NovelToon NovelToon
My Crazy Daughter

My Crazy Daughter

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Setelah diadopsi Verio, kehidupan Ragna berubah. Apalagi saat mendapat ingatan masa lalunya sebagai putri penjahat yang mati akibat penghianatan.
Memanfaatkan masa lalunya, Ragna memutuskan menjadi yang terkuat, apalagi akhir-akhir ini, keadaan kota tidak lagi stabil. Bersama Verio, mereka memutuskan menuju puncak dalam kekacauan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Stevan membaringkan tubuhnya di atas ranjang, matanya terpaku menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Bayangan gadis remaja itu kembali muncul dalam pikirannya—wajah yang begitu mirip dengan mendiang istrinya, cinta sejatinya yang dia sia-siakan bertahun-tahun lalu. Ada sesuatu dalam tatapan gadis itu yang tak bisa dia abaikan, perasaan yang perlahan menggerogoti dirinya, menciptakan campuran rasa bersalah, rindu, dan sebuah harapan yang tak ingin dia akui.

Awalnya, dia hanya merasa curiga. Gadis itu muncul begitu saja, tampak begitu menonjol, seolah dunia sengaja membawanya ke dalam hidup Stevan untuk mengusik masa lalunya. Ketika dia mengetahui bahwa gadis itu bersekolah di tempat yang sama dengan Silvi, putri dari wanita yang dulu juga dia cintai, Stevan mulai menggali lebih dalam. Semua langkahnya berujung pada satu nama: Ragna.

Ragna, putri angkat Verio Ganeshara, seorang montir biasa yang hidup jauh dari gemerlap kemewahan. Informasi yang Stevan temukan membuatnya semakin yakin ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kebetulan. Gadis itu ternyata pernah diadopsi oleh tiga keluarga kaya, tetapi semuanya berakhir dengan Ragna dikembalikan ke panti asuhan. Riwayat penderitaannya membentang seperti luka yang terukir dalam, meninggalkan bekas yang Stevan rasakan setiap kali dia memikirkannya.

Namun, itu semua tidak membuat Stevan menyerah. Ketika dia tahu bahwa Verio hanyalah seorang montir dengan kehidupan sederhana, Stevan mulai merancang rencananya. Dia memutuskan untuk memberi peringatan kepada Verio, memintanya menjauh dari Ragna dan menyerahkan hak asuh gadis itu kepadanya. Dengan pengaruh dan kekuasaannya, Stevan bahkan tak ragu mengancam untuk memastikan Ragna tidak akan diterima di sekolah manapun jika Verio menolak.

Apa yang membuat semuanya semakin menarik bagi Stevan adalah fakta bahwa Ragna, meski berasal dari latar belakang yang sulit, adalah gadis jenius yang penuh prestasi. Dia adalah murid teladan yang menjadi kebanggaan para guru, nama yang selalu disebut dengan kagum di rapat sekolah. Tapi kemarin, semuanya berubah. Gadis itu dikeluarkan dengan alasan yang tidak masuk akal—dituduh mengganggu Silvi, putrinya sendiri.

Stevan menarik napas panjang, senyumnya tipis namun penuh makna. Dalam benaknya, rencana yang telah dia susun mulai terasa semakin dekat ke garis akhir.

“Sebentar lagi, Verio akan menyerah. Dia akan menyadari bahwa aku lebih pantas mengasuh Ragna,” pikir Stevan sambil mengusap wajahnya. “Dan aku yakin… dia adalah anakku. Anak kandungku yang hilang selama ini.”

Perasaan kemenangan memenuhi dadanya, meski di sisi lain ada sebersit keraguan kecil yang berusaha dia tepis. Bagi Stevan, saat ini hanya satu hal yang penting—membawa Ragna kembali ke kehidupannya, bagaimanapun caranya.

"Kita sudah mendaftarkanmu ke banyak sekolah, dan tak ada satupun yang mau menerimamu. Wow, luar biasa!" Verio bertepuk tangan sambil menggeleng-gelengkan kepala, ekspresinya penuh rasa tak habis pikir.

"Ya sudah, nggak usah sekolah kalau begitu," sahut Ragna cuek, nada suaranya santai seakan tak peduli.

Perkataan itu membuat Verio langsung mendidih. "Hei, hei, bocah! Kau harus sekolah, titik!" bentaknya sambil menyentil kening Ragna dengan keras. Gadis itu meringis, mengusap keningnya yang berdenyut, tapi wajahnya tetap datar tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Hari-hari berikutnya, Verio sibuk mencari sekolah yang mau menerima anak asuhnya itu. Setiap kali datang ke sekolah baru, hasilnya selalu sama: penolakan. Hingga akhirnya, setelah usaha yang panjang, Verio berdiri di depan sebuah gedung dengan plang nama sekolah yang tampak… tidak biasa.

