Sitomat, Yang Kau Campakkan

"Kenapa kamu menangis Lexa? Apa yang kamu fikirkan. Kamu jangan takut ok. Aku akan selalu bersamamu. "ucap Ninda sahabat nya.

Hhmmmm... lagi lagi Lexa menangis teringat akan kisah cinta nya dengan Chavin. Lelaki yang sangat ia cintai. Entah kenapa, saat itu tiba-tiba fikiran tampak bayang bayang Chavin saja.

Di sisi lain dia merasa terpukul karena harus berakhir seperti ini kisah cintanya. Tapi disisi lain dia pun bersyukur dengan keadaan nya sekarang mereka sudah mengakhiri hubungan itu. Kalau tidak mungkin hati akan bertambah luka.

Bagaimana tidak menambah luka, dengan wajah Lexa yang sekarang tentunya Chavin tidak akan tertarik lagi kepada nya. Sedang kan wajah Lexa dulu, yang begitu cantik pun Chavin tidak tertarik apalagi kalau sudah cacat begini.

Tetapi Alexa masih mengharapkan sosok lelaki tampan itu. Yah, berulang kali pun Alexa disakiti tapi tidak pernah terlintas dalam hati nya untuk membenci Chavin sedikit pun.

Chavin adalah laki laki yang pernah singgah di hatinya.

Lelaki yang pertama kali membuat dia jatuh cinta. Dan mungkin lelaki yang terakhir kali nya untuk dicintai.

Bayangan diri Chavin selalu menghantui pikirannya. Senyum nya, tatapan mata nya yang tajam, dan cara nya berbicara selalu mampu membuat Lexa merasa istimewa.

Tapi di sisi lain,Lexa tahu Chavin bukan lelaki yang sempurna. Chavin terlalu sering menyakiti nya , terlalu egois, dan sering kali membuat Lexa merasa tidak cukup baik.

"Kenapa aku masih merindukanmu, Vin?” gumamnya dalam hati.

"Kalau saja, aku tidak semarah itu dengan mu Vin. Kecelakaan ini tidak akan terjadi. Tentu aku tidak akan keluar malam itu. Tentu aku tidak menyetir dalam keadaan hujan lebat. "Bisiknya menyesali.

"Sekarang kalau kamu tau keadaan ku , mungkin kamu tidak akan mau berkenalan lagi dengan ku Vin. Bagaimana tidak, dulu melihat wajah ku yang bisa dikatakan sempurna pun kamu tidak tertarik.

"Apalagi sekarang dengan wajah ku yang cacat ini. Kadang aku merasa bersyukur kerena kamu telah meninggalkan ku.Tapi aku tetap merindui mu Vin. "Bisiknya lagi.

"Kerena kebodohan ku ini. Aku harus menanggung semua ini. aku harus kehilangan semuanya. Aku betul betul rapuh sekarang." ucap nya dalam hati.

Air mata pun mengalir deras membasahi pipinya.

Huhuhuhu.. (suara isakan tangis)

Ninda memeluk Lexa erat, mencoba menenangkan tangisan sahabatnya yang semakin menjadi jadi itu. Dia tahu betapa berat beban yang ditanggung Lexa sejak kecelakaan itu.

Wajah cantik Lexa yang dulu selalu membuat orang terpesona kini penuh dengan bekas luka yang membuatnya kehilangan rasa percaya dirinya.

“Lex, kamu tahu kan, kecelakaan itu bukan sepenuhnya salahmu?” ucap Ninda lembut.

“Tapi kalau saja aku tidak marah dan bertengkar .Dengannya malam itu, aku tidak akan menyetir sembarangan. Aku yang salah, Nin... Aku yang menghancurkan semuanya.

''Aku kehilangan Nin, kehilangan wajahku yang dulu, dan kehilangan masa depanku,” suara Lexa pecah di antara isakan tangisnya.

Ninda menggeleng tegas. “Kamu tidak kehilangan masa depan, Lexa. Kamu hanya terlalu fokus pada masa lalu hingga lupa kalau kamu masih punya kesempatan untuk bangkit.

Lexa tertawa hambar, air matanya masih mengalir. “Cinta? Aku bahkan tidak yakin dia benar-benar mencintaiku. Chavin hanya menganggapku sebagai pelarian dari kesepiannya. Aku bodoh karena terlalu berharap padanya.”

Ninda menghela napas panjang. Dia tahu Lexa terlalu keras pada dirinya sendiri, tapi dia tidak bisa memaksa sahabatnya untuk langsung menerima kenyataan. Semua nya butuh waktu.

