Dina, seorang janda muda, mencoba bangkit setelah kehilangan suaminya. Pertemuan tak terduga dengan Arga, pria yang juga menyimpan luka masa lalu, perlahan membuka hatinya yang tertutup. Lewat momen-momen manis dan ujian kepercayaan, keduanya menemukan keberanian untuk mencintai lagi. "Janda Muda Memikat Hatiku" adalah kisah tentang cinta kedua yang hadir di saat tak terduga, membuktikan bahwa hati yang terluka pun bisa kembali bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Keputusan yang Menentukan
Minggu pagi yang cerah membawa suasana baru di rumah Dina dan Arga. Setelah beberapa bulan menjalani kehidupan sebagai pasangan suami istri, mereka mulai merasa bahwa semuanya mulai berjalan stabil. Namun, kehidupan yang tampaknya sempurna itu segera diuji dengan sebuah keputusan besar yang harus dihadapi bersama.
Dina sedang duduk di ruang kerja, menatap laptop dengan serius. Sebuah email penting baru saja masuk yang menginformasikan bahwa salah satu proyek besar yang selama ini dia tangani memerlukan perhatiannya lebih jauh. Dina dihadapkan pada pilihan yang sulit: menerima tawaran untuk memimpin proyek besar yang akan membawanya bekerja ke luar negeri untuk beberapa tahun, atau tetap di Indonesia untuk bersama Arga dan membangun kehidupan mereka lebih lanjut.
Sementara itu, Arga di kantor, menerima telepon dari seorang investor besar yang menginginkan kerja sama lebih dalam lagi dengan perusahaannya. Ini adalah kesempatan emas yang akan membawa bisnis Arga ke tingkat yang lebih tinggi. Namun, ia sadar betul bahwa jika menerima tawaran ini, waktu bersama Dina akan semakin terbatas.
Kedua keputusan besar ini datang pada saat yang hampir bersamaan, dan keduanya memiliki dampak besar pada hubungan mereka. Sore itu, setelah selesai dengan pekerjaannya, Dina menatap suaminya yang sedang membaca laporan di meja makan.
"Ada yang harus kita bicarakan, Arga," kata Dina dengan suara serius.
Arga menatap Dina, matanya sedikit terkejut, tetapi ia segera meletakkan laporan yang sedang dibacanya dan beranjak mendekat. "Tentu, ada apa?"
Dina menarik napas dalam-dalam. "Aku mendapatkan tawaran untuk memimpin proyek besar yang akan membawaku bekerja ke luar negeri. Ini akan menjadi peluang besar untuk karierku, Arga. Tapi aku juga sadar bahwa itu akan membuat kita semakin jauh. Apa menurutmu ini keputusan yang tepat?"
Arga terdiam sejenak. Ini adalah keputusan yang sangat berat. Ia tahu betapa pentingnya karier bagi Dina, dan ia tidak ingin menghalangi impian istrinya. Namun, di sisi lain, ia juga tahu bahwa hubungan mereka akan menghadapi tantangan besar jika mereka harus berjauhan untuk waktu yang lama.
"Aku tahu betapa kamu menginginkan ini, Dina. Kamu sudah bekerja keras untuk mendapatkan kesempatan seperti ini," kata Arga pelan. "Tapi kita juga harus memikirkan apa yang terbaik untuk hubungan kita. Aku tidak ingin kamu merasa tertekan atau merasa seperti kita sedang mengorbankan kebahagiaan kita demi karier."
Dina menatap Arga dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "Aku juga tidak tahu harus bagaimana, Arga. Aku ingin sukses di pekerjaan, tetapi aku tidak ingin kita berjarak. Aku tidak ingin kehilangan apa yang kita bangun."
Arga meraih tangan Dina dan menggenggamnya erat. "Kita harus membuat keputusan ini bersama, Dina. Aku tahu kita bisa menghadapinya, apapun yang kita pilih. Aku tidak ingin membuatmu merasa terjebak, dan aku juga tidak ingin kita kehilangan momen berharga bersama."
Dina mengangguk pelan. "Aku rasa aku harus memikirkannya lebih dalam. Ini bukan keputusan yang mudah."
Hari-hari berikutnya terasa penuh dengan keraguan dan kebingungan. Dina dan Arga terus membicarakan pilihan mereka, mencoba mencari jalan tengah yang bisa menyelesaikan dilema mereka. Masing-masing dari mereka merasa berada di persimpangan jalan yang memaksa mereka memilih antara karier dan hubungan.
Namun, satu hal yang jelas bagi keduanya: mereka tidak ingin merusak apa yang sudah mereka bangun. Mereka ingin bersama, meskipun itu berarti menghadapi tantangan yang lebih besar dalam hidup mereka.
---
Pencarian Jalan Tengah
Setelah beberapa hari berpikir dan berdiskusi, Dina akhirnya memutuskan untuk mencari solusi yang dapat mengakomodasi keduanya. Ia tahu bahwa peranannya dalam proyek tersebut sangat penting, tetapi ia juga tidak ingin mengabaikan hubungan dengan Arga yang sudah mereka perjuangkan selama ini. Begitu pula dengan Arga, ia menyadari bahwa meskipun bisnisnya sangat penting, hubungan mereka adalah prioritas utamanya.
