Bagiamana jika kehidupan seorang mafia yang terkenal akan ganas, angkuh atau Monster ternyata memiliki kisah yang sungguh menyedihkan?
Bagaimana seorang wanita yang hanyalah penulis buku anak-anak bisa merubah total kehidupan gelap dari seorang mafia yang mendapat julukan Monster? Bagai kegelapan bertemu dengan cahaya terang, begitulah kisah Maxi Ed Tommaso dan Nadine Chysara yang di pertemukan tanpa kesengajaan.
~~~~~~~~~~~
✨MOHON DUKUNGANNYA ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
O200DMM – BAB 16
MEMILIH GAUN PERNIKAHAN
Saat tengah asik kalut dalam pikiran, tiba-tiba Maxi membuka pintu, menatap ke gadis yang baru saja beranjak dari ranjang ketika dia melihatnya masuk.
Nadine langsung membuang jauh-jauh pikiran positifnya tentang pria yang kini menghampirinya dengan wajah datar penuh keangkuhan. “Kita akan pergi.” Akhirnya pria itu mengeluarkan suaranya juga, setidaknya Nadine tidak masuk ke dalam tatapan matanya terlalu lama.
“Kemana? Aku sudah setuju menikah denganmu, apa kamu masih akan membunuhku, memberikanku kepada musuh-musuh mu. Dan jika itu benar, maka dengarkan aku tuan Maxi, aku tidak akan segan melukaimu lagi.” Ketus Nadine tanpa mendengarkan penjelasan terlebih dahulu.
Sebagai pria santai, Maxi hanya tersenyum miring mendengar ketusan dari gadis yang akan menikah dengannya. Dia sedikit cerewet, tapi Maxi sangat suka dengan keberaniannya.
Suara Nadine masih saja melantur tak jelas hingga membuat telinga Maxi rasanya gatal. “DIAM.” Sentak Maxi langsung membuat keheningan di antara mereka.
“Apa kamu selalu cerewet? Kita akan pergi membeli gaun untukmu.” Sedikit aneh mendengarnya. Nadine mengikuti langkah Maxi yang keluar lebih dulu. Gadis itu berusaha mengikuti kecepatan langkah Maxi meski berakhir seperti larian kecil bagi Nadine, tapi dia perlu berbicara dengan pria menyebalkan itu.
“Untuk apa? Kita hanya menikah 200 hari, setelah itu kamu melepaskan ku, lalu untuk apa membeli gaun huh. Jawab aku..” Gadis itu tak ada hentinya menghalangi jalan Maxi.
“Ayo jawab aku.” Paksanya dan langsung mendapat dorongan kasar hingga punggungnya menempel di dinding. Tubuh Maxi sangat dekat dengannya sehingga Nadine merutuki dirinya yang seharusnya bisa bersikap tenang.
Tatapan Maxi membuat Nadine hampir saja terpukau akan ketampanannya seperti wanita pada umumnya yang akan melihatnya.
“Karena aku ingin melihatmu memakai gaun seksi.” Bisik Maxi dengan nada menggoda. Tubuh Nadine seketika merinding, dengan cepat dia mendorong kuat sehingga mereka berjauhan.
Nafas Nadine sudah memburu menatap penuh kesal kepada pria yang malah terseringai licik. “Dasar gila.” Nadine berpaling kasar dan pergi lebih dulu, di susul Maxi yang berjalan di belakangnya.
Sampai di halaman, dimana beberapa mobil mewah terparkir bak parkiran mobil. Nadine berpikir berapa kira-kira uang haram yang mereka hasilkan?
“Zero, kau yang menyetir.” Pinta Maxi yang sangat percaya dengan Zero, bahkan dia sudah menganggapnya sebagai keluarganya sendiri.
“Ayo.” Maxi membukakan pintu mobil untuk calon istrinya. Bukannya berterima kasih, Nadine malah memilih pergi dan membuka sendiri sisi pintu lainnya, dan itu berhasil membuat sang Maxi menggeram kesal. Pertama kali dalam sejarahnya, satu-satunya wanita yang menolaknya dan selalu membantahnya.
Mobil mulai melaju normal. Nadine dan Maxi duduk di kursi belakang, sedangkan Zero berada di kursi pengemudi. Melihat dari spion, Zero jadi menahan tawa saat melihat gadis yang di incar bosnya ternyata sangat sulit di taklukkan, apalagi seperti sekarang-- Nadine duduk sangat jauh hingga menempel di pintu mobil, sementara Maxi hanya duduk santai tak peduli.
Seperti manusia yang ingin menghindari virus Corona, seperti itulah Nadine. Maxi seperti virus baginya.
...***...
Negara Indonesia
Dita dan April duduk berdampingan, menghadap ke wanita yang saat ini hanya bisa duduk di kursi roda dengan dua ibu panti asuhan. Seharusnya April dan Dita tidak ingin berhadapan dengan ketiga wanita tadi, tapi takdirlah yang membawa mereka bertemu.
