Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Mas, aku boleh tanya sesuatu gak?" tanya Arham saat melihat Arka sudah selesai menyantap bakso pemberian Arumi
"Tanya apa?"
"Kenapa sih ibu tidak suka dengan Mbak Arumi? Padahal Mbak Arumi itu baik loh, dan kenapa juga Mas dan Mbak Laras ikutan benci dengan Mbak Arumi?"
Arka yang sedang minum pun tersedak, sementara Laras yang mendengar pertanyaan Arham langsung membulatkan bola matanya. Arka dan Laras saling pandang, bingung ingin memberikan jawaban apa pada pertanyaan yang di ajukan oleh Arham.
"Mungkin ini saatnya kamu tahu"
"Tahu apa?"
"Hem, Mas bingung mau jelasinnya gimana. Intinya Arumi itu bukan anak kandung ibu, aku dengan Arumi itu beda Bapak dan Ibu....." belum sempat Arka melanjutkan perkataannya, Arham sudah lebih dulu memotongnya.
"Jadi karena itu kalian tidak menyukai Mbak Arumi? Kalian jahat banget, padahal Mbak Arumi itu baik. Apa tidak cukup sejak dulu Mbak Arumi di asingkan, aku kecewa dengan kalian"
Arham pergi meninggalkan Arka dan Laras yang masih terpaku mendengar perkataan Arham, Arham mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju tempat yang selalu dirinya kunjungi ketika sedang bersedih.
Tidak lupa Arham membawa mawar putih, sesampai di sana mata Arham di sambut dengan pemandangan yang sejuk dan sunyi. Arham berjalan menuju ke satu titik, setelah sampai Arham langsung tertunduk di gundukan tanah lalu meletakkan bunga di depan batu nisa tn.
"Nenek apa kabar? Maaf ya, baru berkunjung. Saat ini Arham lagi bersedih, dada Arham terasa sesak. Boleh tidak Arham menangis?" ujar Arham dengan bergetar
Arham menangis di depan batu nisan neneknya, ibu dari Bapaknya. Neneknya adalah orang yang selama ini merawat Arumi, beliau juga yang selalu melindungi Arumi. Arham juga dekat dengan neneknya sama seperti Arumi, neneknya juga menyayangi Arham.i di
Bahkan dulu Arham sempat iri pada Arumi, karena Arumi tinggal bersama neneknya jadi Arham merasa Arumi memiliki neneknya seutuhnya. Arham iri dengan kedekatan keduanya, tapi sekarang Arham paham hanya neneknya yang di miliki Arumi saat itu.
"Kenapa nenek pergi? Apa nenek gak kasihan dengan Mbak Arumi? Mbak Arumi masih seperti dulu, selalu di kucilkan dan di benci oleh ibu" ucap Arham terisak
Tanpa Arham sadari, ada empat pasang mata yang melihatnya menangis. Dan salah satunya ikut menangis, mau sekuat apapun di tahannya tetap tidak bisa. Dia adalah Arumi yang saat ini menangis di pelukan suaminya, bahkan baju yang di pakai Ibrahim sudah basah oleh air mata istrinya.
Setelah bertemu dan berbicara dengan Bu Neli, Arumi tiba-tiba merasa rindu pada neneknya. Makanya meminta suaminya untuk mengantarnya ke makan neneknya, tapi Arumi tidak menyangka jika akan melihat pemandangan yang sangat menyentuh hatinya.
Ibrahim dan Arumi melihat Arham menangis di depan batu nisan neneknya, di sela tangisan Arham Arumi mendengar Arham merasa bersedih atas perlakuan ibu tirinya dan saudara tirinya pada Arumi. Itu artinya Arham sudah tahu, kalau Arumi bukan anak kandung Bu Ani.
"Arham"
Arumi menyentuh pundak Arham, tentu saja membuat Arham terkejut karena kehadiran Arumi tiba-tiba. Arham berdiri lalu memeluk Arumi, tangisan Arham pun pecah. Ibrahim yang melihat pemandangan itu ikut meneteskan air mata, terharu karena Arham masih peduli dengan istrinya.
