NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Laksamana_Biru

Berawal dari kesalahan yang Faiz Narendra lakukan di masa lalu, membuat hidup Keluarga Narendra terancam bahaya.

Berbagai teror, dan rentetan penyerangan dilakukan secara diam-diam, oleh pelaku misterius yang menaruh dendam kepadanya.


Namun bukan hanya pelaku misterius yang berusaha menghancurkan Keluarga Narendra.


Konflik perebutan pewaris keluarga, yang dilakukan oleh putra sulungnya, Devan Faiz Narendra, yang ingin menjadikan dia satu-satunya pewaris, meski ia harus membunuh Elvano Faiz Narendra, adik kandungnya sendiri.



Sedangkan Elvano yang mulai diam-diam menyelidiki siapa orang yang meneror keluarganya. Tidak sengaja dipertemukan, dengan gadis cantik bernama, Clarisa Zahra Amanda yang berasal dari keluarga sederhana, dan kurang kasih sayang dari ayahnya selama hidupnya.

Ayah Clarisa, Ferdi tidak pernah menyukai Clarisa sejak kecil, hanya karena Clarisa terlahir sebagai anak perempuan. Ferdi lebih menginginkan bayi laki-laki untuk meneruskan keturunannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laksamana_Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Devan menghentikan mobilnya di lokasi tempat rencana pembangunan pabrik teknologi milik Perusahaan Narendra.

Rencana tersebut sudah disusun Devan dengan matang selama berbulan-bulan, namun sekarang terhalang oleh para warga yang menolak untuk menjual tanah mereka.

Devan turun dari mobilnya, dan melangkah mendekati kerumunan warga, yang terdiri dari para petani dan pemilik tanah di sekitar lokasi rencana pembangunan pabrik.

Mereka telah membentangkan pagar hidup berupa ranting pohon, dan batu besar, agar truk dan alat berat lainnya tidak bisa masuk ke permukiman mereka.

"Tuan Devan" ucap Kevin membungkuk hormat.

"Hmm" dehem Devan menghampiri kerumunan warga. Mereka meneriaki slogan-slogan protes, menolak keras rencana pembangunan tersebut dan bersumpah tidak akan menjual tanah milik nenek moyang mereka.

"Kami tidak akan membiarkan tanah nenek moyang kami dihancurkan hanya demi keuntungan segelintir orang kaya!" teriak salah satu dari mereka

"Setuju!!!" sahut warga yang lain

"Kami juga bersumpah tidak akan menjual tanah warisan kami dengan harga berapa pun!!!" ucap orang itu dengan penuh penekanan

"Setuju!!" sahut para warga berteriak lebih semangat

"Tanah ini adalah peninggalan nenek moyang kita, tempat kami tinggal sejak kami kecil, dan Kami tidak akan pernah menjualnya, meski kami di beri berlian sekalipun" teriaknya sekali lagi.

"Setuju!!" sahut para warga semakin keras.

"Kenapa kalian melawan rencana pembangunan ini? Ini kan bisa membantu meningkatkan perekonomian daerah ini" ujar Devan dengan lantang, mencoba untuk meredakan amarah para warga.

"BOHONG" teriak salah satu dari mereka maju mendekati Devan.

"Maaf tuan, tuan tadi bilang kalau kami menyetujui pembangunan ini, dan menyerahkan tanah kami, bisa membantu perekonomian kami gitu?" tanya orang itu yang ternyata seorang gadis remaja.

"Iya itu memang benar, jika kalian bersedia menyerahkan tanah kalian. Maka proyek pembangunan pabrik milik Perusahaan Narendra akan berjalan lancar, dan kalian bisa mendapatkan lapangan pekerjaan" ujar Devan mencoba menyakinkan remaja itu dan para warga.

"Lapangan pekerjaan ya?" tanya remaja itu tersenyum sinis.

"Ya, semuanya kalian percaya jika kita akan di berikan lapangan pekerjaan, kalau pabrik itu berhasil di bangun di tanah milik kita?" tanya remaja tersebut kepada warga yang lain.

"Tidakk!" teriak warga serentak menolak tidak percaya dengan perkataan Devan.

