Liu Bai, dianggap sebagai pemuda tak berguna oleh semua orang karena dia tidak memiliki kemampuan apapun dibandingkan dengan pemuda se generasi nya, tingkah lakunya yang terkadang konyol serta selalu membuat marah orang lain membuatnya semakin di kucilkan.
Suatu hari Liu Bai tidak sengaja bertemu dengan kultivator yang terluka parah, sebelum kultivator itu meninggal, dia sempat memberikan seluruh kekuatan dan keahliannya kepada Liu Bai, dengan mendapatkan warisan besar serta metode dan keahlian dari sosok tersebut, akhirnya Liu Bai memiliki kemampuan untuk bersaing dengan para pemuda se generasi nya, namun perjalanan Liu Bai terus berlanjut demi memberantas kekuatan jahat, apakah perjalanan Liu Bai akan berhasil, mari kita ikuti bersama petualangan Liu Bai yang berjudul, Penguasa Angin Benua Timur, selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Kota
***
“Kemarilah dan jangan hanya berlarian menghindari api ku manusia! Aku akan membuat mu menjadi daging bakar makanan lezat ku, ssst.”
Siluman Ular menyemburkan Api nya berusaha membakar Liu Bai yang terus bergerak lari dengan kecepatan yang sangat cepat menghindari setiap serangan Siluman Ular, hal itu membuat bagian tengah hutan mengalami kebakaran hebat.
“Masih mau memakan ku? Tidak semudah itu! Kamu pikir kamu bisa menandingi kecepatan Langkah Angin ku?” kata Liu Bai dengan kata-kata ejekannya seraya berlari menghindari semburan Api.
Siluman Ular benar-benar sangat marah, tiga bulan yang lalu, dia masih bisa membuat Liu Bai ketakutan, namun sekarang Liu Bai tidak hanya bertambah kuat dan berhasil naik ke Tingkat lima hanya dalam waktu tiga bulan saja, terlebih lagi Liu Bai terlihat telah mempelajari keterampilan baru yang membuat langkah kaki nya berlari dengan kecepatan seperti hembusan angin.
Selama tiga bulan sejak berhasil lolos dari Siluman Ular, Liu Bai tidak tinggal diam dan bersembunyi, dia justru terus berburu dan mengumpulkan banyak Mustika Siluman serta Inti Elemen, dengan bantuan Mustika Siluman yang sudah sangat banyak dia kumpulkan dari para Siluman, Liu Bai secara bertahap naik ke setiap tingkat hingga sampai ke Tingkat lima, dan yang membuatnya dengan cepat naik empat tingkat sekaligus adalah Mustika Siluman milik beberapa Siluman di Kelas Serigala.
Liu Bai juga menggunakan salah satu keterampilan milik Hun Fao, yaitu Langkah Angin yang membuatnya bisa bergerak cepat dan lincah, belum lagi Liu Bai menemukan cara untuk meningkatkan kemampuan Spiritualnya sehingga dia berhasil mencapai ke Tingkat Bumi ketiga, hal itu membuat kemampuan Liu Bai semakin melonjak, walau hanya sebatas di Tahap Ahli Tingkat lima, namun dengan banyak keterampilan teknik tingkat tinggi yang di wariskan oleh Hun Fao serta kemampuan Spiritualnya yang naik ke Tingkat tiga, Liu Bai mampu mengecoh Siluman Ular yang merupakan Siluman Kelas Singa.
“Tebasan Angin Musim Gugur.”
Liu Bai berbalik arah lalu melepaskan beberapa tebasan angin yang sangat tajam ke arah Siluman yang masih menyerangnya, serangan tersebut hanya untuk pengalihan saja agar Siluman Ular berfokus untuk mematahkan serangan tersebut atau setidaknya menghindarinya.
“Ini kesempatan ku!”
Melihat rencananya berhasil, Liu Bai segera membuat segel tangannya lalu mengalirkan Qi dalam jumlah besar ke Pedangnya hingga pedang tersebut bercahaya.
