"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata Dia Tidak Membuangnya!
Entah kali ke berapa ia membasuh wajahnya dengan air. Hingga dapat merasakan dingin menembus ke pori-pori kulit. Namun rasanya sebanyak air di lautan pun tidak akan pernah cukup untuk menyejukkan hati dan pikirannya yang masih diselimuti amarah.
Dadanya bergemuruh dengan hebat. Kebencian perlahan merasuk dengan nyata menyiksa batin. Bodoh rasanya, ia telah dibohongi oleh dua wanita yang memiliki paras sama persis, di saat yang bersamaan pula.
Dulu Arumi, wanita penyamar yang hidup bersamanya selama satu tahun dan mengikatnya dengan kehadiran Aika. Dan sekarang Yuna, wanita penuh kepalsuan yang menambahkan bumbu kebencian dalam hatinya.
Dan sekarang menyembuhkan trauma yang dialami Aika adalah PR besar bagi Rafli. Bagaimana agar putri kecilnya itu terbebas dari lingkaran bayang-bayang kejahatan Yuna dan menjalani hidupnya seperti anak-anak seusianya.
Setelah merenung hingga hatinya sedikit lega, Rafli kembali ke kamar. Dari ambang pintu terlihat Arumi sedang menyelimuti Aika yang sudah tidur. Wanita bercadar yang penuh kelembutan itu membuat Rafli berdecak kagum.
Perlahan ia melangkahkan kaki dan berdiri tepat di belakang punggung wanita itu. Sepertinya Arumi sama sekali belum menyadari keberadaan Rafli di kamar. Hingga pada saat ia membalikkan badan dan menubruk dada bidang Rafli, yang membuatnya hampir terjungkal ke belakang.
"Awas!"
Arumi pasti sudah terjatuh jika saja Rafli tidak menahan pinggangnya yang ramping. Untuk beberapa saat waktu seakan terhenti bagi Arumi. Ini adalah pertama kali ia berada dalam posisi sedekat ini dengan Rafli sejak berpisah.
Saking dekatnya, ia dapat merasakan embusan hangat dari napas sang pemilik hatinya itu. Juga aroma tubuhnya yang begitu wangi dan memanjakan penciuman. Dulu, Arumi begitu terbuai saat tidur dalam dekapannya yang hangat.
"Maaf, Tuan." Arumi langsung melepas tangan laki-laki itu, dan entah mengapa tiba-tiba ada kecanggungan di antara keduanya.
"Aika sudah tidur?"
"Baru saja."
Sejenak Rafli menatap putrinya. Lalu kembali menatap wanita di hadapannya. "Bisakah kau menemaninya di sini dulu? Aku ada urusan penting di luar, dan mungkin akan pulang larut."
"Tentu saja, Tuan," jawab Arumi tanpa banyak bertanya.
"Terima kasih. Kalau ada apa-apa, atau Aika terbangun dan mencariku, kau hubungi aku saja."
"Baik."
Rafli hendak melangkah. Rasanya tidak tahan jika lama-lama berdekatan dengan Alesha, sebab jantungnya seperti akan meledak. Padahal dia sama sekali belum pernah melihat seperti apa wajah yang tersembunyi di balik cadar wanita itu. Hanya matanya saja yang terlihat dari sana.
"Sebentar," panggil Arumi, membuat langkah Rafli terhenti di ambang pintu.
"Iya?"
"Saya belum punya nomor Anda."
"Nomor?" Mendadak otak lelaki itu seperti lumpuh dan tak dapat diajak berpikir. "Nomor apa?"
"Nomor telepon, Tuan."
"Ah, iya. Maaf, aku hampir lupa." Rafli merasa dirinya sangat bodoh. Kenapa ia harus segugup ini hanya karena berdekatan dengan wanita itu. Bahkan ia lupa bahwa dirinya belum memiliki nomor telepon Alesha.
Setelah saling bertukar nomor, Rafli segera meninggalkan kamar. Malam ini ia ada janji dengan seseorang di kafe miliknya.
*
*
Berselang 20 menit Rafli tiba di salah satu kafenya. Ia langsung masuk dan menuju sebuah ruangan yang terletak di lantai atas. Begitu membuka pintu, terlihat Evan dan juga asisten pribadi nya sudah duduk menunggu di sofa.