"Kami tidak percaya perkataan anda, karena yang pasti yang mendapat lapangan pekerjaan itu pasti orang dari luar daerah ini, dan membuat warga asli disini tersingkir" ucap salah satu dari mereka dan mendapat sorakan setuju dari warga yang lain.

"Betul, janji-janji tuan hanyalah kata-kata manis untuk membohongi kami warga kecil" balas warga lainya

"Ya, itu benar!!" teriak warga.

"Jangan cuma karena kami warga biasa dan miskin anda bisa semena-mena sama kami"

"Ya, itu benar!!" sahut para warga

"Sudah cukup! Kita tidak akan pernah menjual tanah kita! Ini bukan hanya masalah uang, tapi juga masalah harga diri dan warisan nenek moyang kita!" teriak seorang ibu rumah tangga dengan penuh semangat, membuat suasana semakin riuh mendesak agar Devan menghentikan rencananya untuk mengambil paksa lahan mereka

"Jadi bisa lihat sendiri kan, lebih baik tuan dan anak buah tuan, beserta alat berat itu segera pergi meninggalkan tempat ini atau kami para warga akan mengusir paksa tuan!" ancam remaja tersebut Devan merasa kesal.

Dia tidak terbiasa ditolak, baginya siapapun harus tunduk dan patuh dengan perintah dan kata-katanya, apalagi oleh para petani kecil seperti mereka.

Rasa amarahnya mulai memuncak dan dia mulai mencari cara untuk memaksakan keinginannya.

"Kalian ini tidak punya hak untuk menolak saya! Saya bisa melakukan apapun untuk mengambil lahan ini, termasuk menghancurkan rumah-rumah kalian!" ancam balik Devan dengan marah.

Dia memerintahkan Kevin untuk membawa truk dan alat beratnya, untuk menerobos paksa masuk ke dalam lahan milik warga.

"Kita harus segera masuk ke dalam lahan ini, mereka tidak bisa melarang kita,"ucap Devan dengan nada tegas kepada Kevin.

"Saya tidak yakin ini ide yang baik, Tuan Devan. Mungkin lebih baik kita mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah ini" sahut Kevin dengan penuh kehati-hatian.

"Tidak ada cara lain, kita harus memaksa mereka untuk memberikan lahan ini pada kita. Saya tidak perduli dengan cara apa yang harus kita lakukan, yang penting lahan ini akan menjadi milik kita" jawab Devan dengan menatap tajam Kevin.

Kevin pun akhirnya cuma bisa mengikuti perintah Devan. Kevin memberi kode kepada sopir alat berat untuk segera menerobos masuk kedalam permukiman warga.

Melihat itu, para warga tentu saja tidak tinggal diam. Mereka mulai melawan dengan segala cara yang mereka miliki.

Mereka melemparkan batu, dan ranting pohon ke arah truk dan alat berat Devan, sehingga menghentikan pergerakan mereka.

Pertarungan pun terjadi diantara mereka, menciptakan suasana tegang dan penuh dengan emosi.

Devan merasa kebingungan, dia tidak menyangka bahwa para warga akan sekuat ini mempertahankan tanah mereka.

Dia tidak mengerti mengapa mereka begitu keras kepala dan tidak mau berkompromi. Rasa frustasinya semakin memuncak dan dia mulai kehilangan kendali atas situasi.

"Tuan, bagaimana ini?" tanya Kevin membuat Devan menghela nafas kasar.

"Mundur saja, kita pikirkan cara lain!" balas Devan dan bergegas kembali ke mobil. Namun ketika Devan berbalik tiba-tiba..

Tak

"Argh" ringis Devan ketika ada seseorang yang sengaja melempar botol bekas minuman ke kepalanya.

Devan berbalik lagi dan melihat pelaku pelemparan itu , yang ternyata seorang remaja yang tadi maju menantangnya. Devan menghampiri remaja tersebut dengan tatapan penuh dengan kemarahan

"Maksudmu apa hah, kamu mau cari gara-gara dengan saya hah?" tanya Devan dengan suara gemetar karena amarah yang memuncak.

Remaja itu hanya tersenyum sinis, matanya berbinar penuh kesombongan.