Liu Bai mengayunkan pedangnya searah jarum jam lalu sembilan bayangan pedang muncul di hadapannya, “Siluman Ular yang perkasa, terimalah serangan ku ini!” kata Liu Bai lalu dengan satu gerakan tangan, kesembilan bayangan pedang masing-masing berputar sehingga menciptakan sembilan pusaran angin seperti mata tombak yang tajam.
“Formasi Sembilan Mata Angin.”
Tepat setelah Siluman Ular itu berhasil menghancurkan serangan pedang Liu Bai, kesembilan bayangan pedang yang berputar melesat lalu semuanya bergabung menjadi satu pusaran angin tajam dengan ujung tajamnya mengarah ke kepala Siluman Ular.
Api di sekitar yang membakar hutan maupun benda-benda apapun ikut terhisap dan bergabung dengan pusaran angin tajam yang besar sehingga serangan itu bisa terlihat, saat melesat, serangan tersebut akan menghancurkan jalur yang dilewatinya, dan itu membuat seluruh wilayah pertarungan ikut bergetar dengan kekuatan hisap Angin yang sangat menakutkan.
“Ssstt! Kamu pikir bisa mengalahkan ku dengan cara seperti itu?”
Siluman Ular membuka mulutnya, dan semburan lautan api segera melesat ke arah serangan Liu Bai, namun hal yang tak terduga terjadi. Lautan api yang menyembur itu justru ikut terhisap ke dalam pusaran angin yang membuat kekuatan angin Liu Bai semakin kuat.
Serangan Liu Bai kini berubah menjadi pusaran api tajam setelah seluruh semburan api Siluman Ular itu bersatu, hal itu membuat Siluman Ular panik serta tidak percaya, namun dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan akan apa yang sebenarnya terjadi, yang bisa dilakukan oleh Siluman Ular adalah berbalik dan pergi sejauh mungkin agar tidak mati terbunuh oleh api nya sendiri.
"Mau lari? tidak akan aku biarkan!"
Sayangnya Liu Bai tidak memberikan kesempatan itu, dengan Pedang yang masih bercahaya, Liu Bai menggunakan seluruh Qi nya ke pedang di tangannya lalu melemparkan pedangnya yang segera melesat ke arah pusaran angin api sehingga membuat kecepatan serangan itu tiga kali lebih cepat dari sebelumnya.
Siluman ular semakin panik karena kecepatan serangan Liu Bai yang lebih cepat dari kecepatan larinya, dia ingin mengumpat, namun semuanya sia-sia karena sebelum dia bersuara, serangan Liu Bai sudah lebih dulu membakar dirinya dan menghancurkan sebagian tubuhnya.
“Walau kamu adalah Siluman Kelas Singa, namun pusaka ku juga berada di Kelas Singa, belum lagi Teknik yang aku gunakan itu juga berada di Kelas Serigala!” kata Liu Bai yang terlihat kelelahan karena seluruh Qi nya telah di gunakan untuk membunuh Siluman Ular tersebut, setidaknya dirinya merasa puas setelah mengalahkan Siluman Ular dengan Teknik Kelas Serigala yang didukung dengan Pusaka kelas Singa.
Liu Bai menghampiri Siluman Ular yang mati dengan tubuh hanya tersisa kurang dari setengah, setelah mencabut pedangnya yang tertancap di kepala ular bagian belakang, Liu Bai segera membelah kepala Siluman Ular tersebut lalu mengambil Mustika nya yang berwarna biru, tentu saja Liu Bai juga mengambil Inti Elemen api milik Siluman ular, dan Aura Kematian juga masuk ke dalam tubuh Liu Bai sehingga aura kematiannya semakin tebal.
“Kepadatan Qi Mustika ini sangat luar biasa!” gumam Liu Bai seraya memperhatikan Mustika Siluman berwarna biru tersebut.
