan bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang konferensi.
Dan disaat yang sama, Bella merasa bingung. Usulan itu sepetinya bagus. Dia juga telah memeriksa file-file itu dan sepertinya tidak ada yang salah. Apakah Kenan menolaknya karena dia tidak menyukai Galvin?
"Permisi." Kata Bella dengan canggung, mengejar Kenan, mengikutinya hingga ke ruang kerja Kenan. Saat Kenan masuk dan hendak menutup pintu, Bella menahannya. "Kenapa kamu menolak tawaran yang begitu bagus itu? Aku tidak menganggapmu sebagai seseorang yang akan menolak kesepakatan bisnis yang menguntungkan hanya karena kecemburuan konyolmu ini!."
Kenan mengacak-acak rambutnya. Dia menatap Bella. "Aku menolak penawaran itu bukan karena aku cemburu. Ya, aku akui sebenarnya aku memang cemburu dan tidak senang karena kamu terlihat bahagia dengan lelaki lain, tapi ada sesuatu dari lelaki itu yang tidak aku sukai. Dia terlihat sangat mencurigakan dan aku ingin kamu jauh darinya." Kata Kenan.
"Memangnya kamu ini siapa? Sampai-sampai kamu berani melarangku dekat dengan siapa." Bentak Bella.
Mendengar hal itu, hati Kenan merasa sakit. Dia mengatupkan rahangnya. "Dia berbahaya dan merencanakan sesuatu. Aku tidak ingin dia berada didekat mu—"
"Cukup! Apakah egomu terlalu besar untuk menerima bahwa aku bisa move on dan mencari orang lain? Meskipun Galvin berbahaya, dia tidak bisa dibandingkan dengan dirimu, kamulah yang paling berbahaya diantara mereka semua!." Bella langsung pergi begitu saja, meninggalkan ruang kerja Kenan.