NovelToon NovelToon
Between Our Heart

Between Our Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Anfi

Ashana Keyra Zerrin dan Kafka Acacio Narendra adalah teman masa kecil, namun Ashana tiba-tiba tidak menepati janjinya untuk datang ke ulang tahun Kafka. Sejak saat itu Kafka memutuskan untuk melupakan Asha.

Kemana sebenarnya Asha? Bagaimana jika mereka bertemu kembali?

Asha, bukankah sudah kukatakan jangan kesini lagi. Kamu selalu bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain. Aku butuh privasi, tidak selamanya apa yang kamu mau harus dituruti.” Ucapakan Kafka membuat Asha bingung, pasalnya tujuannya kali ini ke Stanford benar-benar bukan sengaja menemui Kafka.

“Tapi kak, Asha ke sini bukan sengaja mau menemui kak Kafka. Asha ada urusan penting mau ke …” belum selesai Asha bicara namun Kafka sudah lebih dulu memotong.

“Asha, aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Walaupun untuk saat ini sebenarnya tidak ada kamu dalam rencanaku, semua terjadi begitu cepat tanpa aku bisa berkata tidak.” Asha semakin tidak mengerti dengan yang diucapkan Kafka.

“Maksud kak Kafka apa? Sha tidak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 26. Stanford

Sudah dua minggu sejak kepergian Malvin, mereka masih di selimuti duka. Maira yang terlihat selalu tegar di dahapan semua orang, namun rapuh ketika dia sedang sendirian. Ze masih menemani mereka, dia meminta ijin pada sumainya untuk sementara tinggal di rumah Maira. Asha yang diam-diam melihat bundanya menangis saat malam tiba, memeluk baju sang ayah ketika tidur. Hatinya terasa ngilu melihat bundanya, diantara mereka semua Mairalah yang paling kehilangan. Kehilangan teman bicara setiap malam, kehilangan pundak untuk kepalanya bersandar dan yang paling berat dia kehilangan seseorang yang sudah menjadi separuh nyawanya.

"Humey, kamu tidak berencana untuk bilang pada Asha tentang statusnya saat ini?" Ze berada di kamar Maira, mereka mengobrol setelah sebelumnya Ze melakukan hipnoterapi pada Maira.

"Aku masih menunggu waktu yang tepat kak. Aku lihat sepertinya Kafka masih ada keraguan, saat itu dia tak punya pilihan. Aku harus memastikannya dulu," Maira tidak ingin Asha terluka, biar bagaimanapun kehidupan rumah tangga harus di lakukan berdua bukan hanya dari satu pihak yang menginginkan.

"Jangan terlalu lama menyembunyikan darinya, biar bagaimanapun dia harus tahu agar tidak terjadi masalah di kemudian hari. Kita semua tidak ingin dia terluka lebih dalam bukan?" Ucapan Ze memang benar, menunda mengatakan kebenaran tentang Asha dan Kafka mungkin tidak terlalu baik.

"Aku akan membicarakannya dengan Tiara nanti," ucap Maira pada Ze.

Riuh ramai terdengar dari arah pintu luar kamar Maira, pembicaraan Maira dan Ze terhenti setelah Rion terjungkal saat membuka pintu karena terdorong dua kakaknya yang berada di belakangnya.

"Bruk ... " Asha dan Cia diam sejenak sebelum akhirnya mereka bertiga tertawa bersama melihat Rion terjungkal dengan posisi tengkurap sambil memeluk guling yang di bawanya. Maira dan Ze yang melihat kelakuan mereka saling berpandangan dan tersenyum tipis, ada sedikit rasa lega dalam hati Maira dan Ze. Lega karena anak-anak sudah bisa sedikit tertawa, meskipun dari sorot mata mereka masih ada rasa kehilangan.

"Kalian bertiga mau ngapain? Pada bawa bantal sama guling ke sini?" Ze bangun dari duduknya untuk mengambil minum yang ada di nakas.

"Kita mau tidur di kamar bunda," Rion berdiri dari lantai dan menarik cepat rambut Cia kemudian berlari menuju mama dan bundanya. Sebelumnya Asha memang sengaja mendatangi adik-adiknya, dia berbicara pada mereka tentang Maira yang setiap malam memeluk baju ayah mereka sambil menangis.

