NovelToon NovelToon
Sebuah Titik Di Horizon

Sebuah Titik Di Horizon

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gama Lubis

Seorang gadis yang tidak percaya cinta karena masa lalunya, tidak percaya dengan dirinya sendiri. Kemudian dihadapkan dengan seseorang yang serius melamarnya.


Jika dia akhirnya menerima uluran tangannya, akankah dia bisa lepas dari masa lalunya atau semakin takut ?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gama Lubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada Apa

Suara jangkrik mendesing di sudut bumi yang sunyi, seperti maestro yang memimpin orkestra malam. Simfoni alam itu memenuhi ruang tamu panti yang remang. Di sana, Naima duduk bersandar di kursi tua. Matanya terpaku pada layar monitor, sementara cahaya redup dari perangkat itu memantulkan kelelahan di wajahnya, membentuk bayangan samar di bawah matanya.

Naima dan Yudha memang sering mengunjungi panti asuhan. Namun, setiap kali berada di sana, Yudha punya kebiasaan yang sulit dipahami. Sosoknya selalu menghilang entah ke mana dan baru muncul kembali keesokan paginya, tertidur di depan pintu panti yang terkunci.

Kebiasaan itu membuat Naima gelisah. Dia bukan tipe orang yang bisa mengabaikan sesuatu begitu saja, apalagi jika itu menyangkut Yudha, sahabat yang sudah seperti keluarganya sendiri. Setiap kali dia bertanya, pemuda itu hanya tersenyum tipis dan mengalihkan pembicaraan. Karena itulah malam ini Naima memutuskan untuk menunggunya. Tidak untuk menghakiminya, dia hanya ingin memastikan pemuda itu baik-baik saja.

Duduk di ruang tamu dengan suasana panti yang sudah hening, Naima memandangi layar monitornya sambil sesekali melirik pintu. Pikiran-pikirannya berkelana, mencoba menebak alasan di balik sikap misterius Yudha.

Ketika akhirnya suara langkah pelan terdengar dari luar, Naima mengangkat wajahnya. Pintu berdecit ketika dibuka, dan sosok Yudha muncul di ambang pintu. Wajahnya terlihat lelah, tapi dia tetap melemparkan senyum yang khas padanya.

“Kamu nggak tidur, Naima?” suara Yudha terdengar serak, sorot matanya setengah mengantuk tapi tetap memancarkan rasa ingin tahu.

Naima mengangkat bahu ringan tanpa menoleh. “Kelihatannya?” jawabnya pendek, nada suaranya terdengar datar, meski tidak sepenuhnya dingin.

Yudha menyunggingkan senyum kecil, mengangkat bahu sebelum akhirnya duduk berhadapan dengan naima. Tangannya terlipat sebelum kemudian membenamkan wajahnya.

"Kalo mau tidur, tidur di kamar aja, Yud," saran Naima tanpa berpaling dari layar monitornya.

Namun, Yudha tidak merespons. Ia sudah lebih dulu memejamkan mata, meluruhkan beban pikirannya. Meski begitu, samar-samar ia masih bisa mendengar suara Naima. Baginya, tidur di ruang tamu pun tak masalah, asalkan ia bisa istirahat sekarang.

Naima bertopang dagu, menatap layar dengan pandangan kosong. Sejak tadi, deretan kata yang ia ketik terus dihapus—tak ada satu pun yang memuaskan pikirannya. Ia akhirnya mengalihkan perhatian ke sudut ruangan, memperhatikan dia pasang cicak yang sedang kasmaran.

Perhatian Naima beralih pada Yudha, yang terbaring di kursi panjang dengan mata terpejam. Cahaya lampu neon yang redup memantulkan bayangan samar di wajahnya yang tenang, namun tampak lelah. Gadis itu mengamati diam-diam, memperhatikan napas Yudha yang teratur, seolah memastikan pemuda itu benar-benar tertidur.

Namun, ada sesuatu yang mengusik benaknya. Aroma tembakau samar-samar tercium ketika Yudha kembali tadi. Naima menyadarinya meskipun Yudha tidak mengucapkan sepatah kata pun soal itu. Dia tahu, ada hal yang sedang mengganggu pemuda itu.

Sambil bersandar, Naima menghela napas panjang. Dia bertanya-tanya, apa yang sebenarnya sedang dipendam oleh Yudha? Apa yang membuatnya berakhir dengan kebiasaan itu? Pikiran itu terus berputar di benaknya, seperti angin yang tak berhenti bertiup di malam yang dingin.

***

Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an mengudara, menarik Yudha kembali pada kesadarannya. Matanya perlahan terbuka, dia mengerjap sesaat sampai pupil matanya menetralisir cahaya remang lampu neon. Udara yang dingin menggigit kulitnya yang terekspos, membuat bulu kuduk berdiri.