Mustika Siluman Kelas Singa memang berwarna biru, sedangkan Siluman Kelas Serigala berwarna kuning, dan Siluman biasa berwarna hitam, belum lagi setiap mustika yang memiliki tingkat kelas yang berbeda tidak hanya memiliki jumlah Qi yang berbeda-beda, namun harga jualnya juga semakin mahal, apalagi jika Liu Bai mendapatkan Mustika Siluman di Kelas Naga yang berwarna Merah, tentu jumlah Qi nya akan sangat luar biasa banyaknya serta nilai jual mustika sekaligus dengan Inti Elemen Siluman Kelas Naga jauh lebih mahal.
“Sepertinya aku tidak bisa lagi berlama-lama di tempat ini!” gumam Liu Bai saat memperhatikan bekas kebakaran hutan yang kini hanya tinggal asap.
“Sebaiknya aku kembali ke Kota Yan untuk mencari informasi akan kabar paman serta teman-temanku,” kata Liu Bai.
Sebelum Liu Bai pergi, dia harus terlebih dahulu mengisi kembali Qi nya yang terkuras, dan setelah menemukan tempat yang aman, Liu Bai mengeluarkan lima Mustika Siluman biasa dan dua Mustika Siluman Kelas Serigala lalu menyerap Mustika Siluman agar Qi nya yang hampir terkuras terisi kembali. Setelah hari hampir malam, Liu Bai sudah memiliki kembali Qi nya, dan dia segera menaiki Pedangnya terbang menuju ke Kota Yan.
Kali ini Liu Bai tidak akan menunjukkan sesuatu yang terlalu mencolok, dia akan memastikan situasi terlebih dahulu setelah tiba di Kota Yan, takutnya para anggota Organisasi Hantu masih berada disana menunggu dirinya kembali.
"Kalau tidak salah Sekte nya tempat Li Hang berada di Kota sebelah timur, apa aku kesana saja, atau aku harus ke kota dulu?" batin Liu Bai yang masih terbang, dan setelah berpikir beberapa saat, Liu Bai akhirnya memutuskan untuk kembali dulu ke Kota Yan.
Liu Bai terus terbang hingga memasuki wilayah Kota Yan bagian Utara, mengingat di disana ada Sekte Lentera Lotus, Liu Bai memilih untuk turun di tempat yang sedikit jauh dari Kota, dia memilih jalan kaki hingga memasuki Kota.
Karena hari sudah malam, orang-orang tidak bisa melihat wajah Liu Bai dengan jelas sehingga Liu Bai seperti pendatang baru, hanya saja pakaian yang Liu Bai kenakan sudah lusuh serta agak bau, hal itu membuat orang-orang berpikir jika Liu Bai adalah pengemis.
"Sepertinya masih aman-aman saja!" batin Liu Bai memperhatikan semua orang yang sepertinya sangat damai, Liu Bai mempercepat langkahnya menuju ke arah rumahnya, setelah cukup lama berjalan, Liu Bai akhirnya tiba di rumahnya yang terlihat masih bersih terawat.
"Apakah ini artinya Paman selamat?"
Liu Bai tersenyum bahagia karena menganggap pamannya masih berada di rumah, dia buru-buru menuju pintu seraya mengintip di jendela, melihat lampu minyak yang menyala, Liu Bai semakin yakin jika pamannya berada di dalam.
"Paman! Paman ini aku, cepat bukan pintunya," kata Liu Bai seraya mengetuk pintu.
"Kenapa tidak ada jawaban?" batin Liu Bai dan kembali mengetuk pintu memanggil pamannya berkali-kali, namun tetap tidak ada jawaban.
Perasaan Liu Bai semakin tidak tenang, dia mencoba membuka pintu dan ternyata, pintunya tidak dalam keadaan terkunci. Dengan kemampuan Spiritual Bumi ketiga nya, Liu Bai mencoba memeriksa energi di sekitar rumah, namun dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
"Sepertinya bukan paman yang membersihkan tempat ini, tidak mungkin dia mampu membersihkan hingga ke celah-celah sempit seperti ini!" gumam Liu Bai seraya memperhatikan setiap sudut rumahnya yang sangat bersih dari sebelumnya.
