Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Obrolan tetangga
"Kamu istirahatlah, Shakila. Soal Abian percayakan saja pada kami, suamimu baik-baik saja," Annisa menghampiri Shakila dan bicara lembut pada menantunya itu.
Annisa belum tahu keadaan apa yang harus Abian perbaiki, tapi Ia akan memastikan semua berjalan seperti yang Abian inginkan. Bahkan jika diperlukan, Annisa akan membantu Adam menjaga Shakila.
"Iya, mas Abian lebih kuat dari yang mba bayangkan. Lebih baik mba istirahat saja sekarang," ucap Adiba ikut menimpali. Meskipun sebenarnya Ia juga mengkhawatirkan keadaan Abian.
Adiba tahu Abian pasti sedang terpukul karena Zahra harus melakukan transplantasi tulang sumsum. Tapi Ia ingin melakukan seperti apa yang Adam lakukan, menjaga Shakila sampai semuanya membaik.
"Bagaimana kalau aku temani mba tidur?" Adiba mendekati Shakila lalu menggandeng tangannya. Ia akan memastikan Shakila tidur nyenyak malam ini tanpa memikirkan masalah yang terjadi.
Adiba ingin memastikan bahwa sampai semuanya membaik, Abian akan melihat Shakila dalam keadaan baik-baik saja.
"Iya, kalian tidur bareng saja. Biar Adiba juga bisa membantu mengurus Khansa," ucap Annisa setuju.
"Baiklah, tapi-"
"Nanti mamah kasih tahu kamu kalau sudah ada kabar dari suamimu," ucap Annisa menyela Shakila.
Annisa benar-benar ingin menjaga Shakila seperti apa yang Abian inginkan, supaya pikiran putranya juga tidak semakin terbebani oleh hal lain selain apa yang sudah terjadi pada Zahra.
"Ayo, mba. Kasihan Khansa sendirian di kamar," Adiba menarik Shakila supaya Shakila kembali ke kamar dan tidak memikirkan soal Abian.
Shakila akhirnya hanya bisa pasrah mengikuti Adiba ke kamarnya, meskipun sebenarnya Ia masih khawatir tentang apa yang terjadi terhadap suaminya.
-
-
Annisa tidak salah tentang Abian. Putranya itu merasa bahwa akan jauh lebih baik jika Shakila berada di sampingnya ditengah keterpurukannya.
Abian ingin Shakila memeluknya dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi Ia tidak bisa meminta Shakila datang karena orang tua Zahra masih berada di rumah sakit.
Besok setelah semua prosedur terpenuhi, Zahra akan melakukan transplantasi sumsum tulang belakang. Tapi Abian masih dilanda kekhawatiran karena hanya sedikit kemungkinan transplantasinya berhasil.
"Mas Abian, kemana mba Shakila? kenapa sekarang jarang sekali kelihatan?" Abian tiba-tiba teringat obrolannya dengan tetangganya tadi pagi, sebelum tragedi di rumahnya terjadi.
Meskipun pernikahan kedua Abian dilakukan secara tertutup, para tetangga tahu bahwa Abian memiliki dua istri dan tahu siapa istri kedua Abian.
"Baru kali ini loh saya kasihan melihat istri kedua, masa mba Shakila cuma dijadikan pengasuh anak kalian?" Abian mengusap wajahnya saat kalimat itu seakan terdengar kembali di telinganya.
"Untungnya sih anak kalian dekat ya dengan mba Shakila?"
"Iya, kelihatannya anak kalian dekat dengan mba Shakila. Tapi ya namanya juga mengasuh anak kecil, pasti mba Shakila capek."
"Saya sih tidak pernah mendengar mba Shakila mengeluh, tapi melihat bagaimana aktifnya anak kalian, sudah pasti mba Shakila capek."
"Saya sudah mencoba mengajak mba Shakila kumpul untuk menghilangkan stress, tapi mba Shakila bilang takut nanti suaminya datang."
"Iya, benar. Tapi suaminya tidak datang-datang, terus sekalinya datang malah marah-marah."
"Saya tidak tahu apa yang membuat mas Abian marah waktu itu. Mba Shakila baik loh, dia tidak pernah jauh-jauh dari rumah karena takut mas Abian pulang waktu mba Shakila diluar."
"Waktu itu saya melihat mba Shakila keluar dari rumah, tapi itu juga karena anak kalian sakit. Alergi deh kalau tidak salah."
"Zaman sekarang jarang loh ada istri yang takut keluar rumah karena mikirin suami."
