NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Lemahku

Pembalasan Istri Lemahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Paksa / Tukar Pasangan
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Elmu

Laras terbangun di tubuh wanita bernama Bunga. Bunga adalah seorang istri yang kerap disiksa suami dan keluarganya. Karna itu, Laras berniat membalaskan dendam atas penyiksaan yang selama ini dirasakan Bunga. Disisi lain, Laras berharap dia bisa kembali ke tubuhnya lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Elmu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu yang Manis

Sesuai yang dikatakan Aksa, mereka hari ini tidak ke kantor. Laras tidak mungkin menolak. Aksa bossnya disana. Bawahan gak boleh nolak atasan, bukan?

Dan sekarang mereka sedang menghabiskan waktu berduaan. Laras menyandarkan kepalanya di paha Aksa, menscroll tiktok.

"Ganteng, kan?" menunjukkan video transisi wajah tampan di layar ponselnya.

Aksa melongok, melihat yang ditunjukkan istrinya.

"Masih gantengan aku," tukasnya, percaya diri.

Laras mencibir. "Percaya diri sekali pak Aksa ini," ujarnya.

"Harus. Percaya diri itu nomor satu, Yank. Lagian, bener kan, suamimu ini lebih tampan?"

Laras mengangkat wajahnya. Menggerakkan matanya ke ponsel dan wajah Aksa secara bergantian. Ekspresinya pun berubah, saat melihat Aksa dia meledek, tapi saat memandang pria di ponsel, dia memasang wajah centilnya.

"Jelas gantengan yang ini doong. Dia kan suamiku," ujarnya, menggerakkan bibirnya seolah sedang mencium pria di ponselnya.

"Kalau dia suamimu, lalu aku siapa?" tidak ada nada kesal dari ucapan Aksa. Dia tahu, pria itu cuma idola, sebuah ketidak mungkinan bagi Laras untuk menjadikannya suami seperti yang dilontarkannya tadi.

"Selingkuhan. Haha."

Aksa tersenyum. Membungkukkan badannya untuk mengecup kening Laras, lembut.

"Setidaknya meski aku selingkuhanmu, tapi aku bisa mencium dan menyentuhmu secara nyata. Sedangkan dia, dia tahu kamu hidup saja tidak."

Laras manyun. Tapi benar sih.

Laras meletakkan ponselnya disamping. Bergerak menghadap Aksa, masih dengan posisi baringnya.

"Kamu gak marah aku ngidolain cowok lain?" tanyanya.

"Marah si enggak. Tapi cemburu."

"Haha. Ngapain cemburu. Lagian bener kok kata kamu, dia gak nyata. Aku cuma ngidolain, sebatas fans."

Aksa mengangguk. "Aku tahu," ujarnya. Mengusap lembut rambut Laras. "Sejak kapan kamu menyukainya?"

"Emm, kapan ya?" Laras mengetuk dahinya, mengingat. "Udah lama sih. Sejak masih SMA."

Dahi Aksa mengerut. Melihatnya Laras terkekeh.

"Hey, kamu lupa ya? Aku ini Laras, bukan Bunga. Umurku saja masih dua satu. Teman-temanku yang umurnya lebih juga banyak kok ngidolain mereka. Secara, mereka tuh bukan sekedar penyanyi. Tapi juga buat obat mental. Kamu coba dengerin deh. Lagu cinta mereka lebih sedikit dibandingkan lagu penyemangat. Tentang pencarian jati diri, mental illness, juga semangat meraih mimpi. Coba deh."

Laras begitu bersemangat menceritakan sosok idolanya. Yang Aksa kira hanya satu orang. Ternyata Laras memperlihatkan ada tujuh orang dalam satu grup idola. Aksa menatap lekat gadisnya dengan senyum yang terus terpatri di bibirnya. Bukan karna penjelasan Laras tentang idolanya, melainkan tatapan penuh cinta. Dia saja tidak tahu, sejak kapan perasaannya tumbuh. Perasaan yang dulu dia dengan percaya diri menolaknya hadir.