Saat Liu Bai masih memeriksa situasi, Liu Bai merasakan kehadiran seseorang di luar, dia segera ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang, dan Liu Bai berharap yang datang itu adalah pamannya.
"Siapa yang berani membuka pintu rumah ini? Pencuri!"
Seorang gadis yang terkejut melihat pintu rumah terbuka segera menarik Pedangnya, saat dia merasakan ada yang akan keluar, gadis itu langsung menebas ke arah pintu.
Liu Bai jelas terkejut ketika sebilah pedang melesat lurus ke arah lehernya, dia dengan cepat menangkap pedang itu dengan kedua jarinya dan melihat wajah gadis yang akrab berada di hadapannya.
"Xiu Lei? Kamu hampir membunuhku!" kata Liu Bai seraya mendengus kesal, namun setelah itu dia tersenyum kembali kepada Xiu Lei.
Xiu Lei tidak langsung bereaksi, dia yang juga terkejut karena serangannya di hentikan dengan mudah oleh pemuda di hadapannya sempat terdiam melihat wajah yang akrab menegurnya, dan setelah beberapa saat, barulah dia mengenali pemuda tersebut.
"Liu Bai! Kamu masih hidup?" tanya Xiu Lei dengan penuh keterkejutan serta masih tidak percaya melihat Liu Bai berada di hadapannya.
Liu Bai tersenyum kecut mendengar pertanyaan sahabatnya itu seraya berkata, "Apakah kamu berharap aku mati? Sungguh menyentuh sekali sapaan mu setelah beberapa bulan tidak bertemu!" kata Liu Bai.
"Ah, bukan begitu? Tapi maaf atas sikap ku tadi, aku pikir kamu pencuri yang ingin mengambil sesuatu dari rumahmu!" kata Xiu Lei lalu dia teringat ketika Liu Bai menangkap serangan pedangnya dengan dua jarinya, "Apa kamu benar-benar Liu Bai?"
"Emangnya ada yang berubah padaku sehingga kamu tidak mengenali ku?" tanya balik Liu Bai.
"Tidak ada yang berubah, tapi kamu tadi mampu menahan serangan ku hanya dengan dua jari saja, seingat ku kamu tidak memiliki kemampuan apa-apa, bagaimana kamu bisa melakukannya?" tanya Xiu Lei.
"Owh, ceritanya agak panjang, nanti akan aku ceritakan, tapi saat ini kamu harus merahasiakan kepulanganku!" kata Liu Bai yang di jawab dengan anggukan oleh Xiu Lei.
Keduanya segera masuk seraya menutup pintu agar tidak ada orang yang melihat Liu Bai yang sudah kembali, sedangkan Xiu Lei menjelaskan jika dia bersama Li Hang serta Mei Yin bersama-sama membersihkan rumah tersebut selama Liu Bai menghilang, sedang saat malam, mereka akan bergantian menyalakan lampu agar rumah Liu Bai tidak terlihat seperti rumah kosong.
"Pantas saja sangat bersih! Tapi bagaimana dengan Paman ku? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Liu Bai.
"Paman Liu berada di Sekte Pedang Matahari!" kata Xiu Lei seraya menjelaskan kondisi pamannya yang Koma sekaligus menceritakan secara rinci akan apa saja yang terjadi sejak penyerangan tersebut serta nasib yang di alami oleh Mei Yin.
Raut wajah Liu Bai terlihat suram setelah mendengarkan cerita dari Xiu Lei, dia tidak hanya marah karena pamannya yang hampir mati oleh kedua sosok dari Organisasi Hantu yang menyebabkan Liu Cheng Koma, di tambah dengan sikap Sekte Lentera Lotus yang sangat keterlaluan kepada Mei Yin.
"Lentera Lotus ini, apa dia itu benar-benar Sekte Aliran Putih atau bukan?" kata Liu Bai yang sangat geram, jelas dia tidak suka dengan beberapa Sekte besar yang menutup mata saat mengetahui jika ada yang ingin membunuh keluarganya.