"Saya cuma memperingatkan Anda, agar tidak kembali lagi kesini, jika Anda tidak ingin membuat wajah tampan Anda menjadi babak belur!" ucap remaja itu dengan nada tinggi dan penuh penekanan, membuat darah Devan semakin mendidih.

Namun, tanpa ragu Devan membalas dengan suara yang penuh ejekan,

"Hahaha, ya kau itu hanya cewek, jangan pernah menantang seorang harimau, kalau kau tidak ingin menyesal nantinya" ucap Devan tersenyum miring.

Bugh

"Argh" ringis Devan ketika remaja itu menendang kakinya.

"Jangan pernah memandang fisik atau gender, jika tuan berani, ayo maju lawan saya" tantang remaja tersebut sambil menatap tajam ke arah Devan.

"Cih, lawan sama cewek?"ucap Devan meremehkan tantangan remaja itu.

Namun, di balik sikapnya yang meremehkan, Devan sebenarnya sangat memendam niat untuk mengalahkan remaja itu dan membuktikan bahwa dirinya bukanlah seseorang yang bisa dianggap enteng.

Mereka pun terlibat dalam pertarungan sengit, saling melempar pukulan dan tendangan dengan penuh kemarahan.

Bugh

Bugh

Bugh

Devan memperlihatkan kemampuannya yang tidak kalah dengan remaja tersebut, bahkan sempat berhasil melumpuhkannya sejenak.

"Argh" ringis remaja ketika Devan berhasil memukul perutnya, hingga membuatnya terjatuh.

Namun, dengan cepat remaja tersebut bangkit kembali dan melancarkan serangan balik yang lebih ganas.

Keduanya saling menyerang dengan penuh emosi, tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakan mereka.

Sedangkan para warga nampak terus memberi semangat ke remaja itu, hingga membuat kosentrasi Devan buyar.

Devan menjadi lengah, dan kesempatan ini di manfaatkan remaja itu menemukan cela, dan langsung memukul keras dada Devan

Bugh

"Argh!" ringis Devan terjatuh dan membuat para warga bersorak gembira.

"Tuan Devan" ucap Kevin bergegas menghampiri tuannya dan membantunya berdiri.

Devan yang merasa malu menghempaskan tubuh Kevin yang membantunya berdiri.

"Jadi siapa disini yang lemah, hmm?" ejek remaja itu.

Gila ni cewek apa samson sih, kuat banget. Belum pernah gue liat ada cewek yang sekuat ini, batin Devan yang masih merasa malu karena ia dikalahkan oleh seorang cewek. 

"Makanya tuan jangan sombong dulu, cewek tidak selalu lemah tuan, kalau cewek lemah, mana bisa tuan lahir kedunia ini hah?" ujar remaja tersebut.

"Cih, jangan sombong dulu kau bocah. Aku hanya mengalah karena kau cewek" ucap Devan.

"Iya deh iya, cowok mah egonya tinggi, gak mau merasa kalah sama cewek padahal memang kalah" ejek remaja itu membuat Devan semakin marah.

"Ya lebih baik tuan sekarang pergi dari sini" usir salah satu warga.

"Ya benar, lebih baik kalian semua pergi dan jangan pernah kembali lagi" ucap warga yang lain dan mendapat sorakan setuju.

Membuat Devan tidak mempunyai pilihan selain membatalkan rencana pembangunan pabrik dan segera pergi dari sana.

Namun sebelum pergi ia melihat gadis remaja yang masih tersenyum angkuh di depannya.

"Siapa nama mu" tanya Devan penasaran.

"Lah, ngapain nanya2 nama ku" tanya balik remaja itu.

"Aku ingin tau, kau berbeda dari semua cewek yang pernah aku temui" balas Devan

"Siapa namamu?" tanya Devan sekali lagi

"Keysha Aulia Mahesa" ucap Keysha.

1
Abu Bakar Siddiq
ceritanya keren
gak bisa berkata kata banyak
Abu Bakar Siddiq
banyak cari inspirasi lagi
Maximilian Jenius
Jangan berhenti menulis, ceritamu bagus banget!
Webcomics fan #2
Tidak bisa berhenti
Rubí 33-12
Gak bisa lupain cerita yang dilukiskan oleh author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!