NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tertunda

Cinta Yang Tertunda

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:42.3k
Nilai: 5
Nama Author: winsmoon

Di sebuah taman kecil di sudut kota, Sierra dan Arka pertama kali bertemu. Dari obrolan sederhana, tumbuhlah persahabatan yang hangat. Setiap momen di taman itu menjadi kenangan, mempererat hubungan mereka seiring waktu berjalan. Namun, saat mereka beranjak remaja, Sierra mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Perasaan cemburu tak terduga muncul setiap kali Arka terlihat akrab dengan gadis lain. Akankah persahabatan mereka tetap utuh, ataukah perasaan yang tumbuh diam-diam akan mengubah segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winsmoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Arka melangkah keluar dari ruang rapat dengan ekspresi tegang yang sulit disembunyikan. Langkahnya cepat dan tegas, membuat Jevian yang masih membereskan dokumen harus tergesa-gesa menyusul dari belakang.

“Pak, lo kenapa? Muka lo tegang banget. Staff Finance yang presentasi tadi sampai mikir dia bikin kesalahan, tahu!” Jevian mencoba mencairkan suasana, meski nada bingung tak bisa ia sembunyikan.

Arka berhenti sejenak, menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. “Jev, ikut gue ke ruangan.”

Jevian mengerutkan kening. “Kenapa, Pak? Ada apa?” tanyanya penasaran, meski ada sedikit kekhawatiran di dalam suaranya.

Alih-alih menjawab, Arka justru melangkah lebih cepat, seolah menghindari diskusi lebih lanjut. Suasana semakin aneh, membuat Jevian tak punya pilihan selain mengikutinya. Langkah-langkah mereka menggema di sepanjang koridor, membangun ketegangan yang tak terelakkan.

Jevian hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kenapa Arka terlihat begitu muram, seolah ada beban berat yang menggelayut di pundaknya? Suasana di antara mereka terasa tegang, seperti ada sesuatu yang akan meledak kapan saja.

“Jev...” suara Arka akhirnya terdengar, tapi menggantung tanpa kelanjutan.

“Apa, Pak? Lo kenapa?” potong Jevian, tak sabar menunggu.

Arka menghentikan langkahnya, menatap Jevian dengan serius. “Jev, gue mau cerita. Tapi, lo jangan potong cerita gue dulu. Dengar baik-baik.”

Melihat tatapan Arka yang penuh tekanan, Jevian mengangguk paham. “Oke. Go ahead.”

Arka menarik napas dalam sebelum melanjutkan. “Lo pernah cerita soal Siera yang dijemput laki-laki di Cafénya waktu lo di sana, kan?”

Jevian mengangguk, meski bingung arah pembicaraan ini. “Iya, gue ingat. Emangnya kenapa?”

“Lo bisa gambarin ciri-cirinya nggak?” Arka menatapnya lekat-lekat, seolah jawaban ini sangat penting.

Jevian mengernyit, mencoba mengingat detail dari kejadian yang sudah lewat beberapa waktu lalu. “Hmm... seingat gue, dia tinggi. Kira-kira setinggi lo, Pak. Terus, matanya agak sipit. Penampilannya casual rapih gitu.”

“Terus?” desak Arka, semakin gelisah.

“Terus apa, ya?” Jevian berpikir keras. “Ah, gue ingat satu hal yang paling menonjol! Pas dia senyum, ada lesung pipinya. Itu yang bikin gue notice dia.”

“Damn!” seru Arka, suaranya penuh frustrasi. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba menenangkan dirinya yang jelas-jelas terguncang.

Jevian menatap bosnya dengan bingung. “Kenapa, Pak? Ada apa?”

Arka tak langsung menjawab. Sorot matanya kosong, namun wajahnya jelas menyiratkan konflik batin yang mendalam. Di kepalanya, potongan-potongan peristiwa semalam mulai membentuk gambaran yang tak ia inginkan. Tapi satu hal yang kini pasti, pria yang pernah dilihat Jevian itu adalah pria yang ia temui semalam.

“Gue ketemu pria itu semalam,” ucap Arka akhirnya, suaranya berat.

