NovelToon NovelToon
Hati Seorang Ibu (Single Mom)

Hati Seorang Ibu (Single Mom)

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.

Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.

Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".

Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?

Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'

Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep. 4 - Kabar buruk

Ep. 4 - Kabar buruk

🌺SINGLE MOM🌺

Siang itu di rumah keluarga Arga, suasana masih berjalan seperti biasa. Hilda duduk di ruang tamu bersama Mira dan Lila, sementara Kirana baru saja menyiapkan makan siang untuk Naya di dapur.

Tiba-tiba, di luar terdengar suara deru mobil berhenti di depan gerbang. Tidak lama kemudian, bel rumah berbunyi beberapa kali, disertai ketukan keras di pintu.

Tok tok tok tok!!!

“Siapa sih siang-siang begini ribut?,” keluh Mira sambil bangkit dari sofa.

Namun, sebelum ia sempat membuka pintu, Hilda melangkah lebih dulu dengan wajah penasaran.

Ketika pintu terbuka, dua orang polisi berdiri di hadapan Hilda dengan wajah yang serius.

"Selamat siang, Bu. Apakah ini rumah Pak Arga?," tanya salah satu polisi.

Hilda mengangguk. “Ya, benar. Saya ibunya. Ada apa? Apa yang terjadi dengan anak saya?."

Polisi itu saling pandang sejenak, lalu berkata dengan agak berat, “Kami datang untuk memberi kabar buruk, Bu. Pak Arga mengalami kecelakaan di jalan menuju Bukit Cendana pagi ini. Mobilnya jatuh ke jurang dan terbakar...”

"Apa!!."

Sebelum polisi selesai berbicara, Hilda langsung menjerit.

“Tidak! Tidak mungkin! Aaaargghhh! Tidak mungkiiiiinnnn...!! Hu hu hu hu hu hu...!! 😭😭😭😭."

Jeritannya menggema di seluruh rumah. Tubuhnya langsung ambruk ke lantai, tangannya gemetar, matanya membelalak tak percaya. Air matanya pun tumpah begitu saja, tanpa bisa di tahan.

"Anakku! Argaaaa...!! 😭😭😭."

Mira dan Lila yang duduk di ruang tamu pun segera berlari menghampiri ibunya.

“Ibu! Ibu kenapa?! Ada apa ini?!," teriak Mira panik.

Lalu, salah satu polisi membantu Hilda duduk di lantai, sementara rekannya menjelaskan ulang kepada Mira dan Lila.

“Kami sangat menyesal menyampaikan ini. Pak Arga ditemukan dalam kondisi kritis setelah kecelakaan. Saat ini ia telah dibawa ke rumah sakit, namun mobilnya terbakar habis...”

Penjelasan itu langsung membuat Mira menutup mulutnya, menahan tangisnya yang langsung pecah. Sementara Lila, adik bontot yang biasanya tenang, kini mulai menangis keras sambil memeluk ibunya.

“Ibu... Kak Arga... 😭😭😭 Kak Arga kenapa harus seperti ini!,” tangis Lila.

Hilda pun terus meratap sambil memukul-mukul lantai dengan tangannya. “Arga... anakku... Tuhan, kenapa ini terjadi?! Kenapaaaa?!.”

Sementara itu, di tangga, Kirana baru saja turun sambil menggandeng Naya. Ia melihat keributan di ruang tamu dan penasaran dengan apa yang terjadi.

“Naya, tunggu di sini sebentar, ya,” ujar Kirana lembut sambil menurunkan Naya dari tangannya.

Kirana kini berjalan menuruni tangga dengan langkah yang penuh khawatir. “Ada apa ini? Kenapa Ibu menangis? Apa yang terjadi?,” tanyanya sambil melihat ke arah polisi.

Lalu, salah satu polisi menoleh ke arahnya, dan dengan hati-hati berkata, “Maaf, Nona. Kami harus menyampaikan ini... Pak Arga mengalami kecelakaan pagi ini....”

Sebelum polisi selesai menjelaskan, tubuh Kirana pun melemas seketika. Matanya membelalak, napasnya tercekat.

Ia lalu bersandar ke pagar tangga, tangannya mencengkeram erat kayu di sampingnya dan berusaha menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

“Kecelakaan...? Tidak... Tidak mungkin... Mas... Mas Arga...” suaranya bergetar, dan air matanya mulai mengalir deras.