"Pa? Serius?" Ragna melirik plang besar itu, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Lingkungannya suram, dengan pagar tinggi dan kawat berduri di bagian atasnya. "Ini sekolah atau panti rehabilitasi?" sindirnya, tatapan matanya penuh kecurigaan.

Verio menghela napas, lalu menatap gadis itu dengan wajah datar. "Aku nggak punya pilihan lain, Nak. Ini satu-satunya yang mau menerimamu," jawabnya tenang tapi tegas.

Ragna menatap Verio lama, berusaha membaca ekspresi wajah pria itu, sebelum akhirnya mendesah pelan. "Kalau aku keluar dari sini dengan teman-teman baru yang bawa borgol, Papa nggak boleh marah," gumamnya sinis sambil melangkah masuk ke gerbang sekolah yang terlihat lebih mirip penjara ketimbang tempat belajar.

"Jangan cari masalah, Ragna," tegur Verio sambil mengelus tengkuknya sendiri, merasa pusing membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Verio mengantar Ragna masuk ke kantor kepala sekolah, yang suasananya lebih mirip ruang interogasi polisi. Dindingnya kusam, pencahayaan remang-remang, dan meja kayu tua yang sudah mulai rapuh ada di tengah ruangan. Kepala sekolahnya, seorang pria tua berkumis tebal, duduk dengan pandangan tajam, seperti sedang menilai apakah Ragna layak ditempatkan di sini atau langsung dikirim ke lembaga lain.

"Selamat datang di SMA Ultimatum. Kami menerima semua siswa yang dianggap 'bermasalah', tentu saja dengan catatan khusus," ucap kepala sekolah itu sambil mengangkat alisnya. Matanya menyipit ke arah Ragna, yang membalas dengan ekspresi tak peduli. "Apa yang membuat Anda mendaftar di sini?"

"Oh, bukan aku yang daftar, Pak. Papa-ku, alias pria baik hati di sini, sudah menyeretku dari sekolah ke sekolah sampai akhirnya kami sampai di tempat... istimewa ini," jawab Ragna dengan nada sarkas, sambil menoleh ke Verio yang berdiri di sebelahnya.

Verio langsung memutar bola matanya. "Jangan bikin aku tampak seperti penjahat, bocah. Aku justru pahlawan di sini. Kalau bukan aku, kau mungkin sekarang sudah jadi peliharaan di rumah Stevan. Ingat itu."

Ragna mendengus kecil. "Pahlawan? Tolonglah, Pa. Kalau aku benar-benar punya pahlawan, aku sudah tinggal di istana, bukan mondar-mandir ke sekolah yang kelihatannya nyambung CCTV langsung ke kantor polisi."

Kepala sekolah hanya mengamati pertukaran sarkasme antara ayah-anak itu dengan ekspresi bingung sekaligus terhibur. "Saya rasa, Anda berdua memiliki hubungan... yang cukup unik," komentarnya akhirnya.

"Unik? Tentu saja. Aku punya anak asuh yang bakat sarkasnya hampir selevel dengan Einstein," balas Verio sambil tersenyum tipis. "Pokoknya, Pak. Terima dia, dan kalau dia bikin masalah, langsung beri tahu saya. Biar saya yang urus."

"Masalah? Papa, kenapa kau berbicara seolah aku ini seorang kriminal? Aku ini gadis polos yang hanya ingin mencari pendidikan di tempat sederhana," ujar Ragna, pura-pura bersikap manis sambil memasang ekspresi 'angelic'.

Verio hanya menatapnya dengan sorot datar. "Gadis polos, ya? Ya Tuhan, semoga sekolah ini punya tim pengusir setan."

Kepala sekolah akhirnya tertawa kecil, meskipun ia mencoba menutupinya. "Baiklah, kalau begitu, selamat bergabung di SMA Ultimatum, Nona Ragna. Saya harap Anda dapat menyesuaikan diri dengan baik... atau setidaknya, jangan meledakkan gedung kami."

"Meledakkan gedung? Wah, reputasiku sudah mendunia, rupanya," gumam Ragna santai, membuat Verio memijit pelipisnya.

Setelah semua formalitas selesai, Verio dan Ragna keluar dari ruangan itu, menuju parkiran. "Nah, sekarang kau resmi menjadi siswa di 'panti rehabilitasi' itu. Jangan buat aku dipanggil setiap minggu hanya karena kau punya hobi menyalakan bom molotov," ujar Verio sambil melirik putrinya dengan tatapan peringatan.

Ragna menyeringai. "Jangan khawatir, Pa. Aku akan sangat menikmati sekolah ini. Siapa tahu aku malah dapat proyek baru untuk menyalurkan kreativitas."

