Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Percobaan Pertama Menggoda.
Mansion.
Di dalam kamar yang sangat luas milik gadis yang ia masuki, Divya menatap satu persatu barang-barang gadis remaja itu.
"Apa roh gadis ini sudah pergi? Sungguh kasihan kamu, El. Maafin aku ya, ini bukan mauku loh masuk ke tubuh kamu," Divya bermonolog sendiri.
"Aku juga terpaksa harus bergaya seperti kamu yang masih anak SMA dan ternyata sulit juga, ya. Aku harus bicara seperti anak remaja zaman now, untung aku sempat buka-buka portal di internet bagaimana cara anak sekarang bergaya dan berbicara. Nggak beda jauh seperti 12 tahun lalu sih saat aku SMA, cuma emang bahasa gaul nya semakin keren. Hehe..."
Divya menggeleng seraya terkekeh geli, meniru gaya bicara remaja itu memang gampang-gampang susah. Apalagi ditambah dirinya harus bermanja-manja, Divya semakin terkekeh geli.
"Aku harus bertahan bersandiwara sebagai anak remaja, huff! Hello demi apa? Demi membalas mereka berdua para cunguk! Ck! Btw aku harus memakai pakaian yang mini-mini di rumah biar Emilio bern@fsu melihat tubuh gadis ini."
Dengan semangat Divya mengobrak-abrik pakaian milik Ellia yang tertata rapi bergelantungan di lemari besar walk in closet, mencari dress ketat atau mungkin celana pendek atau apapun itu yang bisa mengundang bir@hi seorang lelaki.
"Hm, kenapa semuanya baju tertutup. Apa anak ini gadis baik? Tapi bukankah kata Emilio kekasihnya ini pembalap liar? Harusnya indentik dengan gadis sexy, tapi lihat semua bajunya. Duh!" Divya menepuk kening.
"Pesen online aja deh, aku cari dulu."
Divya membuka ponsel milik Ellia, untung saja cara membuka ponsel dengan sidik jari. Sedikit penasaran Divya membuka galeri ponsel Ellia, disana foto-foto gadis ini dengan sang kekasih masih dengan pose yang wajar. Sepertinya kekasih Ellia, Maxime itu lelaki baik.
"Gadis mu sudah tidak ada, boy." Gumam Divya menatap foto Maxime di dalam galeri yang sedang menatap ke samping ke arah Ellia berada. "Oh, masa muda yang begitu indah." Divya bisa melihat tatapan penuh cinta dari Maxime pada Ellia, sayangnya mungkin Maxime sudah kehilangan Ellia untuk selamanya.
"Ck! Kenapa aku yang jadi melow, sudahlah." Divya merasa kasihan pada pasangan remaja itu, yang harus dipisahkan oleh maut.
Tak lama Divya memborong berbagai outfit remaja sexy secara online, untung saja ada saldo di mobile banking.
"Beres!"
Tok Tok Tok.
"Siapa?" tanya Divya.
"Saya, Nona. Saya Sisil, pelayan di Mansion. Tuan Emilio yang memerintah saya kesini untuk melayani Anda."
"Buka aja, nggak dikunci."
Divya menatap Sisil yang berjalan menghampirinya, sepertinya Sisil masih seumuran dengan Ellia.
"Nona, apa Anda lapar?"
"Lapar, ada siapa aja di rumah ini?" tanya Divya harus menganalisa tempat ia akan bermain sandiwara.
"Hanya ada Tuan Emilio dan Nyonya Fayyana, juga Anda. Kata Tuan, karena kecelakaan ingatan Anda menjadi terganggu. Saya akan membantu jika Nona membutuhkan apapun."
Divya menilai wajah polos Sisil, sepertinya gadis remaja itu bisa dipercaya. "Berapa usiamu, Sil? Aku panggil Sisil aja ya, kita kayaknya seumuran."
Sisil mengangguk, "Saya 17 tahun, Nona."
"Ternyata dibawah aku, hm. Kamu sekolah?"
"Sudah berhenti, Nona. Saya harus bekerja membantu Ibu di kampung."
"Aku akan menyekolahkan mu lagi, bahkan di sekolah ku. Mau?"
Mata Sisil melebar gadis itu terkejut, "Ta--"
"Stop! Nggak ada tapi-tapian. Nanti aku akan bilang sama Om, aku hanya punya satu syarat untukmu."
