Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Sebagian besar tamu undangan sudah mulai meninggalkan ballroom hotel tempat di selenggarakannya acara pernikahan yang berantakan itu. Elang dengan tergesa-gesa pergi meninggalkan Bella untuk mencari keberadaan Marisa. Bella tidak mencegah kepergian Elang, ia hanya tersenyum kecil melihat punggung itu mulai menjauh darinya.
"Marisa!! Buka pintunya!! Kita harus bicara" Elang mengetuk pintu dengan keras.
Elang menerobos masuk setelah Mirna membukakan pintu untuknya. Elang hancur melihat keadaan Marisa saat ini. Gadis yang dicintainya sedang meringkuk di ranjang dengan punggung bergetar.
"Marisa?" Elang mendekati Marisa berlahan.
"Marisa, maafkan aku" Elang meraih tangan Marisa.
"Apa lagi yang ingin kamu katakan sama aku Lang? Semua sudah berakhir. Aku sudah hancur" Isak Marisa.
"Aku tidak sengaja melakukan itu Ca, aku di jebak. Bella sengaja melakukan itu semua agar kita tidak jadi menikah" Elang berusaha menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.
"Tapi untuk apa Bella melakukan itu. Aku tidak percaya!!"
"Kenapa kamu terlalu baik begini Ca, sehingga tidak bisa melihat keburukan Bella selama ini!!" Elang jengah karena Marisa selalu saja membela Bella apapun yang terjadi.
"Lalu aku harus gimana? Semua sudah terjadi. Aku rela kalian hidup bersama meski aku sakit" Marisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Tidak Ca, Aku ngga bisa tanpa kamu. Aku mencintaimu. Aku mau kita tetap bersama" Elang menarik tangan Marisa agar bisa melihat wajah sembab itu.
"Kamu g*la Lang, kamu mau buat aku jadi pelakor. Aku nggak mau jadi orang ke tiga di antara kalian. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana orang akan mencaci ku nanti!!" Tegas Marisa.
"Kamu bukan orang ketiga. Justru dia yang datang di antara kita. Percaya sama aku, tidak akan ada orang yang berani mengganggumu" Elang mengusap air mata di pipi Marisa.
"Aku tidak tau Lang, beri aku waktu" Jawan Marisa lirih.
"Baiklah, sekarang istirahatlah. Aku akan pergi, dan ingat!! Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri!!" Elang mencium kening Marisa sebelum melangkah pergi.
Mirna yang sedari tadi mendengar percakapan mereka hanya diam melihat elang mendekat ke arahnya.
"Maafkan saya telah membuat marisa seperti ini tante, tapi saya akan segera menyelesaikan masalah ini. Saya permisi dulu" Perkataan Elang itu hanya di angguki oleh Mirna tanpa balasan satu kata pun.
***
"Elang!!" Nadia menghentikan langkah Elang. Nadia sudah menunggunya dari tadi di ruang keluarga. Setelah kepergian Elang tadi, Bella lebih memilih pulang bersama Nadia lebih dulu.
Elang menatap Nadia dan menangkap sosok yang amat di bencinya juga ada di sana.
"Bunda, jika bunda ingin tau apa yang terjadi tanyakan saja pada anak kesayangan Bunda itu. Elang sudah tidak ingin lagi membahas masalah menjijikkan ini" Ucap Elang menatap Bella tajam.
"Jangan bicara kasar seperti itu kepada Bella. Bagaimanapun sekarang dia istrimu Elang!!" Tegas Nadia. Sebenarnya Nadia adalah wanita yang lembut namun jika dia sudah kecewa maka sikap lembut itu akan terganti dengan Nadia yang tegas.
"Bunda selalu saja membelanya bahkan ketika dia salah. Tindakan Bunda inilah yang membuatnya besar kepala dan bertindak semaunya" Elang memang terangan membenci Bella walau di depan Nadia.
Bella yang dari tadi menjadi bahan keributan Ibu dan anak itu hanya diam dengan tatapan datar. Tak merasa tersinggung ataupun marah. Maka dari itu terkadang ada yang menyebutnya gadis apatis.
Setelah mengatakan itu Elang berlalu meninggalkan Nadia dan Bella menuju kamarnya. Kepalanya terasa ingin pecah. Masuk ke dalam jebakan wanita yang di bencinya bagaikan masuk ke dalam neraka dunia.
BRAAKKKK...
Elang membanting pintu kamarnya. Pintu tak bersalah itu menjadi sasaran kemarahannya.
"S*aaalll. Hidup ku hancur hanya gara-gara wanita s*alan itu!!
" Aaakkkhhhhhh" Umpatan dan teriakan menggema di kamar kedap suara milik Elang.
Elang menjatuhkan dirinya ke ranjang dalam posisi terlentang. Matanya terpejam mengingat hidupnya porak poranda dalam dua hari ini.
Elang masih berada di kamarnya ia tidak peduli apapun lagi saat ini. Hidupnya telah hancur, cintanya telah hilang. Ia sangat merutuki nasibnya yang harus terikat dengan Bella. Pikirannya menerawang jauh saat dulu ia pertama kali bertemu dengan Bella.