Verio langsung berhenti, menatap gadis itu dengan wajah penuh rasa frustrasi. "Astaga, apa aku harus membeli asuransi tambahan untuk sekolah ini?"

"Kupikir itu ide bagus," sahut Ragna santai sambil melangkah menuju motor Verio. "Kau selalu punya solusi yang cerdas, Pa. Aku bangga."

"Bocah sialan," gumam Verio sambil menghela napas, lalu mengenakan helmnya. "Naik. Dan ingat, jangan membuatku menyesal mengadopsimu."

Ragna tersenyum tipis. "Pa, kalau aku bikin masalah, bukankah itu hanya memperkuat ikatan kita sebagai keluarga yang... berwarna?"

"Keluarga yang berwarna? Aku lebih suka menyebutnya keluarga yang penuh drama," balas Verio sambil menyalakan motor. "Pegangan, Bocah. Dan tolong, jangan cari gara-gara di hari pertama sekolahmu."

"Kalau begitu, aku harus menunggu hari kedua, kan?" ujar Ragna sambil terkekeh, membuat Verio benar-benar ingin memukul kepalanya.

Ragna mengikuti langkah guru wanita yang menjadi wali kelasnya menuju ruang kelas baru. Suara gaduh dari balik pintu sudah terdengar sejak mereka masih di lorong. Begitu pintu kelas terbuka, kekacauan itu terpampang nyata: sekelompok siswa tampak sibuk membuat lingkaran di pojok ruangan, entah apa yang mereka diskusikan dengan bisik-bisik mencurigakan. Di sisi lain, beberapa siswi tampak asyik berdandan dengan cermin kecil di tangan, sementara sisanya tenggelam dalam dunia komik atau novel. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan seorang siswa yang patuh.

'Brak!'

Guru wanita itu menepukkan buku ke meja terdekat dengan suara yang cukup menggelegar. Seisi kelas langsung berjengit, dan dalam hitungan detik, suasana gaduh berubah menjadi hening. Semua mata tertuju pada guru itu, lalu beralih ke sosok Ragna yang berdiri di belakangnya.

"Kalian kedatangan teman baru. Harap beri dia sambutan yang baik." Suara guru itu terdengar datar namun mengandung ancaman terselubung. Ia menoleh ke Ragna dan memberi isyarat. "Silakan, perkenalkan dirimu."

Dengan langkah santai, Ragna maju ke depan kelas. Matanya menyapu seisi ruangan dengan ekspresi datar, tidak terlihat gugup atau antusias. Ia menarik napas pendek, lalu memperkenalkan diri, "Ragna Ganeshara. Mohon bantuannya."

Hening sejenak. Lalu salah satu siswa—seorang pemuda dengan rambut acak-acakan yang duduk di bangku tengah—mengangkat tangan seolah sedang di ruang sidang, tapi ucapannya jauh dari formal. "Hei, Nona. Kalau di sini kau mau jadi tuan putri, sayangnya istananya nggak tersedia. Ini tempat kaum biasa."

Beberapa siswa terkekeh mendengar ejekannya.

Ragna mengangkat alis, sedikit tersenyum sinis. "Oh, tenang saja. Aku tidak sedang tertarik memainkan peran tuan putri." Ia menatap pemuda itu dengan tajam. "Tapi kalau kau mau bermain jadi badut kerajaan, aku tidak keberatan memberimu panggung."

Tawa kecil di sudut kelas berubah menjadi ledakan tawa yang lebih keras. Siswa lain mulai melirik ke arah si pemuda tadi, menunggu reaksinya. Sementara itu, guru wanita hanya menghela napas panjang sambil mengusap keningnya, terlihat sangat lelah sebelum hari benar-benar dimulai.

"Baiklah, cukup," katanya akhirnya, memotong atmosfer kelas yang mulai ramai lagi. "Ragna, kau bisa duduk di bangku kosong dekat jendela itu. Dan untuk kalian semua, ingat, ini sekolah, bukan pasar malam. Kembali ke tempat masing-masing sebelum saya mulai membagikan pekerjaan tambahan."

Tanpa banyak bicara, Ragna melangkah menuju bangku yang ditunjuk. Ia melempar tasnya ke meja dengan santai dan duduk, memandangi kelas barunya dengan mata yang berkilat, siap untuk segala hal yang mungkin datang. Satu hal yang ia tahu pasti: hari pertama ini akan sangat panjang, tapi juga cukup... menghibur.

1
Listya ning
kasih sayang papa yang tulus
Semangat author...jangan lupa mampir 💜
Myss Guccy
jarang ada orang tua yg menujukkan rasa sayangnya dng nada sarkas dan penuh penekanan. tp dibalik itu semua,, tujuannya hanya untuk membuat anak lebih berani dan kuat. didunia ini tdk semua berisi orang baik, jika kita lemah maka kita yg akan hancur dan binasa, keren thor lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!