"Yaaa! Hazzel Arion Zerrano," pekik Cia yang kesakitan karena rambutnya di tarik Rion. Asha mengulum senyum sambil menarik lengan Cia menuju kasur tempat mama dan bundanya duduk.

"Ya sudah mama ke kamar dulu," Ze tersenyum dan menepuk pundak Asha.

"Mama kita ngobrol dulu," setelah sejenak berpikir Ze menyetujuinya.

Mereka berlima mengobrol banyak hal, membahas hal-hal yang tidak penting. Ze berusaha mengarahkan mereka untuk lebih santai, dia juga mengamati Asha dan Cia. Memastikan kesehatan mental mereka berada dalam kondisi yang baik setelah kepergian Malvin.

"Bunda, mama. Lusa kakak harus kembali ke Boston," Asha menyamankan duduknya, memulai pembicaraan yang lebih serius. Asha masih harus menyelesaikan banyak hal di Harvard, karena dia mau melanjutkan spesialis. Seperti tujuan awal ketika ayahnya masih ada, Asha berencana mengambil bedah jantung Stanford.

"Kakak jadi ambil bedah jantung Stanford?" Beberapa hari lalu Maira sempat berbicara serius dengan Tiara mengenai Asha dan Kafka, Maira mengatakan jika dia akan memberitahu Asha setelah Asha menyelesaikan semua urusannya di luar negeri. Sampai saat ini Maira masih belum memberitahukan pada Tiara di mana Asha menempuh pendidikan.

"Mungkin bulan depan Asha ke sana bun. Kalau tidak ada perubahan Asha akan mengurus langsung semua administrasinya, tapi kalau ada perubahan sebagai alternatif Asha akan tetap di Harvard," ucap Asha dengan penuh ke yakinan.

"Stanford atau Harvard bunda dan mama akan tetap mendukung Asha," mereka saling berpelukan satu sama lain. Karena sudah terlalu malam jadi mereka menyudahi perbincangan dan memutuskan untuk mulai tidur.

"Mama Ze mau ke mana?" Cia bertanya saat melihat mamanya beranjak dari kasur membawa ipad dan beberapa barang lainnya.

"Ke kamar mama," ucap Ze

"Tidur di sini saja biar rame kak," Maira meminta Ze tidur di sana juga.

"Enggak ah, gerah nanti di peluk-peluk dua putrimu," Asha dan Cia tertawa sambil menutup mulutnya.

"Ah ... mama paling mau VC sama papa Alvaro. Mama kan bucin," Maira terkekeh mendengar Rion sedang menggoda mamanya. Malam itu mereka mengobrol dengan penuh hangat, menuntaskan segala keresahan juga kegelisahan. Esok adalah esok yang masih misteri dan mereka sepakat untuk belajar menjalani hari-hari mereka ke depan dengan penuh kesyukuran meskipun tanpa Malvin. Ze selalu menekankan bahwa mereka harus selalu menceritakan semua bentuk keresahan yang mereka alami padanya, Maira benar-benar bersyukur setelah Malvin dia punya Ze yang tidak hanya berperan sebagai kakak tapi juga sebagai psikolog keluarganya. Karena memang itu adalah bidang spesialisasi Ze.

...***...

Mereka semua sudah berada di bandara untuk mengantar Asha kembali ke Harvard, Rion dan Cia sebenarnya berat melepas kakaknya kembali ke sana. Tapi mereka tidak bisa egois, kakaknya ke sana untuk kembali menempuh pendidikan selanjutnya dan itu merupakan salah satu impian yang Asha janjikan untuk mendiang ayahnya.

"Assalamu'alaikum mama Tiara, maaf Asha belum sempat main ke rumah. Ma, hari ini Asha pamit menyelesaikan beberapa urusan yang tertunda di tempat Asha dulu tinggal,"

"Sayang, mendadak sekali. Mama dan papa sedang di luar kota tidak bisa mengantar," Tiara sedikit kecewa karena tidak bisa mengantar Asha.

"Tidak apa-apa ma, nanti Asha main ke rumah kalau Asha kembali. Asha mungkin juga akan ke Stanford nanti ma, sampaikan salam Asha pada papa Keenan," Asha memang sengaja memberitahu Tiara kapan dia akan pergi, dan mencoba membuat Tiara tenang dengan bilang akan ke Stanford.

