Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal
Jhon kembali mengirimkan pesan kepada Mentari tanpa menghentikan langkah kakinya. Namun kali ini Mentari tidak langsung membalas pesannya sehingga membuat senyuman di wajah Jhon menghilang seketika.
Egi yang melihat kedatangan bosnya pun segera membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan bosnya untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Selamat pagi, bos. Silahkan masuk." Ucapnya sambil memperlihatkan senyuman manis di wajahnya yang cukup tampan.
Jhon melirik sekilas ke arah asistennya itu, kemudian ia pun masuk dan menutup pintu mobil itu sedikit keras membuat Egi berjingkat kaget. Sepertinya mood sang bos kurang baik pagi ini. Pikir Egi sambil melangkahkan kedua kakinya menuju pintu mobil bagian kemudi.
Egi segera masuk, tanpa menunggu lebih lama lagi, ia pun mulai melajukan kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Sangat menyebalkan." Gerutu Jhon ketika pesannya tidak mendapat jawaban dari Mentari. "Kemana dia? Kenapa pesanku tidak di balas lagi?" Jhon bergumam sambil mengotak atik ponselnya. Ia merasa kesal karena Mentari tak kunjung membalas ataupun membaca pesan dari dirinya.
*Mentari, kamu kemana? Kamu tidak sedang menghindariku kan? Jawab pesanku.*
Jhon kembali mengirimkan pesannya kepada Mentari, hatinya merasa gelisah karena pujaan hatinya yang selama lima tahun menghilang itu tak kunjung membalas pesannya juga.
*Baby, apa kamu sedang mandi? Kenapa pesanku tidak di balas juga?*
Jhon kembali mengirimkan pesan itu kepada Mentari. Namun sayangnya Mentari tidak membalas pesannya lagi. Bahkan Mentari tidak membacanya sehingga membuat Jhon semakin kesal di buatnya.
Jhon menendang keras kursi yang di duduki oleh Egi membuat Egi terkejut dan seketika menoleh ke arahnya. "Ada apa?" Tanya Jhon dengan dingin sambil menatap tidak suka kepada asistennya itu.
"Bukankah saya yang seharusnya bertanya kepada anda, bos. Kenapa anda tiba-tiba menendang kursi saya? Apakah saya sudah melakukan kesalahan?" Ucap Egi tentunya dalam hati, mana berani ia berkata seperti itu kepada bos dinginnya itu.
"Tidak ada apa-apa, bos." Jawab Egi kembali fokus dengan setir kemudinya.
"Aku ada urusan nanti siang. Kau gantikan aku untuk bertemu dengan pak Bambang." Ucap Jhon sambil menatap tajam asistennya dari belakang.
"Tapi, bos.... "
"Tidak ada tapi-tapian, ikuti saja perintahku." Sela Jhon dengan tegas dan tak terbantahkan.
"Baik, bos. Kalau beliau bertanya, saya harus menjawab apa, bos?" Tanya Egi dengan hati-hati.
"Bilang saja, kalau aku ada urusan penting sehingga aku tidak bisa menemuinya, mengerti." Ucap Jhon masih dengan nadanya yang dingin.
"Mengerti, bos." Jawab Egi sambil menganggukkan kepalanya pelan.
Setelah itu keduanya kembali terdiam tak bersuara, Egi terus fokus menatap jalanan yang ada di depannya, sementara Jhon, kembali memeriksa ponselnya berharap Mentari sudah membalas pesannya tadi.
***
Alex menatap luar jendela kamarnya, pikirannya saat ini hanya ada istrinya Mentari. Sesekali ia menatap layar ponselnya, lalu menghela nafasnya berat. Biasanya Mentari selalu menghubunginya meskipun ia selalu berkata sibuk dan tidak dapat di ganggu. Namun sekarang, selama dua hari ia tinggal di luar negeri bersama selingkuhannya, Mentari sama sekali tidak menghubunginya. Padahal Alex sengaja tidak mematikan ponselnya berharap istrinya itu memberikan pesan singkat kepada dirinya.
Perlahan Alex mulai mengetik pesan untuk istrinya.
*Sayang. Kamu sedang apa? Aku sangat merindukanmu.*
Alex mengirimkan pesan itu segera, berharap sang istri langsung membalas pesannya itu. Alex kembali menaruh ponsel itu ke dalam saku celananya. Hatinya sedikit gelisah karena terlalu memikirkan istrinya.
"Sayang! Kamu lagi ngapain di situ?" Lisa yang baru saja selesai mandi pun langsung menghampiri, Alex. Tubuhnya hanya terbalut handuk kecil yang menutupi bagian sensitifnya saja.
"Kamu sudah selesai?" Tanya Alex sambil menatap Lisa yang kini sedang berjalan ke arahnya.
"Hmmm. Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" Lisa memeluk tubuh Alex, ia sengaja menggodanya dengan sentuhan-sentuhan nakalnya.
"Tidak, sayang."
"Tapi, aku lihat kamu melamun tadi. Apakah kamu sedang memikirkan istrimu?" Tanya Lisa sambil terus memainkan tangannya di dada bidang Alex.
"Aku tidak mungkin memikirkan dia ketika aku sedang bersamamu." Jawab Alex sambil menghentikan gerakkan tangan Lisa di dadanya.
"Benarkah?" Lisa mendekatkan wajahnya dengan Alex, tangannya mulai mengelus lembut wajah suami sahabatnya itu.
"Kamu tidak percaya?" Alex kembali menghentikan gerakkan tangan Lisa membuat Lisa merasa sedikit kesal. Namun Lisa tetap memperlihatkan senyumannya.
"Aku percaya, sayang. Oh iya, sayang. Bagaimana kalau kita pulang minggu saja? Soalnya aku masih betah di sini dan aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu lebih lama lagi." Pinta Lisa dengan manja.
"Tidak bisa, Lisa. Besok pagi kita harus pulang, aku sudah berjanji kepada Mentari, kalau aku pergi hanya dua hari saja." Tolak Alex terdengar sangat datar di telinga Lisa. "Sebaiknya kamu pakai dulu pakaianmu, aku mau mandi dulu." Setelah mengatakan itu, Alex pun segera melangkahkan kedua kakinya menuju kamar mandi meninggalkan Lisa yang terlihat menahan amarahnya.
Bersambung.