NovelToon NovelToon
Pernikahan Satu Tahun

Pernikahan Satu Tahun

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: wiwit rthnawati

Andara Mayra terpaksa menerima perjodohan dengan seorang pria yang sudah dipilihkan oleh ayahnya.

Namun dibalik perjodohan yang ia terima itu ternyata ia sudah memiliki kesepakatan sebelumnya dengan sang calon suami. kesepakatan jika setelah satu tahun pernikahan, mereka akan bercerai.

akankah mereka benar-benar teguh pada kesepakatan mereka? atau malah saling jatuh cinta dan melupakan kesepakatan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwit rthnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

di rumah kakek 21+

Harap bijak! Area dewasa 21+

"Sekarang lagi datang bulan?" Ia menatapku intens. Pertanyaannya membuatku menggeleng pelan. Apa maksudnya? Apa dia akan meminta hak nya?

Ia merengkuh pinggangku menempel pada tubuhnya. Ia menatap mataku dalam.

"Apa sekarang boleh?"

"Boleh apa?" Dengan polos aku malah bertanya. Padahal aku tahu maksudnya.

"Boleh membuat anak denganmu?" Sontak mataku membola.

"Tapi aku kan belum wisuda."

"Alah tinggal satu minggu ini."

"Tap- mmmmpp." Ia tak membiarkanku kembali berbicara. Bibirnya langsung memagut pelan bibirku. Akhirnya kukalungkan tanganku menyeimbangkan tubuhku membalas pagutannya. Perlahan ia membawaku melangkah menuju peraduan. Ia kembali mencumbui leherku dibawah kungkungannya.

"Ahhh."

Aku melenguh pelan saat ia membenamkan wajahnya di ceruk leherku dan menyesapnya pelan.

Kucengkeram rambutnya menyalurkan sengatan hasrat yang mulai terpancing.

Dengan satu tarikan, ia berhasil membuka tali kimonoku. Hingga akhirnya terpampanglah dengan jelas tubuhku yang hanya memakai Cd dan Bra berwarna merah.

Ia tersenyum, matanya menatapku sayu.

Perlahan ia mulai membuka kancing kemejanya dan melempar kemejanya asal. Ia kembali membenamkan wajahnya diantara bukit kembarku. Ia menyesapnya disana, tangannya bahkan merem*s salah satu bukit indahku dengan pelan.

"Ahhh." Aku hanya mampu meremat seprai saat ia berhasil membuka Braku dan menyesap salah satu pucuk bukit milikku.

Ia terus memberikan stempel merah disetiap jengkal kulit tubuhku. Hingga aku kembali meremat rambutnya saat ia membenamkan wajahnya diantara kedua pangkal pah*ku.

"Aggghh mashhhh." Mataku terpejam merasakan sesuatu yang luar biasa mulai menguasai tubuhku. Mas Bara terus mempermainkan lidahnya di bawah sana, bahkan ia menyesapnya dengan kuat membuatku menggelinjang hebat.

"Aggghh mash." Kurasakan satu jari mas Bara mulai masuk berkolaborasi dengan lidahnya yang sejak tadi mempermainkanku. Perlahan mas Bara menggerakkan jarinya lebih lama lebih cepat hingga kurasakan sesuatu hendak meledak didalam diriku.

"Ah mshh ahh ah mmmmmmmmh." Kurasakan tubuhku menegang merasakan kenikmatan yang pernah kurasakan sebelumnya.

"You so sexy baby." Mas Bara tersenyum dan mulai memposisikan dirinya. Aku menggigit bibirku pelan. Sesungguhnya aku takut, takut jika rasanya akan sama sakitnya seperti waktu pertama.

Perlahan benda itu mulai masuk. Pelan tapi pasti. Benda itu akhirnya memenuhi seluruh ruang didalam diriku. sedikit sakit, namun tak begitu sakit seperti sebelumnya. aku bisa merasakan jika saat ini ia begitu sangat-sangat menyesakkan.

"Agh may." Kulihat mas Bara mendongakkan kepalanya saat dirinya akhirnya masuk sempurna kedalam diriku.

Kedua tangannya menggenggam kedua tanganku disamping kiri dan kanan kepalaku. Matanya menatapku dengan begitu mendamba. Dan ia kembali mendekatkan bibirnya mengecup bibirku.

Dengan bibir yang saling bertaut, ia mulai menggerakkan tubuhnya diatasku.

Ah, rasa ini begitu memabukan. Aku sampai merem melek dibuatnya. Mas Bara menghentikan ciumannya, kini ia sibuk memperhatikanku yang begitu menikmati setiap hentakkan yang ia berikan.

"Aghh mash."

"Yeah. Mendes*hlah sayang. Aku sangat rindu mendengarnya."

Ia terus menggerakkan tubuhnya dengan sesekali menghentaknya dengan kuat.

"Ahh ahh ahh." Des*han-desah*n halus tak dapat kuredam. Ini sangat nikmat mas.

Semakin lama, gerakkan tubuh mas Bara semakin cepat. Membuatku benar-benar tak tahan.

"Ahh mash aaahh." Kurasa aku akan segera mencapai puncakku. Ku dekap erat tubuh Mas bara.

"Yah sayang sebentar." Mas bara menghentak tubuhku dengan membabi buta hingga akhirnya tubuhku mengejang tak dapat menahannya lagi.

"Aaaaaaaghhh."

"Euuuuungh." Kulihat mas Bara menggeram nikmat bersamaan dengan dirinya yang melesak begitu dalam didalam diriku. Kurasakan semburan hangat begitu deras memenuhi rahimku.

