AREA DEWASA+
"Sudah ku bilang, kalau memang jodoh ku pasti tidak akan kemana!" ucap Marvel sambil memandang wanita yang selama ini menghilang entah kemana.
Sejak sekolah menengah atas, Kiran tidak pernah menduga jika ia akan di sukai oleh seorang pria yang terpaut usia dua belas tahun darinya.
Kiran sangat risih, gadis ini tidak suka dengan tatapan Marvel yang suka melihat dirinya dengan penuh nafsu.
Marvel, seorang pria tampan yang harus rela pernikahannya kandas di saat usia pernikahannya baru berjalan satu hari. Bukan tanpa alasan, semua itu di karenakan mantan istri Marvel tiba-tiba menggugat cerai dan lebih memilih pergi bersama laki-laki lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 05
"Ada titipan makanan untuk mu," kata Fani memberitahu Kiran sembari menyodorkan paper bag yang berisi makanan mahal.
"Dari siapa mbak?" tanya Kiran penasaran.
"Gak tahu juga, tadi ada tukang ojek yang nganter sih. Ya udahlah, makan aja. Mungkin makanan itu dari pengagum rahasia mu!" ujar Fani.
"Lah, kalau ada peletnya gimana mbak?" Kiran takut, "gak ah, gak berani makan aku!"
"Ya ampun, gak usah lebay deh. Nih baca, dari calon suami di masa depan!" ujar Fani menunjukan selembar kertas.
"Apaan sih, aneh deh!"
"Udah, makan sana. Kamu pasti lapar!"
"Yah, mau bagaimana lagi, rezeki tidak boleh di tolak ya kan?" ujar Kiran sambil tertawa.
Hujan turun semakin deras, toko kue sangat sepi hanya ada Fani dan Kiran berdua saja. Fani, wanita ini tidak berniat untuk menambah karyawan karena semua pekerjaan bisa di kerjakan Kiran dengan baik.
Pukul delapan malam, seperti biasa Gama menjemput Kiran dari toko kue untuk mengantarnya pulang.
"Makasih loh udah jemput!" ucap Kiran.
"Ya udah, masuk sana cepat. Istirahat!"
Kiran hanya mengiyakan, gadis ini masuk kedalam rumah sedangkan Gama juga langsung pulang.
"Anak sekolah setiap hari pulang malam. Mau jadi apa kamu?" tegur Sika, kakak tiri Kiran.
"Aku pulang kerja loh, gak seperti kamu yang cuma jadi beban orang tua!" sahut Kiran yang kesal.
Sika emosi, tidak terima di katai seperti itu oleh Kiran.
"Mending jadi beban orang tua dari pada jual diri...!" ucap Sika membuat hati Kiran semakin panas.
"Ya mending jual diri dapat duit, dari pada kamu pacaran mau aja di tidurin gratis lagi...!"
"Mulut mu ini, jahanam sekali....!"
Sika ingin menampar wajah Kiran, tapi dengan cepat Kiran menahan tangan kakak tirinya ini.
"Aku tidak mungkin kerja banting tulang jika kau dan ibu mu tidak menghasut ayah ku, tidak mungkin aku semenderita ini," ucap Kiran dengan sorot mata tajam.
Buk,....
Kiran mendorong Sika hingga membuat wanita itu jatuh tersungkur.
"Kiran, kau apa kan kakak mu hah?"
Desi berteriak, tidak terima jika anak kesayangannya di perlakukan kasar.
"Dia yang memulai, jadi jangan salah kan aku jika aku membalas!" kata Kiran.
"Ibu sakit,...!" rengek Sika manja.
"Mas, lihat anak mu. Dia menyakiti anak ku," adu Desi pada Hasan.
"Kiran,....!"
"Apa yah, apa ayah akan membela dia yang jelas-jelas bukan anak kandung ayah?" tanya Kiran sakit hati, "selama ini aku mengalah. Ayah tidak pernah membiayai hidup ku dan hanya fokus pada pendidikan anak tiri ayah ini. Bahkan kalian pun tidak pernah membiarkan aku makan nasi di rumah ini," teriak Kiran yang sudah emosi.
Baik Desi maupun Hasan hanya terdiam, Kiran yang sudah muak langsung masuk kedalam kamarnya dengan membanting pintu.
"Dasar anak tidak teratur. Apa begitu cara Yeni mendidik Kiran dulu?" Desi mencibir.
"Jangan bawa-bawa Yeni, dia sudah meninggal...!" ujar Hasan kemudian berlalu pergi.
Desi mengumpat kesal begitu juga dengan Sika. Bagi mereka Kiran hanya benalu yang tidak bisa di singkirkan dari rumah ini. Sikap Hasan yang tidak tegas membuat Desi dengan mudahnya berlaku seenaknya pada Kiran.