Yudha membalikan wajahnya, pandangannya jatuh pada Naima yang membenamkan wajahnya di antara lipatan tangan, matanya terpejam, dengan helaan napas yang teratur. Pemuda itu mendengus pelan, padahal gadis itu yang menyuruhnya tidur di kamar tapi, dia juga ikut tertidur diruang tamu.

Lantunan Kalamullah itu masih berlanjut, Yudha bisa menebak siapa yang sedang mengaji — Malik. Suaranya yang khas membuat Yudha mudah mengenalinya. Pemuda itu akui suara Malik indah dan menentramkan. Dia memang bukan orang yang agamis, namun setiap kali mendengar lantunan itu batinnya melunak, terasa damai. Seketika pikirannya jatuh pada kejadian belasan tahun lalu, saat bersama mamanya.

Yudha menarik napas panjang, mencoba mengendalikan emosi yang tiba-tiba menyeruak dari sudut hatinya. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, berharap sensasi dingin di kulit bisa menghalau perasaan berat yang mengendap di dadanya.

Lantunan ayat suci itu terus mengalun, bergema lembut dalam keheningan malam. Setiap kata menyentuh relung hatinya, membawa memori masa kecil yang selama ini ia coba kubur. Ia ingat bagaimana suara lembut ibunya melantunkan ayat yang sama sebelum tidur. Suara yang dulu memberinya rasa aman, kini hanya tinggal bayang-bayang.

Dia menoleh lagi ke arah Naima, gadis itu tetap terlelap, seolah tidak terganggu oleh lantunan Al-Qur’an atau dinginnya udara malam. Ada ketenangan di wajahnya yang membuat Yudha merasa iri. "Kenapa semuanya jadi begini?" pikirnya dalam hati, diselingi senyum getir yang tidak terelakan.

Yudha bangkit perlahan, mencoba tidak membuat suara yang akan membangunkan Naima. Yudha menyampirkan selimut yang entah sejak kapan dipakainya kepada Naima. Langkah kakinya ringan, membawa tubuhnya ke arah dapur. Segelas air dingin mungkin bisa menenangkan detak jantungnya yang entah kenapa terasa lebih cepat dari biasanya. Mengingat mamanya membuat memori kelam itu berputar di kepalanya.

Dia tidak pernah lupa, ingatan itu seolah mencekam kuat pikirannya. Bahkan kini, ketika dia mencoba untuk melupakan, kenangan itu justru kembali seperti luka yang tak pernah benar-benar sembuh.

Di usia tujuh tahun, dunia Yudha runtuh seketika. Suara hujan yang menitik di atap seperti irama yang menambah keheningan rumah mereka. Dia berdiri di sana, mematung di ambang pintu kamar, tubuh kecilnya gemetar. Di hadapannya, ibunya tergantung dengan tali melingkar di leher. Wajahnya pucat, dingin, dan tak bernyawa.

"Mama..." Suara Yudha bergetar, hampir tak terdengar di antara gemuruh hujan. Dia mencoba memanggil lagi, kali ini lebih keras, sambil melangkah mendekat.

Tubuh kecilnya tak ragu, meski hatinya dipenuhi rasa takut yang belum dia mengerti. Dia meraih kaki ibunya yang tergantung, mencoba mengguncangnya. “Mama, bangun... Mama...” katanya dengan nada putus asa. Tidak ada jawaban. Hanya suara hujan yang terus berderai, menemaninya dalam kesunyian yang mencekam.

Tiba-tiba, suara keras memecah keheningan. Pintu depan terbuka dengan kasar, menampilkan sosok seorang pria bertubuh gempal. Penagih utang.

"Hei! Kau ada di sana?!" teriak pria itu dengan suara lantang. Namun langkahnya terhenti begitu dia melangkah masuk. Pandangannya tertuju pada sosok yang tergantung di tengah ruangan. Matanya terbelalak, mulutnya terbuka, tapi tidak ada kata yang keluar.

Dua orang lainnya yang berdiri di belakang pria itu ikut melongok ke dalam. Teriakan mereka pecah bersamaan, seperti angin yang membawa badai ketakutan.

Yudha hanya berdiri di sana, bingung dan takut. Dia tidak mengerti kenapa mereka berteriak, kenapa mereka terlihat begitu marah atau panik. Yang dia tahu hanyalah satu hal—mamanya tidak akan bangun lagi.

Dan hujan terus turun disertai kilat yang menyambar langit, seperti Auman kemarahan.

1
sSabila
Hai kak aku udah baca beberapa part dan sudah aku like, ceritanya bagus banget kak

Jangan lupa mampir juga di novel terbaru aku "Bertahan Luka"

Ditunggu ya kak
Beerus
Wow, nggak nyangka sehebat ini!
gamingmato channel
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
☯THAILY YANIRETH✿
Mantap jiwaa!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!