Ia ambruk, ambruk diatasku dengan wajah kepuasan. Aku sedikit sesak menahan bobot tubuhnya yang mungkin dua kali lipat lebih berat dariku, hingga sepertinya ia tersadar dan menarik dirinya berguling ke samping tubuhku.

Ia membawa tubuhku kedalam pelukannya. Ia juga terus menciumi kepalaku dengan hangat.

"Terimakasih sayang. Terimakasih." Aku membalas pelukannya.

"Sama-sama mas." Kami terlelap dengan saling berpelukan.

Cahaya matahari membuatku mulai terusik. Aku terbangun masih dengan keadaan polos didalam pelukan mas Bara. Aku menarik diri dengan mengeratkam selimut hendak bangun untuk membersihkan diri. Ah ternyata semalam kami lupa menutup jendela, pantas saja tidur kami begitu nyenyak meski tanpa menyalakan pendingin.

"Selamat pagi." Mas Bara ikut terduduk dan memeluk tubuhku yang masih polos tertutup selimut dengan erat.

"Mash." Aku terpekik saat bukan hanya pelukan, tapi ia juga meremas kedua dadaku dengan lembut.

"Mas nanti ada yang liat mas, jendelanya terbuka. Kita lupa menutupnya semalam. Jangan-jangan semalam juga ada yang liat lagi saat kita." Ah aku tak mampu melanjutkan ucapanku.

"Saat kita apa sayang hmm?" Ia menciumi pipi dan telingu lembut.

"Agh massh." Aku kembali mendesah saat ia memainkan tangannya dibawah selimut sana. Hangat nafasnya kembali menerpa tengkuk leherku.

"Tidak akan ada yang melihat sayang. Tenang saja." Bibir mas Bara kembali menelusuri leherku dari belakang membuatku benar-benar tak tahan. Ia terus memberikan rangsangan-rangsangan dahsyat pada tubuhku. Hingga akhirnya Ia menarik diriku agar duduk berhadapan diatas pangkuannya.

"Agghhh." Mas bara memejamkan mata saat kami kembali menyatu. Ia menatapku sayu.

"Bergeraklah sayang." Bibirnya kembali memagut bibirku lembut. Dan kedua tangannya berada di pinggangku mengarahkan pinggangku untuk bergerak diatasnya. Oh tuhan, ini sangat menyenangkan.

"Aaahh." Aku meremat pundak mas Bara saat kurasakan sensasi yang luar biasa dibawah sana. Ditambah bibir mas bara yang terus mencumbu leherku membuatku bak kuda liar yang lepas kendali.

"Ahh ahh ahh." Des*han demi desah*n saling bersahutan. Baik tubuhku atau tubuh mas Bara begitu menikmati percintaan ini.

"Ahh mash." Aku menggerakkan tubuhku dengan cepat saat pelepasan itu hendak datang.

"Ooh yeah sayang. Yeah." Tangan mas bara ikut membantuku menggerakkan pinggul mempercepat ritmeku.

"Ah mash aaaah aaaaaaaaaaah." Aku memeluk mas Bara saat kurasakan gelombang itu datang. Kurasakan mas barapun menahan pinggulnya, mendorong dirinya kuat saat akhirnya kehangatan itu memenuhi rahimku.

Sebenarnya mas Bara masih ingin mengulanginya. Tapi mengingat waktu yang sudah lumayan siang, dan tak enak juga kan, massa iya lagi numpang tidur malah lupa waktu karena keasikan bercinta. Akhirnya kamipun segera membersihkan diri.

Setelah sarapan aku dan mas Bara berpamitan pada kakek Wijaya. Kebetulan hari ini mas Bara ada meeting penting dengan client dari amerika jadi terpaksa kami harus segera pulang.

"Sering-sering main ya. Kali ini kakek akan tinggal cukup lama di indonesia."

"Iya kek. Ya sudah Bara dan Mayra pamit ya kek. Jaga kesehatan."

Aku dan mas Bara pamit. Namun disaat hendak keluar, seorang maid senior menghampiri kami.

"Bu lastri?"

"Iya tuan."

"Apa kabar bu?"

"Saya baik tuan."

"Oh syukurlah. Oh ya, apa ada yang ingin bu lastri sampaikan padaku?" Nampak wanita itu melihatku.

"Oh iya. Bu ini kenalkan Mayra istriku. Dan May, ini bu lastri. Ibunya anastasya." Aku terkejut mendengarnya. Oh pantas saja staf di kantor bilang jika mas Bara dan mbak ana itu adalah teman dari kecil. Jadi disini tempat mereka bermain.

"Saya Mayra Bu." Aku mengukurkan tangan pada Bu lastri dan beliau membalas uluran tanganku.

"Lastri non."

"Oh iya bu, ada apa?"

"Mmm gini tuan, ana sudah dua hari tidak ada kabar. Ponselnya juga tidak aktif. Apa tuan bisa bantu saya mencari tahu kabar ana?" Ah sepertinya bu lastri memang tahu betul bagaimana kedekatan anaknya dengan mas Bara.

"Oh yah bu? Ibu tidak usah khawatir, biar nanti aku cari tahu."

"Terimakasih tuan."

1
Adinda
biru adalah bara
Cahaya Senja: terimakasih sudah mengamati
total 1 replies
Ruzita Ismail
Luar biasa
Ruzita Ismail
Lumayan
Chysea
kebalik kalimatnya
Cahaya Senja: eh iya, baru nyadar kalimatnya kebalik. thanks kak sudah komen.🙏
total 1 replies
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
Cahaya Senja: thank you
total 1 replies
Niki Fujoshi
Nggak bisa move on.
Cahaya Senja: terimakasih atas komenannya
total 1 replies
Shinn Asuka
Ngga bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!