"Apa itu Nona?"
"Jadi tangan kananku, kita bestie-an kalau istilah anak zaman sekarang," ujar Divya.
Sisil seperti berpikir, gadis itu merasa tidak pantas berteman dengan Nona majikan nya itu.
"Ayolah."
"Baik, Nona."
Bibir Divya tersenyum lebar, dia punya teman untuk menjalankan misinya. "Kesini, aku bisikin sesuatu. Kamu akan memulai tugas mu sebagai tangan kananku."
Sisil mengangguk-angguk mendengar rencana Divya di rumah itu, mata gadis itu lalu terbelalak namun setelahnya Sisil berwajah mengerti.
"Oke, kamu ngerti?"
"Ngerti, Nona. Saya akan bantu Nona, tapi kalau saya dipecat gimana?"
"Aman, jangan khawatir."
Akhirnya Sisil mengangguk setuju.
"Nona, mau tau gosip di rumah ini nggak?"
Mata Divya berbinar, tentu saja ia mau. "Kalau gosip tentang Tante Fay atau Om Emilio mau dong, katakan cepat."
"Beberapa pelayan sering mendengar Tuan dan Nyonya bertengkar di malam hari, mereka selalu ribut. Aku sering menguping pelayan lain bicara, katanya 'itu' nya Tuan nggak bisa bangun." Wajah Sisil seketika memerah malu, gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Hah? Itu? Buyung nya?"
Sisil mengangguk tanpa membuka kedua tangan dari wajahnya.
"Serius? Nggak bohong, kan?"
Baru Sisil melepas tangan dari wajah, "Aku nggak pernah bohong, Nona. Tapi kata Nona mulai sekarang kalau situasi mendesak, aku boleh berbohong."
"Iya, nanti juga kamu ngerti. Balik lagi ke masalah 'itu', sejak kapan buyung Om Emilio nggak bisa bangun?"
"Menurut Bibi bagian pelayanan kamar, sejak Tuan dan Nyonya kecelakaan tujuh bulan lalu."
"Wow! Aku sekarang ngerti kenapa si sund4l itu gatel sama suami orang, upss!" Divya keceplosan membuat Sisil melongo tidak mengerti.
"Sudah, sekarang kita ke dapur. Aku laper."
Malam pun akhirnya tiba, waktunya untuk makan malam. Divya diberi informasi oleh Sisil jika Fayyana sudah pulang sejak sore hari, jadi wanita itu pasti akan makan malam bersama dirinya. Emilio pun sudah pulang satu jam lalu.
Di meja makan Fayyana dan Emilio sedang menunggu Divya, tak lama sosok Divya dalam tubuh Ellia datang.
"Ellia! Baju apa yang kau pakai?!" teriak Fayyana tidak suka melihat pakaian yang di kenakan keponakannya malam itu.
Bahkan Emilio terdiam tanpa berkedip, tatapan matanya tak sengaja mengarah pada belahan dada mungil milik Ellia yang sukses menyita perhatiannya.
Dalam hati Divya tersenyum puas melihat reaksi dari kedua orang yang sedang duduk di kursi meja makan. Ia sengaja memakai outfit yang dia pesan tadi siang, bagian atas tubuhnya ia memakai tank top ruffle berwarna putih gading dengan belahan da da rendah. Dan tubuh bagian bawah ia memakai rok pendek yang hanya mampu menutupi si segitiga alias CD. Hampir seluruh bagian kaki Ellia dari pa ha ke bawah terekspos sempurna, bahkan mata Emilio kini beralih dari belahan da da ke arah bawah sana.
'Dasar laki-laki! Ck!'
Divya tidak percaya baru percobaan pertama dirinya menggoda dengan penampilan, Emilio sudah berwajah seperti orang terangssang. Eh, pasti terangssang karena obat itu, bukan? Tapi bukankah kata Sisil si buyung nya emang nggak bisa bangun, meskipun pernah dicekoki obat itu oleh Fayyana?
'Apa sekarang si 'itu' nya bereaksi karena melihat tubuh gadis ini?'
Sedangkan Fayyana menoleh ke arah samping dimana suaminya itu duduk, firasatnya mengatakan jika Emilio sedang menatap Ellia. Benar saja, mata suaminya itu bahkan tidak berkedip menatap ke arah Ellia untuk waktu yang lama membuatnya dibakar api cemburu.