Saat Elang pindah ke rumah ini 11 tahun yang lalu, saat itu Elang baru berumur 17 tahun. Dulu Bella adalah gadis yang periang dan baik hati. Tapi semua itu berubah saat kedua orang tuanya yaitu sahabat Bunda Elang meninggal karena sebuah kecelakaan. Gadis itu berubah dingin dan mengerikan. Elang sudah berulang kali melihat Bella membully teman-teman sekolahnya. Bella menjadi gadis yang kaku dan acuh tak acuh, tak peduli pada siapapun, bahkan tidak sudi menolong Marisa saat sepupunya itu akan tenggelam di kolam renang. Dan itu di saksikan oleh Elang sendiri. Hal itu juga salah satu pemicu Elang sangat membenci Bella.
Dan kini tugas Elang tinggal satu lagi, yaitu meredam media tentang batalnya pernikahan Elang dengan Marisa. Karena Elang masih memikirkan nasib karyawannya jika perusahannya hancur.
***
Pagi ini Bella sudah berada di butiknya. Butik yang ia dirikan dengan kerja kerasnya sendiri, karena saat ini uang peninggalan orang tuanya masih di tangan walinya yaitu Mirna. Tapi itu semua sebentar lagi akan menjadi miliknya karena Bella telah memenuhi syarat, yaitu menikah.
"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini Bella?" Tanya Mita, sahabat satu-satunya yang bertahan di sisi Bella sejak bencana buruk itu terjadi. Mita tak pernah lepas dari Bella sejak saat itu hingga kini bekerja dengan Bella, dan menjadi orang kepercayaan Bella.
"Aku akan menghubungi pengacara Papa dan meninta hak yang seharusnya aku miliki" Ucap Bella dengan senyum miringnya.
"Lalu setelah itu apa kamu akan tetap membiarkan mereka tinggal di rumahmu?" Mita sangat mengetahui masalah apa saja yang di lalui Bella.
"Aku tidak akan membiarkan dua tikus itu terlalu lama di sana. Rumah orang tua ku sudah terlalu kotor di bautnya"
"Aku juga malas ke rumahmu kalau ada mereka" Sahut Mita lagi.
Bella hanya menanggapi Mita dengan wajah datarnya. Mita tidak pernah sakit hati sedikitpun dengan sikap Bella, karena Mita tau betul sifat Bella yang sebenarnya.
***
Bella berjalan memasuki pekarangan rumahnya yang sudah sedikit gelap. Wanita cantik itu berjalan sedikit menyeret kakinya. Badannya sudah lelah karena seharian bekerja di tambah lagi pernikahan dadakannya tadi pagi.
BYUURRRR..
Bella merasakan dingin di sekujur tubuhnya karena tersiram air.
"Maaf Bella aku tidak sengaja, aku hanya ingin menyiram tanaman Mama" Marisa merasa bersalah karena tidak melihat kedatangan Bella sama sekali.
Bella masih tetap tenang tak tersulut emosi, masih dengan wajahnya yang dingin dan tatapannya yang menusuk.
"Maaf ya kamu jadi basah begini" Marisa mengusap-usap lengan dan rambut Bella yang basah.
PLAAKKKK
Satu tamparan mendarat di wajah mulus Marisa. Marisa meringis memegang pipinya yang terasa panas dan perih. Ia tak menyangka Bella tega menamparnya.
"Tutup mulut sampah mu itu!!" Bella mendelik tajam kepada Marisa yang sedang memegangi bekas tamparan Bella.
Bella mengangkat tangannya lagi untuk memberi pelajaran kepada mulut tak tau aturan milik Marisa.
"BELLA!!" Suara bariton itu mengehentikan gerakan tangan Bella.
"Elang, ini tidak seperti yang kamu lihat. Bella hanya ingin membersihkan tangannya saja. Iya kan Bella?" Marisa berusaha melindungi Bella dari amukan Elang. Marisa sudah bisa melihat kilat kemarahan di mata pria tampan itu.
"Hentikan sikapmu yang selalu menyakiti orang lain!! Tidak cukup kau menghancurkan pernikahan kita dan kau masih ingin menyakitinya?? Apa kata-kata dan sifat mu yang kejam saja tidak cukup hingga masih menggunakan tanganmu untuk menyakiti orang lain?" Urat leher Elang sampai menonjol karena terlalu geram dengan sikap Bella.
"Kau tidak berhak ikut campur!!" Balas Bella tetap tenang.
"Jelas aku berhak karena Marisa adalah orang yang ku cintai!!" Ucap Elang berapi-api.
Bella tersenyum sinis.
"Susah bicara dengan orang buta sepertimu!!" Desis Bella berlalu meninggalkan pasangan yang gagal menikah itu.
-
-
-
-
Happy reading, jangan lupa tinggalkan jejakmu😘
smoga bella ,dito n mita gak diapa2in mak lampir
byk juga ya yg menginginkan nyawa bella.
seprtinya dr kel angkatnya yg tdk terima klo warisan jatuh ke bella semua
jgn2 donor ke elang ya atau ke nadia ya.
nadia pasti tahu siapa yg mengincar nyawa bella
justru nanti elang yg bakal bucin akut
sepertinya bella menyelidiki sebab kematian ortunya..
tetep aja bell.. siapa yg ga sewot tau atu dikirim surat cerai..
mangkanya hati hati Lang jgn sampe ketauan..bersikap lah biasa aja..