Sementara itu, Naya yang melihat ibunya dari tangga, berjalan mendekat sambil berkata, “Ibu kenapa? Kenapa menangis?."

Kirana menatap Naya dengan mata penuh kesedihan. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Tubuhnya perlahan merosot, duduk di lantai dengan tangan menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya.

"Hu hu hu hu hu hu... Mas Arga... 😭😭😭."

“Ibu, tolong hentikan. Jangan begini...” ucap Mira, mencoba menenangkan Hilda yang masih terus menangis histeris.

Namun, suasana di rumah itu begitu penuh dengan duka. Hilda, Mira, Lila, dan Kirana tenggelam dalam tangis masing-masing. Hanya Naya yang berdiri di tengah-tengah mereka dan terlihat bingung dengan apa yang terjadi.

**

Di ruang tamu rumah keluarga Arga, tangisan masih terdengar memilukan.

Hilda menangis sambil dipeluk Mira dan Lila, sementara Kirana duduk dengan pandangan kosong di tangga, lalu Naya, ia hanya kebingungan sambil memeluk lutut ibunya.

Saat itu seorang polisi menerima panggilan telepon. Wajahnya yang semula tegas, kini berubah suram ketika mendengar kabar dari seberang telepon.

Dengan suara pelan, ia pun menjawab, “Baik, kami akan sampaikan.”

Polisi itu pun menghela napas, lalu berjalan mendekati keluarga yang tengah larut dalam kesedihan. Ia menatap mereka dengan ragu, namun tugas tetap harus dilaksanakan.

“Maaf Bu,” panggilnya perlahan.

Hilda pun menatapnya dengan mata penuh harapan, seolah menunggu kabar baik yang mungkin bisa membalikkan duka ini.

“Kami sangat menyesal,” kata polisi itu. “Kami baru saja mendapat kabar dari rumah sakit... Pak Arga telah menghembuskan napas terakhirnya. Beliau meninggal dunia.”

“Tidaaakkkk!!!,” Hilda menjerit lagi dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Tubuhnya langsung tergeletak ke lantai hingga membuat Mira dan Lila semakin panik.

“Ibu! Bangun, Bu! Jangan begini!," seru Mira sambil mengguncang tubuh ibunya yang pingsan.

Lila pun ikut menangis histeris sambil memeluk tubuh ibunya yang terkulai lemas. “Ibu bangun... 😭😭😭."

Kirana yang mendengar kabar itu pun kini merasa dunia di sekitarnya berputar. Matanya terpejam sejenak, seakan menahan luapan emosi yang tidak bisa ia kendalikan.

Tapi, sebagai ibu, ia harus kuat, setidaknya demi Naya.

Dengan suara gemetar, Kirana pun berdiri dan berkata kepada polisi, “Pak... bolehkah saya ikut ke rumah sakit? Saya ingin melihat suami saya.”

Polisi itu pun mengangguk dengan penuh pengertian. “Baik, Nona. Kami akan mengantar Anda. Tapi... Anda harus kuat.”

Kirana lalu menatap Naya yang memandangnya dengan bingung. “Naya, sayang... kita pergi sebentar, ya.”

Naya pun mengangguk kecil, tapi tidak benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi.

**

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Kirana memeluk Naya erat di pangkuannya. Air matanya tidak berhenti mengalir sehingga membasahi rambut putri kecilnya.

Sesekali, Naya mendongak dan menatap ibunya yang terus menangis. "Ibu kenapa menangis?,” tanya Naya dengan polosnya.

Kirana pun mencoba tersenyum di tengah tangisnya. “Ibu sedih, sayang. Tapi semuanya akan baik-baik saja. Naya harus kuat, ya.”

“Ibu sedih karena Ayah?," lanjut Naya dengan suara yang lebih pelan.

Pertanyaan itu pun membuat Kirana terisak lebih keras. "Hiks hiks hiks...." Ia pun hanya mengangguk, lalu mencium kening Naya dengan penuh kasih sayang.

Setibanya di rumah sakit, Kirana turun dari mobil sambil menggendong Naya.

Kemudian, polisi dan seorang perawat mengarahkan mereka ke ruangan duka. Langkah Kirana terasa berat, seolah setiap langkahnya menambah beban di dadanya.