Semua yang dikatakan tetangga Abian sudah berlalu. Abian juga sudah memperbaiki semuanya dengan Shakila. Tapi Abian tetap merasa bersalah karena baru mengetahui itu sekarang. Bahwa Shakila seberbakti itu terhadapnya sebagai istri.
"Sekarang mas malah menitipkan Khansa padamu," sesal Abian karena Ia harus kembali menjadikan Shakila pengasuh anaknya, "mas juga mengingkari janji mas untuk menemuimu hari ini."
Abian melihat handphonenya. Mengecek notifikasi masuk dari Shakila. Ada banyak pesan yang Shakila kirim, dan terakhir lima menit yang lalu.
Shakila: Kalau mas sedang ada masalah, mas bisa cerita sama aku. Aku istri kamu, mas
Itu adalah pesan yang Shakila kirim untuk Abian. Dan membuat Abian kembali teringat dengan apa yang tetangganya katakan.
"Sekarang setelah orang tua mba Zahra datang, mba Shakila malah pergi entah kemana. Saya jadi ragu mba Shakila dianggap istri."
Abian menghela nafasnya. Ia selalu menganggap Shakila istri, bahkan disaat tujuan mereka menikah hanya untuk membuat Zahra semangat sembuh.
Abian mengalihkan pandangannya dari handphone kemudian menatap Zahra yang terbaring lemas diatas tempat tidur. Sejak tadi siang pingsan, istrinya itu masih belum membuka matanya.
"Mas keluar dulu sebentar ya," Abian mencium kening Zahra sebelum akhirnya membawa dirinya pergi keluar dari ruangan istrinya itu.
Sebelum benar-benar pergi, Abian sempat melihat kedua mertuanya yang tertidur di sofa. Ruangan tempat Zahra dirawat ruangan VVIP, sehingga fasilitasnya juga lumayan bagus.
"Syukurlah umi sudah tidur, aku bisa menelpon Shakila sekarang," gumamnya dalam hati kemudian menutup pintu ruangan Zahra dari luar.
Abian pergi ke taman yang ada di rumah sakit. Duduk di salah satu bangku yang ada disana untuk menghubungi istrinya yang sedang mengkhawatirkannya.
-
-
Shakila tersenyum melihat tampilan di handphonenya. Akhirnya suaminya menghubunginya.
"Assalamu'alaikum, mas," ucap Shakila setelah menggeser ikon hijau di layar handphonenya.
Shakila pikir Abian tidak akan merespon pesannya karena sedang menjaga Zahra, tapi ternyata sekarang suaminya itu meneleponnya.
"Waalaikumsalam, sayang. Kamu belum tidur?"
Shakila reflek melihat kearah jam. Sekarang sudah jam setengah dua belas malam dan seharusnya Shakila sudah tidur supaya tidak melewatkan sepertiga malamnya.
Adiba sudah lebih dulu tidur di kamar Shakila. Adiba ingin menemani Shakila sampai Shakila tidur, tapi malah Ia yang ketiduran.
"Iya, mas. Mas sendiri kenapa belum tidur?" Shakila berjalan kearah balkon supaya suaranya tidak sampai mengganggu Adiba dan Khansa yang sedang tertidur.
"Ada yang harus mas urus disini, jadi mas belum tidur," Abian tidak berbohong. Kenyataannya memang Ia harus mengurus hatinya yang tidak bisa tenang karena kondisi Zahra dan rasa bersalahnya terhadap Shakila.
Kebenaran lainnya adalah Abian sudah mengurus untuk transplantasi sumsum tulang belakang Zahra.
"Oh," Shakila tidak tahu harus mengatakan apalagi karena sebenarnya Ia tidak terbiasa menerima telepon dan lebih suka berkomunikasi lewat pesan.
Terjadi keheningan diantara mereka untuk beberapa saat, karena disebrang sana Abian juga tidak mengatakan apa-apa pada Shakila.
"Maaf ya, mas tidak jadi kesana," ucap Abian setelah sekian lama mereka saling terdiam.
"Tidak apa-apa, mas. Yang terpenting mas baik-baik saja disana. Oh ya, bagaimana keadaan mba Zahra? aku dengar dari Adam penyakit mba Zahra kambuh?"
"Iya, tadi siang Zahra kambuh. Tapi sudah ditangani oleh dokter."
"Syukurlah, mas. Aku lega mendengarnya."
Mereka mengobrol banyak hal malam itu. Sampai tidak terasa menit demi menit berlalu.
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk