NovelToon NovelToon
Guruku Adalah Pacarku

Guruku Adalah Pacarku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Teen Angst / Idola sekolah
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

GURUKU ADALAH CINTAKU, BIDADARI HATIKU, DAN CINTA PERTAMAKU.

******

"Anda mau kan jadi pacar saya?" Seorang pria muda berjongkok, menekuk satu kakinya ke belakang. Dia membawa sekuntum mawar, meraih tangan wanita di hadapannya.

Wanita itu, ehm Gurunya di sekolah hanya diam mematung, terkejut melihat pengungkapan cinta dari muridnya yang terkenal sebagai anak dari pemilik sekolah tempatnya bekerja, juga anak paling populer di sekolah dan di sukai banyak wanita. Pria di hadapannya ini adalah pria dingin, tidak punya teman dan pacar tapi tiba-tiba mengungkapkan cintanya ... sungguh mengejutkan.

"Saya suka sama anda, Bu. Anda mau kan menerima cinta saya?" lagi pria muda itu.

"Tapi saya gurumu, Kae. Saya sudah tua, apa kamu nggak malu punya pacar seperti saya?"

Sang pria pun berdiri, menatap tajam kearah wanita dewasa di hadapannya. "Apa perlu saya belikan anda satu buah pesawat agar anda menerima cinta saya? saya serius Bu, saya tidak main-main,"

"Tapi..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 28. Berlian Berharga

Di sebuah ruangan remang-remang, hanya diterangi lampu kecil di langit-langit, dua pria paruh baya berdiri berhadapan. Di antara mereka terbentang meja panjang dengan beberapa kursi. Suasana tegang menyelimuti ruangan itu, wajah mereka serius dan dipenuhi amarah.

Salah seorang pria, dengan raut wajah yang memerah, menggebrak meja dengan keras. Barang-barang di atasnya berhamburan ke lantai, pecahan beling berserakan di sekitar. Dengan nada dingin dan rahang yang mengeras, dia menarik kerah baju temannya yang ada di sampingnya.

"Apa Lo udah nggak w4ras, hah?! Lo tau, dengan tindakan Lo yang kayak anj3ng itu, Lo semakin membuat Indra berada di awang-awang. Dia menang tender lagi, beg0!" Seru pria itu sambil melepaskan kerah baju temannya dan mendorongnya hingga mundur beberapa langkah.

Pria yang kerahnya tadi dipegang pun merapikan bajunya. "Gue udah berusaha, tapi Lo nggak ngerti, Indra kayak punya jimat buat menang tender. Dia ikut, pasti menang. Lo nggak curiga apa dia curang? Mungkin dia nyuap orang dalem buat menangin tender itu."

Sebenarnya, argumennya cukup masuk akal. Setiap kali Indra mengikuti event atau perjalanan bisnis, dia selalu menang. Entah itu event atau tender, dia selalu keluar sebagai pemenang.

Semua orang yang menjadi pesaing Indra setiap kali iri dan merasa curiga. Banyak yang mengatakan tidak tidak soal Indra. Bahkan kedua pria ini. Mereka adalah rekan bisnis Indra, yang di depan kelihatan seperti domba, sementara di belakang seperti anj-ing.

"Ya, Lo masuk akal juga sih. Mungkin aja dia nyuap orang dalam kan buat menangin tender itu. Secara dia kan pengusaha tersukses se Asia tenggara, pasti koneksi dia banyak banget ...

Eh, anak Lo sekolah di tempat yang sama kayak sekolah tempat anaknya Indra sekolah kan? Itu tuh Genius High School. Coba lo deketin anak lu sama anaknya Indra, Lo hancvrin Indra lewat anak Lo. Anak lu pasti kenal kan sama anaknya Indra, pemilik sekolah itu?" kata temannya menyarankan.

Temannya pun menyahut. "Kenal banget kalau itu mah. Dia sering banget bilang sama gue kalau dia itu suka sama anaknya Indra. Kaesang. Tapi Kaesang itu kayak sok jual mahal dan nolak dia terus ...

Lo tau kan kalau anak gue itu secantik apa, banyak yang ngejar-ngejar anak gue, tapi dia, dia dengan gampangnya nolak cinta anak gue. Sebenarnya kayak apa sih Kaesang itu, Lo punya fotonya nggak?" tanya pria itu.

"Kagak. Kagak punya gue. Nanti Lo minta aja sama anak Lo itu. Pasti dia punya. Dah, kita atur strategi aja, gimana caranya biar kita bisa menangin tender ini dan ngalahin Indra. Kita harus menang pokoknya. Duit gue lima miliyar ada di dalam tender ini." 

Mereka pun segera berdiskusi, seperti dua ekor ayam jago yang hendak bertarung, mencari strategi jitu untuk mengalahkan Indra, yang sejak dulu tidak terkalahkan dalam urusan bisnis.

Julukan dan prestasi sebagai pengusaha tersukses nomor satu se-Asia Tenggara telah Indra sandang sejak dulu, membuat mereka merasa seperti anak ayam yang baru belajar berkokok, menghadapi ayam jantan yang sudah berumur.

Kedua pria ini, dengan tekad bulat seperti hendak menjatuhkan meteor, bertekad untuk mengalahkan Indra. Mereka sudah mempertaruhkan segalanya, bahkan sampai menjual celana dalam mereka (mungkin). Kalah dalam tender ini berarti mereka akan kehilangan segalanya, dan Indra akan semakin berjaya, mungkin sampai ke bulan.

*************

Kaesang dan Tyas berdansa mesra di sisi lain di meja mereka. Saat itu musik mengalun merdu, mengiringi langkah mereka yang selaras. Tatapan mereka bertemu, senyum hangat terukir di wajah keduanya.

"Kamu tahu, Dear," bisik Kaesang, matanya berbinar saat mereka berputar dalam tarian, "aku belum pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Rasanya hidupku semakin lengkap setelah ada kamu di hidupku."

Tyas pun menjawab. "Ah, bisa aja kamu. Aku juga bahagia bersama kamu, Yang. Kebahagiaan ini nggak bisa di ukur sama kata-kata. Pokoknya aku mencintai kamu," jawab Tyas. Kaesang dan Tyas berhenti berdansa, mereka mendekatkan tubuh masing-masing dan saling men-ci-um.

Tyas melingkarkan tangannya di leher Kaesang, dan Kaesang memeluk erat pinggang Tyas. Keduanya saling menempel saat itu, tanpa sekat.

Kaesang membawa Tyas ke dinding, ciu-man mereka yang semula lembut, kini semakin ganas.

Pakaian mereka sedikit berantakan, tapi mereka tak peduli.

Mereka melepaskan ciu-man, saling menatap dengan tatapan penuh cinta. Tanpa kata, ciu-man mereka kembali terjalin, kali ini lebih intens dan penuh g4irah.

"Eugh," de-sah Kaesang dan Tyas, sedikit terengah-engah setelah melepas civman mereka. Mereka kembali duduk di kursi masing-masing, meneguk minuman mereka.

Tyas menoleh kearah Kaesang, senyumnya merekah. "Yang, kalo kamu mau nyentvh aku juga nggak papa loh. Aku ikhlas buat ngasih kesvcian aku sama kamu." Kata-kata Tyas yang tiba-tiba membuat Kaesang, yang sedang minum, tersedak. Dia terkejut.

"Uhuk ... Uhukk ... Uhukkk ..." Batuk Kaesang menggema, terdengar sedikit terengah-engah.

"Minum, Yang." Tyas langsung menyodorkan minumannya kepada Kaesang. Kaesang dengan cepat meneguknya. Setelah merasa lebih baik, dia mengusap bibirnya dengan tisu. Kaesang menoleh ke arah Tyas. Keningnya mengerut.

"Kamu ngomong apa sih, Dear? Jangan ngelantur ya!" Kaesang sedikit meninggikan suaranya, nada bicaranya mulai terdengar serius. Dia tidak suka dengan ucapan Tyas.

Tyas yang melihat Kaesang meninggikan suaranya dan terlihat tidak suka segera mengerucutkan bibirnya, cemberut.

"Kamu nggak mau ya? Ya udah deh kalau nggak mau mah, nggak papa." ujar Tyas dengan nada sedikit kecewa. Bibirnya mengerucut, dan dia menghabiskan sisa makanannya dengan wajah sedikit masam. Sendok dan garpunya beradu dengan piring, menimbulkan bunyi yang sedikit nyaring.

Kaesang meraih tangan Tyas, membuat wanita itu menoleh ke arahnya dengan wajah yang masih merajuk.

"Siapa sih yang bilang gak mau? Sebagai laki-laki normal pasti aku mau lah," kata Kaesang sambil menggenggam tangan Tyas. Tyas menarik tangannya dengan tegas, menatap Kaesang tajam, sorot matanya penuh intimidasi.

"Terus kenapa kamu nggak mau nyentvh aku?!" tanya Tyas, suaranya sedikit terengah. 

"Aku jelek ya, aku kurang s3ksi ya, aku--" Kaesang langsung memotong ucapan Tyas dengan meraih tangannya dan menggenggamnya erat.

Dia menarik Tyas agar menatapnya, matanya bertemu dengan mata Tyas, tatapannya dalam dan penuh makna, membuat Tyas yang semua berapi-api dalam bicara langsung terdiam, terhanyut dalam tatapan Kaesang.

Kaesang menimpali. "Aku nggak mau mervsak kamu sebelum waktunya, Dear. Memang setiap laki-laki normal pasti menginginkan hal itu, bahkan sebelum mereka sah dengan pasangannya mereka sudah melakukannya ...