Saat tiba di depan pintu ruangan, salah satu polisi menghentikannya dan berkata, “Nona, kami sarankan Anda tidak melihat korban. Tubuh korban terluka dan terbakar parah. Kami khawatir—”

“Tolong izinkan saya menemui suami saya,” potong Kirana dengan suara yang bergetar. Meski ragu, ia merasa harus melihat suaminya untuk terakhir kali.

Perawat pun perlahan membuka pintu, dan Kirana menyerahkan Naya kepada seorang polisi yang menunggu di luar. “Tunggu di sini, sayang. Ibu masuk dulu, ya.”

Naya pun mengangguk, meski wajahnya sangat kebingungan.

Di dalam ruangan, Kirana berjalan perlahan mendekati sosok yang terbaring di atas ranjang dengan tertutup kain putih. Tubuhnya gemetar, tangannya bergetar ketika meraih kain itu.

Adapun, perawat yang berdiri di sampingnya, menatapnya dengan penuh simpati. “Apakah Anda yakin ingin melihatnya, Bu?," tanya perawat itu.

Kirana pun mengangguk, meskipun hatinya sangat takut. Dengan napas tertahan, ia pun berbisik, “Tolong buka kainnya.”

Saat kain putih itu perlahan disingkap, sosok yang penuh luka bakar dan tubuhnya yang tak lagi utuh itu pun terlihat.

"Arrrgghh!."

Kirana langsung terjatuh ke lantai karena lututnya terasa sangat lemas.

“Mas Arga...” bisiknya lirih. Air matanya pun mulai tumpah tanpa henti. “Kenapa kamu pergi? Kenapa secepat ini Mas... 😭😭😭😭😭😭😭😭.”

Ia bersimpuh di bawah kain putih itu, tangannya meraih tepi ranjang sambil menangis tanpa suara.

Lalu, perawat tadi menyentuh bahunya lembut. “Ibu... kami turut berduka cita. Suami Anda adalah pria yang sangat kuat. Dia bertahan sejauh ini."

Namun Kirana hanya terdiam dan meratapi jasad suaminya yang tak lagi bisa ia sapa. Dalam hatinya, ia mengucapkan selamat tinggal terakhir, meskipun rasa kehilangan itu terlalu besar untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Bersambung...

1
mbok Darmi
Alhamdulillah naya dpt sekolah lagi tetap semangat kirana jgn patah semangat hidup penuh perjuangan jgn menyerah ingat orang2 yg merundung dan menghina mu akan melihat kesuksesan mu nanti
mbok Darmi
sabar kirana semoga setelah ini kebahagiaan buat kamu dan naya segera hadir, ku doakan ada laki2 baik yg tulus mencintai kamu dan naya sehingga ngga akan ada lagi yg berani menggunjing mu sebagai pelakor bila perlu laki2 tersebut orang kaya dan berpengaruh
Aurora: Hahahah... 😄😄Siap di tampung 😅👍
mbok Darmi: iya kak munculkan tokoh baru yg kaya tampan dan bucin sama Kirana 😂
total 3 replies
🌹Nabila Putri🌹
tidak perlu menjelaskan apapun pada mereka Kinara... karena orang yg membenci mu tidak butuh itu... mereka tetap beranggapan bahwa kamu salah.
serahkan semua sama Allah minta petunjukNya. Allah tidak diam. tugasmu hanya berdoa meminta... selebihnya biar Allah yg bekerja 💪💪💪
Aurora: Setuju...
total 1 replies
Suanti
kenapa tak di pecat aja si rini 🤣🤣🤣
Aurora: Pengennya 😅😅😅
total 1 replies
Queen
salam kenal kakak
aku sudah mampir ya kak, ceritanya baguss😍
jangan lupa mampir ya kak kecerita aku..lagi belajar menulis novel 😊🤭
Aurora: Salam kenal juga... Terima kasih... 😊
total 1 replies
Queen
Semangat up kaka
ceritanya menarik 😍
Aurora: Terima kasih... 😊
total 1 replies
🌹Nabila Putri🌹
semangat up nya kak
Aurora: Siap...
total 1 replies
mbok Darmi
apakah arga blm meninggal ?
mbok Darmi
yg sabar dan tegar ya... semoga kebahagiaan akan datang ditempat yg baru
dewidewie
salam kenal kakak, aku sudah tambah subscribe ya kakak, nanti mampir juga di karyaku
Aurora: Salam kenal juga kakak... Terima kasih... Siap aku mampir
total 1 replies
dewidewie
Sadis bener tuh mulut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!