NovelToon NovelToon
Return 1984: Mulai Dari Sultan Perkebunan

Return 1984: Mulai Dari Sultan Perkebunan

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Anak Genius / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah sejarah / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Chuis Al-katiri

Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Pertandingan Tenis di Hari Minggu

Bab 27: Pertandingan Tenis di Hari Minggu

Sabtu, 25 Februari 1984

Seminggu terakhir menjadi masa paling damai bagi Arya dan kawan-kawan. Ketiadaan Dika dan antek-anteknya di sekolah membuat suasana lebih nyaman. Dika yang absen karena alasan sakit tidak lagi memamerkan kesombongan atau mencari-cari masalah, membuat Arya dan teman-temannya bisa lebih menikmati hari-hari sekolah.

Arya tahu bahwa Dika tidak masuk sekolah bukan karena sakit, tetapi karena malu kalah dalam persidangan hak paten minggu lalu.

Ketika jam istirahat, Arya, Saka, dan Abdi sibuk bermain kelereng di halaman samping kelas. Permainan berlangsung seru, diiringi dengan sorakan anak-anak lain yang ikut menyaksikan. Saat itu, Mitha mendekat dengan langkah tergesa-gesa.

"Saka, Windah mengajak kita main tenis besok di lapangan dekat rumahnya," ujar Mitha sambil tersenyum.

"Saka saja yang diundang? Aku dan Arya tidak?" celetuk Abdi dengan nada pura-pura kecewa.

"Kalian juga, kok. Kalau tidak punya raket, di sana ada penyewaan," jawab Mitha sambil menahan tawa.

"Oke, kami ikut!" saut Abdi bersemangat.

Setelah itu, Mitha kembali ke kelasnya, meninggalkan Arya dan kedua sahabatnya yang melanjutkan permainan kelereng mereka. Namun, seperti biasa, Abdi mulai menggoda Saka.

"Saka, sepertinya Windah tertarik sama kamu," celetuk Abdi sambil tersenyum jahil.

"Apa sih yang kamu bicarakan, Abdi? Kita ini masih anak SD, mana mungkin ada suka-sukaan," balas Saka dengan wajah memerah.

Arya hanya tertawa kecil melihat mereka. Ia tahu Saka sangat pemalu, apalagi jika digoda soal perasaan. Arya memutuskan untuk ikut menggoda sedikit.

"Benar, Saka. Windah itu cantik, pintar main tenis pula. Kalau dia benar-benar suka sama kamu, gimana?"

Saka menghela napas panjang. "Aku tidak tahu, Arya. Mungkin dia hanya ingin berteman. Lagi pula, aku mau tanya pendapat ibuku dulu soal ini."

Arya mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah, Saka. Tapi jangan terlalu dipikirkan. Nikmati saja momen-momen ini."

***

Pagi itu, pukul tujuh tepat, Arya dan Amanda menjemput Mitha dan Tiara di rumah mereka. Dengan semangat, mereka berempat berjalan kaki menuju lapangan tenis yang berada di dekat Masjid Jami’annur, salah satu masjid terbesar di Kota Sekayu. Udara pagi yang segar dan canda tawa di sepanjang perjalanan membuat suasana semakin menyenangkan.

Sesampainya di lapangan tenis, Windah sudah menunggu. Ia terlihat energik, mengenakan pakaian olahraga lengkap dengan raket tenisnya. Mitha dan Windah segera mulai bermain bersama Amanda dan Tiara, mengajarkan mereka cara memegang raket dan memukul bola dengan benar.

Arya hanya tersenyum melihat keseruan itu sambil menunggu kedatangan Saka dan Abdi. Sekitar pukul delapan, kedua sahabatnya akhirnya tiba, disusul oleh Putri yang datang bersama adiknya, Dimas.

"Kenapa lama sekali kalian datang?" tanya Arya sambil melipat tangan.

"Kami sempat mampir beli jajanan dulu," jawab Abdi dengan santai, memperlihatkan kantong plastik berisi kue-kue kecil.

Setelah pemanasan selama 10 menit, Putri mengusulkan pertandingan kecil agar permainan lebih seru. Semua setuju, dan akhirnya mereka membagi tim menjadi dua: anak laki-laki melawan anak perempuan. Arya dan Saka mewakili tim laki-laki, sementara Windah dan Mitha memimpin tim perempuan. Amanda, Tiara, Putri, dan Dimas menjadi penonton sekaligus penyemangat di pinggir lapangan.

***

Servis pertama dilakukan oleh Windah, dan seperti yang diduga, pukulannya sangat kuat dan terarah. Arya, yang baru pertama kali bermain tenis, hampir gagal menangkap bola tersebut. Namun, Saka yang refleksnya tajam berhasil memukul balik dengan sempurna.

Pertandingan berlangsung seru. Tim perempuan unggul di awal karena keterampilan Windah yang sudah sangat mahir. Gerakannya cepat dan penuh percaya diri, sementara Mitha membantu menjaga pertahanan tim mereka.