Jevian tertegun, alisnya berkerut dalam kebingungan. “Lo ketemu dia? Kok bisa? Di mana?”

Arka mengusap tengkuknya, seolah mengurai ketegangan di tubuhnya. “Semalam, habis gue anterin Mama sama Papa ke bandara, gue dan Siera mampir makan malam di restoran yang pernah lo rekomendasiin itu.”

Jevian menunggu kelanjutannya dengan penuh rasa ingin tahu. “Dan?”

“Di sana, gue ketemu dia,” lanjut Arka, nadanya terdengar getir. “Namanya Rey.”

Jevian menatap Arka dengan mata membelalak. Informasi itu langsung membuat pikirannya bekerja. “Rey? Terus, dia ngapain di sana?”

Arka diam sejenak, mengingat kembali momen itu. “Dia juga makan disana, pas mau balik dia nggak sengaja ngelihat Siera dan yang bikin gue nggak tenang adalah cara dia nyapa Siera. Kelihatan... terlalu berlebihan.”

Ketegangan di ruangan itu semakin pekat, seperti udara yang sulit dihirup. Jevian mulai memahami kenapa Arka terlihat begitu muram sejak rapat tadi. Pertemuan semalam jelas lebih dari sekadar kebetulan biasa.

“Jadi, menurut lo, hubungan mereka apa?” tanya Jevian hati-hati, mencoba meraba pikiran bosnya yang mulai terlihat gusar.

“Yang pasti dia bukan siapa-siapa Siera,” gumam Arka, suaranya terdengar rendah namun sarat emosi. “Dia cuma sepupu sahabat Siera, Jev. Tapi gue nggak suka perasaan ini. Ada sesuatu yang nggak beres sama dia.”

“Maksud lo gimana? Dia suka sama Siera?” Jevian mencoba menghubungkan semua potongan informasi.

Arka mendongak, tatapannya tajam seperti mengiris. “Sebagai sesama laki-laki, dari cara dia natap Siera, gue bisa pastikan dia punya rasa sama Siera.”

Jevian mengangkat alis, kaget dengan kesimpulan itu. Tapi Arka belum selesai. Ia menghela napas berat sebelum melanjutkan, kali ini nadanya lebih tajam.

“Dan yang bikin gue emosi banget,” lanjut Arka, rahangnya mengeras. “Dia peringatin gue buat jaga Siera baik-baik. Maksudnya apa coba kalau dia nggak punya niatan lain?”

“What?” Jevian melotot, jelas tak percaya. “Dia bilang gitu? Secara langsung?”

Arka mengangguk, ekspresinya semakin tegang. “Iya, Jev. Kata-katanya halus, tapi gue tahu itu peringatan. Dan itu bikin darah gue mendidih.”

Jevian bersandar ke kursi, mencoba mencerna situasi. “Wah, kalau gitu, dia udah ngibarin bendera perang, Pak.”

Arka tak menjawab, tapi dari tatapan dinginnya, jelas terlihat bahwa ia tak akan tinggal diam.

Disisi lain, Siera tampak gelisah di meja kasirnya. Matanya beberapa kali melirik ke arah pintu masuk café, seolah menunggu seseorang. Tapi hingga kini, sosok yang ditunggunya belum juga muncul.

“Kok tumben jam makan siang gini nggak muncul? Bahkan Mas Jevian juga nggak ada tanda-tanda,” gumamnya pelan, berbicara pada dirinya sendiri.

Tiwi, salah satu pegawai café, melangkah mendekat dengan senyum jahil. “Hayoloh, Kak Sie. Nungguin siapa, nih? Dari tadi ngelirik pintu mulu,” ledeknya santai.

“Apa sih, Wi. Nggak ada siapa-siapa. Cuma liatin pelanggan aja,” elak Siera sambil berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang.

“Masa sih?” Tiwi memiringkan kepala, jelas tak percaya.

“Udah, kamu mending sana, layanin pelanggan,” balas Siera, mencoba mengalihkan perhatian.

“Siap laksanakan, Bos!” sahut Tiwi sambil tersenyum lebar sebelum berbalik ke meja pelanggan.