Rafli segera duduk di sana. Kemudian menceritakan apa yang baru saja ia temukan di rumah nya. Tentang Yuna yang selama ini ternyata sudah berbuat jahat terhadap Aika. Rafli juga menunjukkan beberapa video rekaman CCTV yang tadi sempat ia pindahkan ke ponsel.
Tentu saja berita yang dibawa Rafli membuat Evan dan Osman sangat terkejut. Selama ini di hadapan mereka, Yuna terkesan sangat menyayangi Aika. Bahkan Aika masih memanggil Yuna dengan sebutan mommy, meskipun Rafli dan Yuna sudah resmi bercerai sejak beberapa tahun lalu.
"Aku tidak menyangka dia tega melakukan ini," ucap Evan, sembari menyeruput secangkir kopi. "Lalu apa rencanamu selanjut nya?"
"Aku akan melaporkan perbuatan Yuna. Dia harus mendapatkan balasan setimpal atas apa yang sudah dia lakukan kepada anakku."
"Lalu Yuna ke mana sekarang?" tanya Evan lagi.
"Entahlah. Aku memintanya meninggalkan rumah. Aku tidak mungkin membiarkannya terus tinggal bersama kami, kan?"
"Ya, itu keputusan yang bagus."
Rafli menghembuskan napas panjang, lalu melirik Osman. Asisten pribadi Evan itu selalu dapat diandalkan untuk melakukan sesuatu.
"Oh ya, Osman, aku butuh bantuanmu," ucap Rafli.
"Bantuan apa, Tuan?" tanya laki-laki itu.
"Aku ingin kau mencari tahu keberadaan Arumi sekarang."
Spontan Evan dan Osman saling lirik mendengar permintaan lelaki itu.
"Setelah 4 tahun menghilang, kau baru ingin menyelidiki Arumi?" Evan nyaris tak percaya.
"Aku ingin tahu di mana dan apa yang dilakukan Arumi sekarang. Apakah dia bersekongkol dengan Yuna atau tidak dalam hal ini. Kalian tahu kan mereka itu saudara kembar. Yuna dan Arumi bisa saja bekerja sama."
"Apa kau yakin?" Evan hendak memastikan.
"Setelah kejadian hari ini aku tidak bisa percaya kepada sembarang orang. Segalanya bisa saja terjadi."
"Anda benar. Baiklah, kalau begitu saya akan cari info tentang Nona Arumi," tambah Osman.
*
*
*
Rumah keluarga Alvaro
Arumi mendekap Aika yang sudah tidur. Sejak tadi ia sendiri belum bisa tidur, sehingga yang dilakukannya hanya memandangi wajah damai Aika.
Arumi membelai wajah itu dengan lembut. Ujung jarinya mengikuti garis wajah berkulit halus itu.
"Kenapa kamu sangat mirip dengan daddy-mu?" bisik Arumi sambil mencium pipi putrinya dengan gemas.
Hati nya masih terbelenggu rasa bersalah. Menyesal mengapa dulu tidak memperjuangkan hak asuh Aika. Mengapa harus kalah oleh kekuasaan Rafli. Sehingga sekarang harus kehilangan hak nya sebagai seorang ibu dan menyamar sebagai pengasuh.
"Kamu tahu, Sayang, Daddy-mu pasti akan sangat marah kalau tahu mommy melakukan penyamaran untuk kedua kalinya. Dan kali ini dia pasti akan mengusir mommy lagi ke tempat yang lebih jauh."
Ia membenamkan kecupan di kening.
"Tapi kamu tenang saja. Kali ini mommy tidak akan menyerah."
Baru akan menarik selimut untuk tidur, namun perhatian Arumi terfokus pada hal lain. Lemari pakaian yang dulu ia gunakan saat tinggal bersama Rafli ternyata masih ada di kamar yang luas nan mewah itu.
"Mungkin Rafli sudah membuang semua barang-barang yang kutinggalkan."
Arumi mendesahkan napas panjang. Perlahan ia berjalan menuju sudut ruangan dan membuka lemari. Namun, seketika ia terdiam di tempat dengan mata tergenang cairan bening. Ternyata seluruh pakaiannya masih tersusun rapi di dalam lemari. Bahkan tidak berkurang sama sekali.
"Kenapa dia masih menyimpan semuanya? Bukankah dia sangat membenciku sampai tega mengasingkanku ke tempat yang sangat jauh?"
...****...