"Lexa... Bukan kah Dokter bedah bilang jika operasi ketiga nanti dijalankan. kemungkinan wajah kamu akan normal kembali. Setidak kamu sudah tidak takut lagi melawan rasa malu. "ucap Ninda.

"Operasi ketiga? Untuk menunggu operasi yang kedua pun begitu lama Ninda. Berapa lama lagi aku akan sembuh. Berapa lama lagi Nin? " jawab Lexa sedih.

"Aku sekarang betul-betul rapuh Nin. Aku merasa masa depan ku telah hancur. Yah kerena keegoisan ku. Dan kebodohan ku sendiri. "ucap Lexa menyesal.

"Tapi aku tau tak guna untuk menangisi semuanya. Semuanya sudah terlambat. Yang ada hanya bertambah luka jika mengingat penyesalan itu. Aku hanya bisa menangisi saja Nin. " jawab Lexa sambil terisak isak.

"Jangan mudah mengambil kesimpulan dulu Lexa sayang. Kamu belum menjalani operasi sepenuhnya. Kalau sekarang saja kamu sudah rapuh. Berarti kamu tidak percaya dengan yang namanya keajaiban? "ucap Ninda.

Memang luka luka di wajah Alexa belum betul-betul hilang sepenuhnya, meskipun sudah melakukan operasi pada wajahnya hasilnya masih nihil juga. Dan belum tampak bahwa perubahan sedikit pun wajah nya.

“Kenapa aku tidak bisa menerima diriku sendiri?” bisiknya lirih. Dia mengulurkan tangan, menyentuh bekas luka di pipinya.

''Lex... aku tahu kamu butuh waktu untuk menyembuhkan diri, aku tahu butuh waktu yang sangat lama untuk semuanya. "ucap Ninda.

"Tapi kamu harus tahu juga. Kamu tidak sendirian Lex. aku akan selalu bersama mu. Aku akan selalu menjadi penyemangat kamu ok. "ucap Ninda lagi.

Lexa terdiam sejenak. Yah memang Ninda yang selalu memberi dia semangat untuk bangkit. Ninda lah yang selalu menemani nya. Ehhmmmm... menghela nafas.

"Terimakasih banyak sahabat ku Ninda yang baik. Kamu telah sudi meluangkan waktu mu untuk selalu menemaniku. Kamu memang sahabatku yang sangat baik Nin. "jawab Alexa.

Berulang kali Lexa putus asa. Tapi jika melihan sahabat nya Ninda memberi semangat, kedua orang yang tak putus putus memberi dukungan. Lexa pun berusah untuk bangkit lagi.

Karena Lexa tau. Untuk membuat hidup kembali normal seperti dulu itu sangat lah susah. Mungkin perlu waktu yang sangat lama itu yang membuat dia jadi putus asa.

Tapi dengan seiring nya waktu Lexa pun berusaha untuk fokus pada kesembuhan nya. Kerena dukungan semua orang orang yang menjadi motivasi untuk dia bangkit.

Ninda, yang selalu berada di sisinya, melihat perubahan ini dengan penuh rasa syukur. “Aku bangga padamu, Lex,” ujarnya suatu hari.

Aku lihat sekarang kamu sudah mulai activ melakukan terapi. Kamu terlihat ada kemajuan dari hari hari sebelumnya. Kamu harus tetap semangat Lex. "ucap Ninda.

Lexa tersenyum tipis. “Aku masih jauh dari kata sembuh, Nin. Tapi aku tidak ingin terus-menerus terjebak dalam rasa sakitku. Aku ingin bangkit, meski sulit.”

"Aku pun tidak pernah bisa berpikir aku bisa sampai di titik sekarang ini Nin,” katanya pada sore hari sambil duduk di taman.,

“Semula aku pikir kehidupanku sudah usang, untuk kesembuhan adalah proses yang sia sia. Tapi sekarang aku benar-benar sadar aku masih punya banyak mimpi yang belum aku gapai. "ucap ku.

Ninda mengangguk kan kepala. Ia tahu bahwa memang sangat rumit jika berada diposisi Lexa yang sekarang.

” Meskipun perjalanannya belum usai, Lexa tahu bahwa dia tidak sendirian.

Semakin langkah kecil yang ia ambil, adalah bukti dirinya bisa melewati masa lalunya. Masa masa sulit nya pasti bisa dia lewati.

BERSAMBUNG...