Tapi aku nggak mau melakukannya, Dear. Aku nggak mau mervsak kamu sebelum kita resmi menjadi suami istri. Aku mencintai kamu, tapi tidak dengan merenggut berlian berharga yang kamu miliki. Kamu mengerti, kan?

Aku nggak ingin ngervsak pasanganku, apalagi kalo aku mencintainya. Kamu jangan mengatakan hal itu lagi ya, Jangan membuat kita berd0sa karena melakukannya di luar pernikahan." Kata-kata Kaesang membuat Tyas terharu hingga air matanya menetes.

Dia tak menyangka Kaesang akan berkata dan berpikir seperti itu. Dia kira Kaesang akan sama dengan para mantan pacarnya sebelumnya, yang meminta bersentvhan padahal belum sah menjadi pasangan suami istri. Tapi ternyata, Kaesang berbeda.

Tyas bangkit dari duduknya, menghampiri Kaesang. Kaesang yang tahu Tyas menghampirinya segera ikut berdiri. Tanpa kata, Tyas memeluk erat Kaesang. Air mata menetes di pipinya, mengalir deras di pelukan Kaesang.

"Huhuhu, Yang." isak Tyas, air matanya menetes di dada bidang Kaesang. "Kok kamu baik banget sih, kan aku jadi tambah cinta. Dari mana sih kamu belajar ngomong manis kayak gitu?" Tyas menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kaesang. Kaesang mengusap rambut Tyas, sesekali mengecup pvncak kepalanya.

"Dari hantu, Dear. Di rumahku banyak hantunya. Mereka suka godain aku, ngasih bisikan-bisikan aneh gitu," goda Kaesang, matanya berbinar nakal. Tyas langsung melepaskan pelukannya, tangannya menepuk dada Kaesang dengan gemas. Bibirnya mengerucut, wajahnya cemberut lucu.

"Ish, apaan sih kamu, nggak lucu ya!" seru Tyas, setengah kesal.

Kaesang terkekeh, lalu menarik tangan Tyas dan memeluknya erat. "Bercanda, Cintaku. Di rumahku nggak ada hantunya kok. Kalaupun ada pasti aku ajak duel satu lawan satu. Lagian, hantu mana yang berani ngegodain aku? 

Mereka pasti takut sama aura kegantenganku yang nggak ada tandingannya." Kaesang, dengan pede-nya yang kelewat batas, terus berceloteh. Padahal, omongannya itu, meskipun absurd, ada benarnya juga.

Tyas yang mendengarnya hanya bisa terpingkal-pingkal. Lawakan Kaesang memang receh abis, tapi bikin ketawa ngakak. Akhirnya, mereka berdua pun melepaskan pelukan dan kembali duduk di kursi masing-masing.

Tyas terpingkal-pingkal, "Hah? Duel? Kamu mau ngelawan hantu pakai jurus jempol ngacir?" tanyanya, sambil menahan tawa. "Nggak usah sok jagoan, Yang. Lagian, siapa juga yang mau ngegodain kamu? Hantu aja pasti ilfil ngelihat kamu yang suka ngelawak receh gini."

Kaesang pura-pura tersinggung, "Eh, kamu ngejek aku ya? Nggak apa-apa, Dear, aku kan kuat. Kalau ada hantu yang berani gangguin kamu, aku langsung ... aku langsung ... aku langsung ... aku langsung ... aku langsung nge-spam ige!"

Tyas menggelengkan kepala, "Ya ampun, Yang, kamu ini bener-bener ngelawaknya receh banget. Tapi, aku suka kok. Kamu lucu." 

Tawa Tyas menular ke Kaesang, membuat mereka berdua tertawa bersama. "Kalau sama yang dulu lucu mana, Dear?" tanya Kaesang, jari-jarinya menelusuri punggung tangan Tyas.

Seketika, suasana di sekitar mereka berubah hening. Pandangan mereka bertemu, tak ada kata yang terucap, tapi mata mereka berbisik, berbagi cerita tanpa suara.

Tyas, dengan senyum jahil yang mengembang di bibirnya, mengisyaratkan Kaesang untuk mendekat dengan melambaikan tangan kearah Kaesang. Kaesang mengerutkan kening, bingung. "Kenapa?" gumamnya pelan, tubuhnya sedikit condong ke arah Tyas.

Tyas, yang sudah mendekatkan wajahnya hingga nyaris menempel di telinga Kaesang, berbisik, "Ehm, rahasia, hahaha." Setelah mengatakan itu Tyas langsung menjauhkan dirinya dari Kaesang, duduk kembali di kursinya. Wajah Kaesang langsung cemberut, dia pun kembali duduk di kursinya.

Bersambung ...

1
Misnati Msn
Lanjut
◍•Grace Caroline•◍: makasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!