Malam berganti pagi, hari minggu yang membuat Kiran bosan. Rumah sepi karena Desi dan anaknya sedang pergi shopping.
Dengan Perasaan malas Kiran keluar kamar untuk menemui sang ayah yang saat ini sedang duduk menonton televisi.
"Yah,....!"
"Hemmm,....!"
"Empat bulan lagi aku ujian, aku ingin kuliah sama seperti Sika."
"Ayah tidak punya uang Kiran, kamu kerja saja!"
Mata Kiran mendelik, hatinya mendongkol besar.
"Giliran aku yang minta aja pasti selalu ngomong gak punya duit. Kalau Sika yang minta langsung ada. Sebenarnya aku ini anak kandung ayah apa bukan sih?"
"Kuliah itu butuh biaya masuk yang sangat banyak. Ayah tidak sanggup!"
"Gaji ayah kan lumayan besar. Bagaimana bisa ayah bilang gak punya uang? Sika bisa kuliah di universitas ternama, dia anak tiri ayah loh. Aku anak kandung ayah!"
"Sudahlah Kiran, kamu ini berisik! Gak usah kuliah, ngapain kuliah? buang uang saja!"
Kiran terdiam, hatinya bagai tertampar mendengar perkataan dari ayahnya sendiri. Gadis ini kembali ke kamar, mengambil tas kemudian pergi.
Hari masih pagi, Kiran tidak punya tujuan karena toko kue akan buka jam sepuluh pagi. Pada akhirnya Kiran memutuskan pergi ke makam ibunya, duduk di sana bercerita tentang peliknya hidup yang ia jalan sekarang.
"Kirain rindu sama ibu," ucap gadis ini, "kenapa ayah tidak pernah sayang sama Kiran?"
Gambaran langit pagi ini sama seperti gambaran hati Kiran. Mendung kelabu seperti ingin hujan lebat.
"Kiran cuma ingin di perlakukan sama. Ayah sama sekali tidak pernah peduli pada Kiran bu,...!"
Jederrrr......
Kilatan petir mulai menyambar, gadis ini tidak peduli dengan air yang sudah mulai jatuh membasahi bumi. Air mata Kiran menyatu dengan air hujan, sungguh hidup ini terlalu kejam untuk Kiran.
Tubuhnya mulai menggigil, dengan langkah gemetar Kiran keluar dari area pemakaman. Gadis ini berjalan lesu, jalanan tampak sepi menakutkan.
Tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti tepat di depan Kiran, membuat langkah gadis ini ikut terhenti. Mobil tersebut mundur, kembali berhenti tepat di samping Kiran.
"Hai bocah, ayo masuk. Jangan mandi hujan, kau bukan anak kecil lagi."
"Gak ah, gak mau!" tolak Kiran merasa takut.
"Mau masuk atau ku paksa masuk!" ancam pria yang berada di balik kemudi.
"Om ngikutin aku ya...?"
"Enak aja, kamu gak lihat kalau aku pakai baju olahraga begini?"
"Ya udah, sana pergi...!"
"Ayo cepat masuk, nanti kamu sakit...!"
Kiran terus menolak, Marvel semakin membujuk. Pada akhirnya Kiran luluh juga, gadis ini memutuskan masuk kedalam mobil Marvel karena tubuhnya benar-benar sudah menggigil.
"Om, mobil mahalnya jadi basah ni...!"
"Gak usah di pikirin," ujar Marvel kemudian langsung melajukan mobilnya.
Hujan semakin deras, Marvel mencari toko pakaian karena pria ini tidak tega melihat Kiran yang sudah menggigil.
"Ngapain berhenti di sini om?" tanya Kiran.
"Cepat turun dan ganti pakaian mu. Nanti kau sakit!" titah Marvel.
"Duh, aku miskin om gak punya uang!"
"Aku yang bayar!" seru Marvel langsung menyeret Kiran turun.
Benar-benar gila, Kiran tidak bisa membantah kali ini. Gadis ini langsung memilih pakaian dengan model sembarang kemudian langsung berganti di ruang ganti yang sudah di sediakan.
Setelah membayar, Kiran dan Marvel kembali masuk kedalam mobil. Kali ini Kiran duduk du kursi depan karena kursi belakang sudah basah.
"Kamu hujan-hujanan dari mana mau kemana?" tanya Marvel penasaran.
"Dari makam ibu, eh malah kehujanan!"
"Sekarang mau kemana?"
"Toko kue om, aku harus kerja!"
hhhh ayah macam apa itu, kok lah sama kyk ayah q..
😓
gitu lihat sinopsis nya sama kyk aq sama suami yg jarak umur 12th..
langsung penasaran sama ceritanya 🤭..
tp bagus juga loh, unik malah orang bisa jd hafal..