Di sisi lain, Arya dan Saka mulai menemukan ritme permainan mereka. Saka, meskipun berbadan gempal, memiliki kekuatan pukulan yang luar biasa. Arya, dengan kelincahan dan kecerdasan taktisnya, mulai membaca pola permainan lawan.

Skor pun perlahan seimbang. Tim perempuan terlihat agak kewalahan menghadapi kombinasi serangan Saka yang kuat dan strategi Arya yang cermat. Windah mulai mengarahkan bola lebih sering ke Arya, mencoba mencari celah dalam pertahanan tim laki-laki.

"Ayo, Arya! Jangan biarkan mereka menang!" teriak Abdi dari pinggir lapangan.

Di tengah permainan, Arya melakukan manuver mengejutkan dengan memukul bola ke sudut lapangan yang sulit dijangkau. Windah berusaha mengejarnya, tetapi bola itu meluncur dengan sempurna melewati batas garis. Poin untuk tim laki-laki!

***

Ketika skor hampir imbang, kedua tim bermain dengan penuh semangat. Windah dan Mitha mencoba strategi baru, mengganti posisi untuk mengecoh lawan. Namun, Arya dengan cepat menyadari pola tersebut dan memberi isyarat kepada Saka untuk tetap fokus.

Di akhir pertandingan, skor tetap seimbang. Semua pemain kelelahan, tetapi senyum kepuasan terlihat di wajah mereka. Abdi, yang sibuk bersorak sepanjang pertandingan, merasa sangat bangga karena tim laki-laki tidak kalah.

"Hebat sekali, Saka! Aku tidak tahu kamu jago main tenis," puji Arya sambil menepuk punggung sahabatnya.

"Terima kasih, Arya. Tapi aku rasa tanpa kerja sama kita, tim ini tidak akan bertahan," jawab Saka dengan rendah hati.

***

Setelah pertandingan, mereka memutuskan untuk makan bakso dan minum es campur di warung Mas Bambang yang terkenal di kota itu. Sambil menikmati makanan, obrolan mereka bergulir ke berbagai topik.

Putri tiba-tiba mengangkat topik tentang lomba cerdas cermat yang akan diadakan pertengahan bulan depan. "Aku dan Windah akan ikut lomba cerdas cermat itu. Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian juga akan ikut?"

Arya, Saka, dan Mitha saling bertukar pandang. Mereka berdiskusi singkat sebelum akhirnya memutuskan untuk ikut serta. Namun, karena lomba cerdas cermat membutuhkan tiga orang per tim, Abdi harus rela tidak ikut serta.

"Baiklah, kalian yang ikut. Aku akan jadi pendukung terbaik dari bangku penonton," kata Abdi sambil menyeringai.

Putri tersenyum senang. "Aku tidak sabar melihat kalian di lomba nanti. Semoga kita bisa bertemu di babak final!"

***

Siang harinya, mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Arya kembali ke rumah dengan perasaan puas setelah hari yang seru bersama teman-temannya. Namun, suasana di rumah berbeda dari biasanya. Ia melihat Sulastri dan Brata sedang sibuk merapikan seragam polisi Brata.

"Ayah, Ibu, kenapa kalian merapikan seragam polisi? Apakah ada acara di Polres?" tanya Arya penasaran.

Sulastri tersenyum. "Besok akan ada upacara penghargaan untuk polisi berjasa. Ayahmu adalah salah satu kandidat, dan dia juga akan naik pangkat."

Arya melompat kegirangan. "Apakah ayah akan menjadi AKP?"

"Iya, Arya. Besok ayah akan dilantik menjadi AKP," jawab Brata dengan bangga.

"Apakah jabatan ayah juga akan naik menjadi wakapolres? " Tanya Arya.

"Tidak Arya, wakapolres adalah jabatan untuk lulusan Akpol. Untuk lulusan PAG akan sulit menduduki jabatan tersebut, tetapi itu bukan tidak mungkin," Kata Brata menjelaskan.

Arya merasa sangat bahagia atas pencapaian ayahnya. Namun, tanpa ia sadari, hari esok akan mempertemukannya dengan seseorang yang membawa bayang-bayang kelam dari masa lalunya. Seseorang yang Arya tahu pernah menjadi penyebab utama kehancuran keluarganya di kehidupan sebelumnya.

1
RidhoNaruto RidhoNaruto
buat game coc bang 👍😁
RidhoNaruto RidhoNaruto
up bang.
RidhoNaruto RidhoNaruto
up bang
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
Ozie
awal cerita yang memerlukan banyak gelas kopi...
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa
thalexy
Aku bener-bener kagum, teruslah menulis thor!
Sri Sudewi
lanjut thor
Kuyung Agung: Terima kasih. tolong baca terus sampai tamat dan jangan lupa sarannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!