"Maaf Mbak, maaf....." ucap Arham dengan suara parau
"Kenapa kamu minta maaf? Ini bukan salah kamu, semua sudah takdir"
Arumi mengelus kepala Arham dengan lembut, kemudian Arumi melepaskan pelukannya dan menarik lengan Arham agar berjongkok di samping makam nenek mereka. Arumi menaburkan bunga yang tadi di belinya, Arham hanya memperhatikan saja.
"Kamu tidak perlu bersalah, karena ini bukan salah kamu. Mbak sudah ikhlas menerima semua takdir yang Allah berikan pada Mbak, tugas Mbak sekarang hanya menikmati alur yang ada dan hidup dengan baik" ucap Arumi menatap Arham yang masih terisak
"Mbakmu benar, ini semua bukan salah kamu. Karena apa yang terjadi pada Mbakmu, tidak ada hubungannya sama sekali denganmu" Ibrahim pun ikut menenangkan Arham
"Kenapa Mbak gak cerita"
"Mbak juga baru tahu, setelah kamu pergi"
"Kenapa ibu tega sekali dengan Mbak?" tanya Arham dengan wajah polosnya
"Ibu bahkan bisa melakukan hal yang lebih, Arham. Jika kamu percaya dengan Mbak, Mbak akan menceritakan semuanya"
Ibrahim yang paham dan mengerti dari perkataan istrinya langsung memegang bahu istrinya sembari menggeleng, Ibrahim tidak mau istrinya bertindak gegabah yang membuat hubungan istrinya dan Arham kembali renggang. Arham menatap Arumi dan Ibrahim dengan tatapan heran, apalagi Ibrahim langsung menggeleng.
"Apa yang ingin Mbak katakan?"
"Tidak jadi, sampai kamu percaya dengan Mbak. Baru nanti Mbak akan menceritakan semua, tentang kenyataan yang menyakitkan"
Arumi melihat wajah Arham yang terlihat ragu, Arumi mengurungkan niatnya untuk memberitahu fakta tentang Bu Ani. Arumi yang hendak berdiri, tiba-tiba tangannya di pegang Arham dan Arham mengatakan bahwa dirinya percaya apapun yang akan di katakan Arumi.
Arumi menatap Arham dengan dalam, lalu Arumi menoleh ke arah suaminya yang langsung menggeleng sembari mengatakan tak mau sampai Arumi di jauhi Arham. Arumi menghembuskan napasnya, apa yang di katakan oleh suaminya benar.
"Ada apa sebenarnya Mbak, Mas?" tanya Arham
"Sebaiknya kamu pulang, pikirkan ini dengan matang. Jika kamu sudah mengambil keputusan, kamu boleh datang ke rumah Mbak"
Arumi melepaskan cekalan Arham lalu menggandeng lengan suaminya, mereka pergi meninggalkan Arham yang masih bingung dan penasaran dengan apa yang ingin Arumi sampaikan. Arumi sadar tindakannya barusan sangat gegabah, hampir saja membuatnya rugi.
Arumi tentu belum sanggup jika Arham ikut membencinya dan tidak percaya padanya, apalagi Bu Ani adalah ibu kandungnya Arham tentu bisa saja Arham membela Bu Ani dan tak percaya dengan cerita Arumi yang mungkin di kira Arham sebuah karangan semata.
Begitu sampai di rumah Arumi langsung mengurung diri di dalam kamar, ibrahim melihat istrinya bersikap seperti itu jadi tidak tenang. Tapi Ibrahim membiarkan istrinya sendiri dulu, Ibrahim tentu sangat paham apa yang sedang istrinya rasakan saat ini.
Ibrahim pun memilih melangkah ke arah dapur hendak membuatkan susu hamil untuk istrinya, Ibrahim tahu saat ini yang di butuhkan istrinya hanya lah sebuah perhatian yang membuat istrinya merasa di hargai dan di sayangi. Setelah siap Ibrahim kembali ke kamar, tak lupa Ibrahim juga membawa cemilan.
"Sayang"
Ibrahim memanggil istrinya dengan lembut setelah membuka pintu melihat istrinya berbaring namun matanya menatap langit-langit kamar, Arumi menoleh pada suaminya lalu tersenyum saat melihat apa yang di bawa oleh suaminya.
"Mas gak perlu repot-repot" ujar Arumi langsung bangun
happy ending juga....
cerita yg bagus