Suatu malam, setelah makan malam sederhana di rumah, Dina mengajukan ide yang sudah lama ia pikirkan. "Bagaimana kalau kita mencoba menjalani kehidupan di luar negeri untuk sementara waktu? Aku bisa menerima tawaran itu, tetapi kita akan mencari cara untuk membuat hubungan kita tetap dekat. Aku tidak ingin kehilangan kita hanya demi pekerjaan."
Arga terdiam sejenak. "Jadi, kamu akan pergi, tapi kita tetap akan berusaha untuk menjaga hubungan kita?"
"Ya," jawab Dina, penuh harap. "Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi aku percaya kita bisa melakukannya. Kita sudah menghadapi banyak hal bersama. Ini bukan hanya tentang aku atau kamu, ini tentang kita. Kita akan mencari cara agar jarak tidak menghalangi cinta kita."
Arga menghela napas panjang, kemudian meraih tangan Dina dengan lembut. "Aku tahu ini keputusan besar, Dina. Dan aku tahu aku harus mendukungmu, apapun yang terjadi. Aku akan berusaha menjaga komunikasi kita, dan kita akan berjuang untuk hubungan ini. Jika kamu merasa ini adalah yang terbaik untuk kariermu, aku akan mendukungmu."
Dina merasa beban yang ia rasakan seakan sedikit terangkat. "Terima kasih, Arga. Aku sangat menghargainya."
---
Ujian Jarak
Keputusan mereka akhirnya diambil. Dina menerima tawaran proyek besar tersebut, dan ia bersiap untuk pindah ke luar negeri. Meskipun mereka tahu bahwa hubungan mereka akan diuji oleh jarak, keduanya bertekad untuk menjaga komitmen mereka. Mereka sepakat untuk tetap saling memberi dukungan, berkomunikasi secara rutin, dan merencanakan kunjungan setiap kali ada kesempatan.
Hari keberangkatan Dina pun tiba. Di bandara, Arga mengantarnya dengan perasaan campur aduk. Ia merasa bangga karena Dina mendapat kesempatan yang luar biasa, tetapi ia juga merasa kehilangan.
Dina merangkul Arga erat. "Aku akan merindukanmu, Arga. Tapi kita akan melalui ini, kan?"
"Ya," jawab Arga dengan suara serak. "Aku akan selalu ada untukmu, Dina. Kita akan menjalani semuanya bersama, meskipun jarak memisahkan kita."
Dina tersenyum, meskipun matanya sudah mulai berkaca-kaca. "Aku akan kembali secepatnya. Kita pasti bisa menghadapinya."
Saat pesawat Dina lepas landas, Arga berdiri di depan jendela bandara, menatap langit biru dengan harapan. Meskipun jarak memisahkan mereka, ia tahu bahwa cinta mereka akan tetap kuat.
---
Membangun Kembali Kehidupan Bersama
Bulan-bulan berlalu, dan meskipun jarak membuat mereka sering merindukan satu sama lain, Dina dan Arga berusaha untuk membuat hubungan mereka tetap hidup. Mereka rutin berkomunikasi melalui video call, dan Arga selalu mengirimkan bunga atau hadiah kecil untuk Dina di setiap kesempatan.
Suatu hari, setelah beberapa bulan menjalani kehidupan yang penuh tantangan, Dina merasa telah mencapai puncak kariernya di luar negeri. Namun, ia mulai merasakan kekosongan dalam hidupnya. Keberhasilan kariernya tidak lagi memberi kebahagiaan yang ia harapkan. Ia merasa kehilangan sesuatu yang lebih penting — kebersamaan dengan Arga.
Suatu pagi, Dina menghubungi Arga melalui video call. "Aku merasa ada yang kurang, Arga. Semua ini tidak berarti tanpa kamu di sini. Aku ingin pulang, ingin kembali ke kamu."
Arga tersenyum. "Aku juga merindukanmu, Dina. Tapi, kita sudah melalui banyak hal bersama. Aku yakin kita bisa menemukan cara untuk menjalani ini, bahkan jika jarak masih memisahkan kita."
Dina mengangguk, merasa lega mendengar kata-kata Arga. "Aku sudah memutuskan, Arga. Aku akan pulang. Kita akan kembali membangun kehidupan kita bersama, di sini, di Indonesia."
---
Akhir yang Bahagia
Dina akhirnya kembali ke Indonesia, dan ia serta Arga memulai babak baru dalam kehidupan mereka. Walaupun karier mereka tetap menjadi bagian penting dalam hidup mereka, keduanya sepakat bahwa kebahagiaan bersama adalah prioritas yang tak tergantikan.
Dengan keputusan yang diambil bersama, mereka menyadari bahwa tidak ada yang lebih kuat daripada cinta yang mereka bangun selama ini. Kehidupan mereka mungkin tidak sempurna, tetapi bersama, mereka tahu bahwa mereka mampu menghadapi segala tantangan yang datang.
Cinta mereka terus berkembang, dan keduanya belajar untuk menghargai setiap detik yang mereka miliki bersama, meskipun dunia terus bergerak maju.