Setelah Tiwi pergi, Siera menghela napas lega. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di meja kasir. Jari-jarinya mulai mengetik pesan, tapi kemudian ia ragu.

“Ka, nggak ke café?” tulisnya. Namun, pesan itu hanya bertahan beberapa detik sebelum ia menghapusnya. Terlalu agresif, pikirnya.

Ia mencoba mengetik pesan lain. “Ka, mau gue kirimin makan siang ke kantor lo nggak?” Tapi lagi-lagi, ia mengurungkan niatnya. Untuk apa nawarin makan siang? Kesannya aneh banget.

Siera mengembuskan napas panjang, merasa kesal pada dirinya sendiri. Setelah berpikir sejenak, ia mengetik pesan yang lebih sederhana.

“Ka, jangan skip makan siangnya.”

Kali ini, tanpa berpikir dua kali, ia menekan tombol kirim. Pesan itu akhirnya terkirim, meninggalkan perasaan campur aduk di hatinya.

Arka yang sejak tadi tegang saat berbicara dengan Jevian tiba-tiba terlihat berbeda. Wajahnya yang semula keruh kini dihiasi senyuman kecil, seolah ada sesuatu yang mampu meredakan suasana hatinya. Ia bahkan sempat terdiam beberapa detik, matanya terpaku pada layar ponselnya.

“Ka... Arka... Sawanan, ya, lu?” celetuk Jevian, yang tak tahan melihat perubahan drastis sahabatnya. “Tadi marah-marah, sekarang senyum-senyum sendiri, mana bengong pula.”

Arka tetap tak merespons, membuat Jevian semakin gemas.

“Arka... Woi!” teriak Jevian, mengibaskan tangannya di depan wajah sahabatnya itu.

“Apa sih, Jev?” balas Arka akhirnya, nadanya sedikit terganggu.

“Gue yang apa? Lo tuh yang apa! Siapa yang ngechat lo sampai senyum-senyum kayak orang kesambet gitu?” Jevian menatap Arka penuh selidik, jelas tak mau ketinggalan gosip penting.

Arka melirik Jevian sejenak, lalu kembali menatap ponselnya dengan senyum yang masih tersungging di bibir. “Calon istri gue,” jawabnya santai, meskipun ada nada puas yang sulit disembunyikan dalam suaranya. “Akhirnya dia ngechat duluan.”

Jevian terdiam, mulutnya terbuka sedikit, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. “Apa?!” Ia melotot, jelas terkejut. “Siapa?”

1
Endang Fitriani
luar biasa
Alise Daris
memang suka banget aku ceritanya kirain apa isi kamar itu ga taunya lukisan Siera mantap deh si Arka
Alise Daris
ceritanya bagus ada banyak hal yg tdk terduga dl tisp episodnya .sangat menarik...mantap 👍👍
suharlina
menarik
Anonymous
apa kiraw yg diliat sie y...
Yuli Yuliawati
Luar biasa
Anonymous
yahhh ga seru sie.../Frown/
Anonymous
cindy the best suggestion ny...
Anonymous
kak othor...karakter sie jgn dibuat gampang galau dong...yg seterong...tetep menarik kok novel yg karakter cewe yg kuat...mangat thor/Determined/
Alise Daris
suka banget ceritanya bagus....mantap
Anonymous
kak, aq ninggal jejak dulu y...bismillah, smoga sp tamat nulis novel nya y kak othor...mangat.../Good/
Nasriah
klo ceritanya bgni lbh banyak lika likunya upnya hrus banyak... klo upnya cm satu2 sj ngegantung trus... pembaca cape lari nanti.
Rizkyyy
bisaa ini mahh baca sampai selesai
Rizkyyy
keren banget penulisan cerita nya, seru, favorite ini mahh, buat yang bikin makasih telah bikin cerita ini, semangat selalu
Senpai Shila
kerennn bangettt
Nasriah
up...
walah sipa yah...
Anonymous
jjk
Cute
ceritanya bikin nagih
Cute
kelamaan y
Cute
Hadir jg kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!