Chup~

Laras mematung. Tiba-tiba saja Aksa membungkam bibirnya disaat dia sedang asyik bercerita. Dengan posisi yang sama sekali tak pernah dia bayangkan. Dirinya yang rebahan di paha Aksa, dan Aksa yang duduk bersandar, membungkuk ke arahnya. Matanya perlahan memejam, merasakan sentuhan lembut yang menyapanya ramah.

Aksa melepaskan tautannya. Menyingkirkan pelan Laras darinya, lalu membantu gadis itu merubah posisinya. Membawanya dalam pangkuannya.

"Lagi?" tatapnya sambil tersenyum. Laras justru menyandarkan kepalanya di dada Aksa.

"Gak mau. Nanti kamu aneh-aneh."

Dahi Aksa berkerut. "Aneh gimana?"

"Ya pokoknya aneh. Aku belum siap."

Mendengarnya Aksa terkekeh. Balas memeluk gadisnya, dengan kecupan lembut di kening Laras.

"Oke, gak papa. Aku tidak akan memaksa. Aku tunggu sampai kamu benar-benar siap."

"Ditepati ucapannya ya, bapak Aksa. Awas aja kebablasan. Aku pastikan langsung pergi dari sini."

"Mana boleh. Kali ini aku tidak akan membiarkanmu pergi."

Laras tersenyum. Sampai hari dimana pertukaran jiwanya kembali, dia tidak akan melakukannya. Dia gak mau kebayang-bayang itu setelah tubuhnya kembali. Ya bayangin aja, dia masih perawan, tapi jiwanya pernah merasakan hubungan s(kip), apa gak bikin dia ngerasa gak suci lagi. Padahal, tubuhnya masih aman. Orang yang diajak ngelakuin juga tubuhnya Bunga, bukan tubuhnya. Tapi ... Arh! Gak bisa dijelasin dengan kata-kata. Cuma dia yang paham maksudnya. Terkecuali untuk kiss. Untuk satu itu dia masih bisa mentolerirnya. Kissing gak akan bikin keperaw-nannya hilang. Lagipula, dia akui, dia juga menyukai sentuhan bibir Aksa.

"Aku berencana buat ambil cuti, gimana menurutmu, Yank?"

Laras mengangkat wajahnya. Lipatan dahinya mengerut. "Memangnya mau kemana?" tanyanya.

"Bulan madu."

Laras cengo. "Hah? Emang kita udah nikah berapa lama sih?"

"Enam bulan."

"Kok baru mau bulan madu?"

"Memang kenapa? Tidak boleh?" mencubit hidung Laras.

"Ya gak papa sih, mungkin. Tapi aneh enggak sih, masak nikah lama baru honeymoon?"

"Gak ada yang aneh. Orang yang udah punya anak sebesar aku saja masih sering honeymoon."

"Hah? Beneran? Emang siapa?"

"Mama sama papa," sahut Aksa, terkekeh.

Laras manyun. Kirain dia siapa. Tapi, berarti dulu Bunga belum pernah merasakan honeymoon? Di pernikahan mereka yang sudah berjalan selama setengah tahun.

"Gimana, kamu mau?"

Laras tidak langsung menjawab. Tiba-tiba terbesit hal lain. Yang membuatnya seketika bergidik.

Pletak!

"Aw!" Laras meringis. Memegang dahinya. Baru tadi dicium, eh sekarang malah dijitak. Jahat banget.

"Aku tahu yang kamu pikirin," tukas Aksa. "Tenang saja. Selama kamu belum menyatakan kesiapan, aku gak akan melakukannya tanpa izin. Aku menghargai keputusanmu, Yank."

Laras meringis. Ternyata Aksa tahu yang dia pikirkan. Tapi, gak harus dijitak juga, kan?

"Sakit, ya? Maaf," Aksa mengelus jidatnya lembut. Meniup-niupnya pelan.

"Emang mau kemana?" tanyanya, menghentikan aktifitas Aksa.

"Terserah kamu. Kamu pengen pergi kemana? Atau ada honeymoon dream, keinginan kamu. Ayo, kita realisasikan."

Laras menggerakkan bola matanya ke atas, menggulir ke kiri.

"Emm .... Kemana ya?"

