Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Mereka semua beristirahat dengan tenang, begitu pula si kecil. Husna sudah pulang dari berkegiatan. Makin ramai tempat tinggal Hana dan Hasyim.
Kumandang adzan terdengar, ayah yang pertama kali bangun. Saat pukul 03.00 ayah sempat terbangun shalat malam lalu tidur kembali.
"Alhamdulillah sudah subuh." Gumam ayah. Dia merasa prihatin pada putri-putrinya. Hana memang sudah menikah, tetapi saat hamil hingga melahirkan diuji perekonomiannya.
Hasna sudah dua tahun tamat kuliah tapi belum menikah juga. "Kenapa ayah seperti melamun ya?" Gumam Hana pelan. Dia mendekat pada sang ayah.
"Ayah baik-baik saja?" Tanya Hana, Ayah Ahmad mengangguk lalu tersenyum.
"Sabar ya nak, ini lah ujian hidup." Ujar ayah, Hana tersenyum saja. Dia duduk di kursi tidak jauh dari ayahnya.
"Begini lah kehidupan ayah, kadang di atas kadang kala di bawah. Kita harus siap dengan kondisi apa pun itu. Ada yang hadir dan ada yang pergi." Ucap Hana santai tapi penuh makna.
"Kamu benar nak, dulu kita bahagia meski sederhana. Kalian semua di rumah, kumpul keluarga, ada ibumu, dia sangat menyayangi keluarganya." Batin ayah sambil tersenyum.
"Kamu mau apa bangun subuh?" Tanya ayah. "Jangan angkat berat dulu kalau sudah melahirkan." Ujar ayah lagi. Hana mengangguk paham. Hasna mendengar obrolan sang ayah dan kakaknya.
"Ayah sudah sholat?" Tanya Hasna ikutan nimbrung. Ayah mengangguk lalu mengambil ponselnya yang berkedip. Ternyata pesan dari Telkom ~ si setia ♡.
Mereka berbincang ringan di waktu subuh, Hasna sedang libut sholat. "Hasna, tempo hari Mami mu bilang. Gimana kalau Hasna dikenalkan sama Rahmat anak temannya?" Cerita sang ayah.
"Ya ayah bilang, nanti saya tanya dulu Hasna. Bagaimana menurutmu nak?" Tanya ayah menatap Hasna, yang ditanya diam berpikir.
"Rahmat yang biasa cari pakan kambing itu kan yah?" Tanya Hasna penuh selidik. Ayah mengangguk mantap.
"Menurut Mamimu, dia itu pekerja keras, sarjana dan anak yatim. Biasa datang ke rumah mamanya Rahmat." Imbuh ayah.
"Hasna tahu ayah, Hasna pernah dengar omongan mereka tanpa sengaja. Tapi aku diam pura-pura gak tahu." Jawab Hasna. Apa yang ditanyakan apa yang dijawabkan.
Ucapan Hasna secara tidak langsung menolak akan hal itu. "Kalau kamu mau lenih bagus nak, supaya kekerabatan Mamimu dengan Mamanya Rahmat makin akrab. Apalagi jika jadi besan." Ujar sang ayah meneruskan perkataan isterinya.
"Kalau aku sih bagaimana Hasnanya, tapi jangan paksakan dirimu de. Itu tidak baik! Kalau memang mau kenalan dulu, berteman, tapi kalau gak mau juga gak masalah." Ujar Hana memberi usul.
Hana tidak mau terjadi hal-hal buruk kepada sang adik. Karena dia dinikahi oleh suaminya karena terpaksa. Hasna menatap sang kakak penuh selidik.
"Cintai lah orang yang mencintaimu, gak enak mencintai sendirian de." Imbuh Hana mengingatkan.
"Aku gak mau ayah dikenalkan sama Rahmat itu, bukan masalah dia kerjanya cari pakan kambing. Tapi masalahnya dia kerabat Mami. Aku gak mau!" Tolak Hasna tanpa bisa diganggu gugat.
"Kalau begitu keputusanmu jelas de, jika kamu tidak mau! Berarti tidak ada harapan." Sahut Hana tersenyum senang. Dia senang ayahnya menikah lagi, tapi Hana tidak suka jika Maminya mau mengatur hidup adiknya.
"Kamu sudah besar de, bisa menentukan hidupmu." Imbuh Hana menyemangati, Hasna tersenyum senang karena ada yang mendukungnya.