“Kapan Nadine pulang?” tanya wanita bernama Yunita (31th) sosok kakak pengganti bagi Nadine. Wanita itu cukup khawatir setelah mengetahui Nadine tidak ikut pulang bersama temannya. Begitu juga dua ibu panti asuhan yang sama khawatirnya seperti Yunita.
Bagi mereka, Nadine wanita yang sangat baik, penyayang, dan berani. Sayang jika mereka jauh dari wanita sepertinya yang jarang-jarang ada, itu sangat langkah. Bagai orang baik 1000/1
“Nadine bilang, dia akan pulang jika pekerjaannya selesai.” Jawab April. Bagaimana pun mereka harus menyembunyikan kejadian yang hampir membuat jantung mereka copot, juga tentang pria misterius tersebut.
Yunita menatap sedih, namun dia juga mengerti kalau adiknya itu adalah seorang penulis.
“Tapi kenapa ponselnya tidak aktif?” tanya ibu panti yang langsung membuat Dita beserta April saling memandang bingung.
“Emm... Ponsel Nadine---”
“Rusak. Lalu mobil melindasnya jadi... Semuanya ganti yang baru, juga... Sinyal di sana sangat sulit, tapi kakak jangan khawatir! Nadine akan menelepon jika semuanya sudah beres.” Bohong Dita tersenyum lebar penuh keringat. April juga membantunya tersenyum lebar dan mengangguk.
Tetap saja, Yunita yang sudah bersama Nadine sejak kecil, dia sangat khawatir dan memiliki firasat buruk tentang adiknya di negara asing.
...***...
Mobil mewah warna hitam baru saja berhenti tepat di depan sebuah toko elegan. Toko gaun pernikahan dengan kaca transparan sebagai dinding, serta hiasan mewah di lampu juga keseluruhan ruangan di dalamnya.
“Tuan Maxi! Sangat terhormat anda datang ke toko kami!” sambut seorang wanita tua bergaya. Wanita pemilik toko tersebut, Nadine dapat melihat dari penampilannya yang sungguh modis.
“Hm.” Balas Maxi singkat.
“Apa anda ingin..”
“Pilihkan gaun yang paling indah untuk calon istriku.” Tentu saja pemilik toko tadi sedikit kaget mendengar pernyataan Maxi. Wanita itu juga tahu kalau Maxi adalah orang paling terhormat di sana. Banyak sekali wanita yang berbaris menunggunya, tapi kini pria itu malah akan menikah? Tiba-tiba?
“Baiklah. Pertama-tama perkenalkan namaku Anna Jolie selaku pemilik toko!” Nadine meraih jabatan tangan tersebut.
“Nadine.”
“Nadine Ed Tommaso.” Tanpa di undang, suara Maxi ikut masuk hingga membuat Nadine muak.
“Nadine Chysara!” ucap Nadine dengan senyuman lebar. Anna Jolie yang memperhatikan dua calon pengantin itu hanya tersenyum remang penuh kebingungan dengan tingkah mereka.
Saat Anna hendak mengajak Nadine masuk, Maxi meraih tangan Nadine dan merangkul pundaknya tanpa izin. “Pastikan dia di jaga dengan baik. Aku tidak ingin dia kabur lagi, benar' kan sayang!” goda Maxi menatap dengan senyuman licik ke Nadine.
Sangat emosi, Nadine menghempaskan tangan itu dan pergi dengan perasaan marah. Dia sangat malu dekat dengan pria kurang ajar tersebut.
“Apa perlu aku menyuruh penjaga menjaga nyonya?” tawar Zero.
Maxi masih memilih bersandar di mobilnya sambil menyalakan cerutu dan memakai kacamata hitam. “Tidak perlu. Kau tahu sendiri wanita itu akan mengatakan ‘Don't touch me ’.” Zero tertawa kecil karena itu benar.
Sementara di dalam toko. Nadine sangat malas memilih ataupun menjawab pertanyaan dari sang pemilik toko. Apapun yang menurutnya bagus maka Nadine akan mencobanya tanpa berkata apa-apa.
“Aku suka yang itu.” Gadis berpakaian sederhana itu menunjuk ke arah gaun putih tanpa corak, namun sedikit mengembang di bagian pinggang ke bawah.
“Tapi... Itu sangat sederhana.” Anna Jolie sedikit terheran, karena tuan Maxi sudah berpesan untuk memilihkan gaun terbagus, terindah dan terbaik tak peduli dengan harga yang akan tercantum.
Melihat keseriusan di wajah Nadine akhirnya Anna Jolie menyetujuinya dan menyuruh Nadine agar mencobanya terlebih dahulu di kamar ganti VIP.
kl menyukai ,kenapa nggak d ulangi n lanjut next yg lebih hot.
( berimajinasi itu indah.. wk wk wkk )
kl sekarang mau kabur,apa nggak puyeng liat jalur melarikan dirinya.jauuuub dr kota.awak d ganggu pemuda2 rese LG lho.
tadinya baca cerita luna almo dulu sih..untuk maxi nadine ini ditengah udah mau menyerah krn alurnya lambat ya..tapi penasaran jadi ttp aku baca..dan kesimpulannya bagus banget walaupun banyak bab yang menguras emosi..terimakasih kak author..