"Ok sayang, bilang mama kalau Asha ke Stanford. Biar nanti kakak jemput kamu."

Tiara mengatakan pada Keenan bahwa Asha mengiriminya pesan, dia akan kembali ke Singapur untuk menyelesaikan beberapa hal yang tertunda (Tiara dan keluarganya memang tahunya Asha ke Singapur).

Asha sudah bersiap masuk, namun terhenti karena bundanya bertanya padanya. "Sayang, sudah pamitan dengan mama Tiara dan papa Keenan belum?"

"Sudah bun," Asha menunjukkan pesan yang di kirimnya pada Tiara dan Keenan pada Maira dan berlalu masuk meninggalkan mereka semua menuju pesawat.

Asha sudah sampai di Boston setelah penerbangan panjang selama kurang lebih 19 jam, setelah sebelumnya seperti biasa dia transit di Singapur lebih dulu. Di sana sudah menanti Amoora dan Argan, setelah sebelumnya Asha mengirimkan pesan pada Amoora minta tolong untuk menjemputnya di bandara.

"Hai." Asha dengan senyum merekahnya melambaikan tangan pada mereka berdua.

"Kita turut berduka cita Sha, maaf kita gak bisa datang," meskipun Asha tersenyum, tapi Argan tetap khawatir dengan sahabatnya itu. Sementara Amoora sudah menangis sambil memeluk Asha.

"Aku sudah lebih baik. Ih ... Oora bajuku kena ingusmu," Asha mencoba mengurai pelukan Amoora, namun pelukan sahabatnya itu terlalu kuat.

"Gak lucu lu nangis kayak gitu. Jelek banget ny*t," ucap Argan.

"Suka-suka gue lah, dari pada lu gak bisa meluk Asha," Amoora mengurai pelukannya dari Asha dan mereka berjalan menuju parkiran. Mereka mampir untuk makan malam lebih dulu sebelum mengantar Asha pulang ke apartemennya, Amoora untuk beberapa hari akan tidur di apartemen Asha. Tanpa Asha tahu Alvaro lebih dulu menghubungi Amoora atas permintaan Ze, dia mendapatkan nomor telepon Amoora dari Maira. Meskipun Asha sudah tampak lebih baik, namun mereka tetap perlu memastikan Asha dalam kondisi baik untuk beberapa waktu ke depan.

"Sha gue tidur di apart lu beberapa hari boleh, kan?" Asha menaikkan sebelah alisnya.

"Aku baik-baik saja Oora," Asha selalu kalah jika Amoora sudah menggunakan puppy eyesnya, akhirnya dia memperbolehkan Amoora meginap. Argan pamit setelah memastikan dua sahabatnya masuk lift menuju apartemen, mereka akan bertemu lagi besok untuk menemani Asha mengurus beberapa hal sebelum ke Stanford.

"Asha sudah sampai bun, di sini ada Oora juga. Bunda jangan khawatirin Asha, bunda jaga kesehatan. Miss you bun," Asha tidak mau membuat keluarganya khawatir. Dia akan lebih fokus lagi untuk bisa menyelesaikan spesialisnya dengan cepat dan bisa kembali ke Jakarta.

"Alhamdulillah sayang, kakak juga jaga kesehatan," Maira lega setelah mendapat kabar putri sulungnya sudah sampai dengan selamat.

Dua minggu penuh Asha mempersiapkan semua berkas yang harus dia bawa ke Stanford, sebenarnya dia masih ragu. Hatinya masih setengah-setengah untuk pergi ke Stanford, tapi dia tetap berusaha meyakinkan dirinya untuk berangkat ke Stanford lusa.

"Kapan berangkat ke Stanford Sha?" mereka bertiga saat ini berada di perpustakaan, Argan juga nampak sibuk mempersiapkan beberapa berkasnya. Begitupun dengan Amoora, mereka bertiga memiliki minat spesialis yang berbeda. Amoora memilih akan mengambil anestesi, Argan memilih akan mengambil spesialis jantung anak dan Asha memilih untuk bedah jantung.

"Lusa aku berangkat. Tidak usah mengantarku, aku akan menyetir sendiri ke bandara," Asha masih sibuk dengan berkasnya.