"Ayah, kalau memang sudah datang jodoh Hasna dia pasti akan menikah!" Ucap Hana menenangkan. Ayah hanya diam saja lalu berkata.
"Terserah kalian saja lah!" Ujarnya pasrah. Ayah tidak bisa juga memaksa Hasna karena yang akan menjalani dia.
Sudah waktunya memasak, Hasna sibuk di dapur sedang Hana menjaga buah hatinya. Karena sang suami ke tempat pelelangan ikan belum pulang.
Usai dengan urusan perut, mereka disibukkan dengan persiapan akikah. "Siapa namanya anak ganteng?" Tanya aunty Hasna.
"Halim nama aku aunty. Nama lengkapnya Halim Nur Hasyim" Jawab Hana menirukan suara anak kecil. Mereka sedang bermain di dalam kamar Hana.
Acara akikah segera dimulai, banyak tamu undangan yang hadir. Mertua Hana tidak menyangka jika banyak yang hadir. Acara demi acara telah usai.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Gumam Hasna pelan, dia merasa lelah dengan acara hari ini.
"Husna, besok ke Mall yuk. Mau beli pakaian buat Halim." Ajaknya, Husna mengangguk senang.
Malamnya mereka tidur, ayah gelisah tidak dapat memejamkan matanya. Hingga pagi menjelang, usai sholat subuh baru ayah lekas tidur. "Kasihan ayah." Batin Hasna.
Dia tahu jika ayahnya sulit memejamkan mata, bahkan di malam hari ayah mengenakan kipas manual. "Semoga hari ini kak Hasyim gak sibuk supaya bisa antar ayah berobat." Batin Hasna.
"Kak, nanti sibuk gak?" Tanya Hasna saat mereka semua sarapan. Hana menatap Hasna penuh selidik.
"Memangnya mau kemana de?" Tanya Hana pada sang adik. Hasna menatap Hana dengan tatapan sendu.
"Ayah mau ditemani berobat kak, kalau penyakit dalam bagus dimana ya kak?" tanya Hasna sambil bersiap. Hana bertanya pada suaminya.
"Sayang, dimana bagus tempat berobat penyakit dalam?" tanya Hana pada Hasyim. Hasyim mendekat pada mereka yang berkumpul di ruang tamu.
"Di dokter praktek bagus, tapi sore. Karena kalau di rumah sakit lama prosesnya." jawab Hasyim. Dia berpendapat sesuai dengan apa yang dia ketahui selama ini. Apalagi biasa kedua orang tuanya bergantian masuk rumah sakit hampir setiap tahunnya.
"Berarti sore kalau di dokter praktek." ujar Hana memperjelas. Hasyim mengangguk membenarkan sambil menggendong Halim untuk dijemur supaya mendapat matahari pagi.
"Ya sudah kalau gitu nanti sore saja ke dokter ayah, gimana kalau kita belanja dulu pagi ini de?" ujar Hasna sekaligus bertanya pada Husna.
"Okey sip. Ayo kita lets go." jawabnya semangat. Akhirnya Hasna dan Husna pamit pada ayah dan kakaknya jika mereka akan ke pusat perbelanjaan.
Saat diperjalanan, Hasna bertanya ke Husna. "Belanja dimana ya de?" tanya Hasna saat dibonceng oleh Husna.
"Mau beli apakah?" tanya Husna balik. Suaranya agak keras karena sementara mengendarai motor.
"Keperluan Halim de." jawab Hasna singkat. Husna berpikir untuk mengajak ke toko Tulung Agung yang ada di Kota P. Setibanya disana, Hansa dan Husna turun dari motor.
"Bagus kah belanja di Tulung Agung?" tanyanya sambil melepas helmnya. Husna mengangguk.
"Disini banyak pilihan dan murah kak." jawab Husna jujur. Dia biasa diajak Hana ke toko tersebut untuk menemaninya belanja.
"Ayo kita masuk." ajak Hasna lalu mereka melangkah masuk ke dalam toko untuk memilih-milih sesuai dengan keinginan. Eh, sesuai kebutuhan maksudnya!
"Wah itu perlengkapan bayi, ayo kesana de." ajak Hasna semangat. Husna mengikut saja dibelakang Hasna sambil melihat-lihat pakaian kemeja.
"Apa saja ya bagus dibelikan buat Halim." gumam Hasna pelan sambil memilih pakaian bayi buat Halim. Dia memilih handuk, celana, dan perlengkapan lain yang kiranya dibutuhkan.
~ Happy reading ~
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/