"Atau, ke negaranya idolamu juga boleh. Atau, ke tempat pasak bumi yang di film itu?"

Laras melotot. Mana ada? Aneh-aneh aja.

"Bercanda sayang. Oke, kamu pikirkan saja dulu mau kemana. Nanti kita tentukan waktunya."

Laras mengangguk. Itu bisa difikirkan nanti. Yang penting sekarang dia ingin memeluk pria ini.

Bunga, maaf ya, tapi suamimu terlalu menggoda. Dan sayang untuk dilewatkan begitu saja.

.

.

Saking nyamannya, Laras sampai tertidur dengan posisi yang tadi.

Tapi sekarang dia sudah ganti posisi baring di ranjang. Dan Aksa entah kemana. Mungkin sedang keluar. Lagian, seharian ini mereka cuma di dalam bermalas-malasan.

Laras meraih bantal Aksa, memeluknya. Dia masih enggan bangun. Matanya lekat. Sepertinya gara-gara semalam kurang tidur, jadinya dia sekarang mengantuk. Namun, getar ponsel mengalih perhatiannya. Laras membuka matanya, bergerak malas sambil mengumpat. Dia kira ponselnya. Tapi ponselnya diam saja. Ternyata ponsel Aksa yang bergetar. Laras meraihnya. Siapa tahu penting.

Lila.

Laras menatap nama yang tertera dengan gemuruh jengkel. Cewek itu masih sering menghubungi Aksa-kah?

Dengan sekali geser, suara diseberang terdengar.

"Akhirnya kamu angkat, Sa."

Laras diam saja. Membiarkan wanita itu bicara.

"Aku mengirimu pesan. Kenapa gak dibalas? Aku kangen kamu, Aksa."

"Siapa elo? Berhak apa kangen sama suami orang?"

Hening di seberang. Laras tebak, Lila pasti sedang terkejut sekarang. Mendengar bukan suara Aksa yang menjawab, melainkan dirinya.

"Kenapa ponsel Aksa sama lo? Balikin. Gue mau ngomong penting sama dia."

Laras justru ngakak. Dengan tawa mengejeknya.

"Lo nanya, kenapa ponsel Aksa bisa sama gue? Ya bisalah. Secara gue istrinya. Aneh lo."

"Balikin. Gue eneg denger suara lo."

"Lah, salah sendiri nelpon suami gue. Gak ada salahnya dong, kalau gue yang ngangkat."

"Brengsek! Gue bilang kasihin ponselnya ke Aksa sekarang! Lo budek ya?!"

Laras makin ngakak.

"Orang gila," ekspresinya seketika berubah dingin. Dan langsung mematikan sambungannya. Juga ponsel Aksa.

Rasa kesal mendominasinya. Napasnya naik turun menahan emosi.

"Udah tahu ini laki udah punya istri, masih aja gak tahu diri godain. Lont* sialan!" umpatnya, menggerutu. Kesal, jengkel, dongkol, sebal, pokoknya begitu lah.

Aksa baru saja masuk, melihat istrinya uring-uringan , bertanya-tanya.

"Kamu kenapa, Yank?" tanyanya heran.

Laras meliriknya sekilas. Alisnya menyatu dengan bibir cemberut.

"Ganti nomormu!" tukasnya, kerasa banget emosinya. Aksa aja sampek heran. Baru juga dia tinggal sebentar, datang-datang istrinya sudah kerasukan Falak.

"Loh, memang kenapa?"

"Ganti, atau blok nomor cewek di hp mu?!" memberi pilihan dengan tatapan galaknya.

Ah, Aksa paham. Sejurus kemudian, senyumnya mengembang.

"Cemburu?"

"Apa sih! Disuruh ngapus malah nuduh cemburu. Gak ada yang cemburu. Kalau gak mau ya udah," ketus Laras, beranjak dari ranjang. Mengayunkan kaki cepat, melewati Aksa.

Senyum Aksa melebar memandang gadis yang melewatinya itu.

"Lucu banget ngambeknya," kekehnya, menggelengkan kepala.

1
kuncayang9
keren ih, idenya
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!