"Yakin?" Amoora tampak ragu untuk membiarkan sahabatnya pergi sendiri.

"Hmm ... kalian kan juga harus mempersiapkan berkas untuk masuk," yang di katakan Asha memang benar, mereka saat ini sedang sibuk untuk persiapan melanjutkan Intership masing-masing.

"Kalau butuh bantuan bilang saja," Asha langsung menyodorkan berkas-berkasnya setelah Argan mengatakan hal tersebut. Amoora juga Argan bingung dengan maksud Asha.

"Aku titip untuk berjaga-jaga. Semua berkas sudah lengkap," ke dua sahabatnya masih bingung. Asha tersenyum dan menjelaskan pada mereka, masih ada sedikit keraguan dalam benaknya. Tapi dia sudah janji pada orang tuanya terutama pada mendiang ayahnya, dia akan ke Stanford untuk meyakinkan dirinya.

Jika memang dia tidak yakin karena waktu yang sangat mepet, Asha akan memita tolong pada Argan atau Amoora untuk memasukkan dan mendaftarkan berkasnya lebih dulu. Karena Asha tahu tidak akan sempat meskipun dia mendapat penerbangan paling awal sekalipun dari Stanford.

"Kita pasti bantuin lu Sha," ucap Amoora yang di ikuti anggukan setuju dari Argan. Mereka kemudian pulang ke apart masing-masing, Amoora sudah pulang ke apartemennya sendiri sejak tiga hari lalu.

Saat ini Asha sudah sampai di bandara, dia sedang mencari tempat parikir mobil yang lebih teduh karena rencananya dia akan di Stanford dua atau tiga hari jika dia akhirnya akan mengambil Intership di sana. Selama kurang lebih 6 jam Asha berada dalam pesawat dan saat ini dia sudah tiba di bandara San Francisco pada jam 8 waktu setempat. Dia memutuskan untuk sarapan dulu sebelum nanti langsung masuk ke fakultas yang dia tuju, terlintas dalam benaknya tentang Kafka. Dia berharap tidak akan berjumpa dengannya hari ini, walaupun nanti pasti akan bertemu jga jika dia benar-benar akan mengambil bedah jantung di sini .

Asha menuju sudah berada di Department of Cardiothoracic Surgery tempat dia akan memasukkan beberapa berkas pendaftarannya. Dia nampak berbicara dengan seorang staff di sana.

"Okay mrs, thanks you," Asha berterimakasih pada staff yang dia temui karena menunjukkan arah kemana dia harus memasukkan berkas untuk Intership. Dia masih dengan koper kecilnya juga tas slempang kecil yang menempel di tubuhnya.

"Asha," Asha tersentak kaget mendapat panggilan dari seseorang yang cukup dia kenal suaranya. Asha mengarahkan pandangan pada sosok yang memanggilnya.

"Tatapan seperti itu lagi. Dari banyaknya waktu hari ini kenapa harus bertemu dengannya sekarang," lirih Asha. Kafka dan revan berjalan mendekat menuju Asha, sementara si pemilik nama hanya diam menatap mereka berjalan menuju dirinya. Asha seolah sudah siap dengan segala sikap dan ucapan Kafka nanti.

"Hai kak Kafka, kak Revan. Apa kabar?" Revan dengan senyum menjawab sapaan Asha, tapi tidak dengan Kafka yang langsung menarik tangan Asha untuk mengikutinya.

"Kak bisa pelan gak?" Asha nampak sedikit terhuyung dengan satu tangan yang membawa koper sementara satu tangan lainnya di Tarik Kafka.

"Makanya kalau jalan cepat sedikit," Kafka terus menatap ke depan tanpa tahu kesulitan Asha membawa koper. Barulah dia berhenti sejenak setelah Revan bilang kalau Asha hampir jatuh karena satu tangannya membawa koper.

"Tidak perlu menarikku, kakak jalan saja kedepan. Aku mengikuti dari belakang," Asha menarik lepas tangan Kafka dari genggamannya dengan sedikit kesal, Asha berjalan di belakang Kafka sementara Revan mengekori mereka berdua dari belakang sambil mendengus karena pasti akan menyaksikan perdebatan dan ketantruman mereka.

1
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
semangat ✌🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!