"Oke, aku mau menikah dengan Kiara," putus pria.
"Alhamdulilah, aku sangat bahagia Bang mendengar keputusan kamu. Kak Ara pasti sangat bahagia karena bisa menjadi istri Abang," balas gadis itu dengan senyum sumringah, ia bahagia karena Kakak sepupu kesayangannya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
"Tapi aku ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya Bang, aku bakal ngelakuin apapun agar Abang mau menikah dengan Kak Ara."
"Aku mau kamu jadi istriku, aku mau kamu menjadi istri pertamaku. Kiara tetap akan aku nikahi, tetapi dia akan menjadi istri keduaku." Mendengar ucapan dari pria yang ia panggil Abang barusan, jelas gadis itu kaget sekali. Bagaimana bisa punya ide gila seperti itu.
"Aku mau, Bang," putus gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
"Sial! Kenapa coba pakai ketemu sama orang itu!" Digo marah-marah sendiri di depan mobilnya.
"Sabar, Mas. Ngapain sih Mas marah-marah sendiri gini, buang-buang tenaga aja."
"Kamu tahu, sayang. Mas semakin benci sama pria itu, kalau enggak lagi di rumah sakit. Mas pasti akan pukulin dia sampai terkapar enggak berdarah, bisa-bisa ia nuduh kita MBA. Kita tau batasan, mana mungkin kita seperti itu." Digo benar-benar kesal.
"Ya, mau gimana lagi Mas. Kan Bang Fadhil enggak tau kita udah nikah lama, wajar aja mikirnya gitu. Yang penting kita enggak gitu, udahlah biarin aja," kata Manda berusaha menenangkan emosi suaminya yang sedang meledak-ledak.
"Tapi sayang, Mas tuh takut banget. Kalau pria itu nyebarin hoax kalau kita MBA." MBA atau Married By Accident, kalau orang-oranh bilangnya hamil diliar nikah. Tentu saja Digo tidak akan terima dibilang seperti itu, apalagi kalau benar-benar menyebar nama kedua keluarganya pasti hancur. Digo tidak ingin itu terjadi.
"Enggaklah, Bang Fadhil kan cowok ya kali lemes mulutnya," bela Manda. Mendengar pembelaan sang istri, Digo menjadi semakin kesal.
"Siapa yang tau, apalagi ya Fadhil itu cinta sama kamu. Lamarannya ditolak, enggak bisa dapatin kamu. Bisa aja karena sakit hati, dia nyebarin hoax itu." Yang Digo katakan memang ada benarnya, kadang orang sakit hati itu tidak memikirkan lebih lanjut apa yang ia lakukan.
"Iya, tapi udah enggak usah dipikirin Mas. Dari pada mikirin Bang Fadhil, mending kita mikirin gimana caranya kasih tau keluarga kita tentang kehamilan aku." Tiba-tiba sebuah ide terlintas di otak Digo.
"Ayo pulang, Mas sudah punya sebuah ide penting."
Manda menuruti kemauan suaminya.
Di mobil, tiba-tiba ada telfon dari Zatta sahabat Manda.
"Siapa?" tanya Digo pada sang istri, karena takut yang menelfon Manda adalah pria lain. Digo tidak akan membiarkannya, apalagi jika Fadhilah yang menelfon.
"Zatta, Mas. Aku angkat ya," izin Manda.
"Iya, angkat aja."
"Assalamualaikum Manda, demi allah kamu keterlaluan banget sih. Masa kabar baik gini, kamu tega-teganya sembunyiin dari aku, aku ini sahabat kamu sejak SMA loh Manda. Tadi waktu aku jemput kamu juga, kamu sama sekali enggak cerita sama aku. Aku udah nggak penting ya dihidup kamu?" omel Zatta di sebrang telfon. Manda diam, ia tidak mengerti apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Tiba-tiba menelfon lalu mengomelinya.
"Waalaikum salam, Zat. Sabar, kamu kenapa sih? Nelfon aku, pakai marah-marah segala."
"Gimana aku enggak marah, kamu hamil tapi enggak kasih tau aku. Aku ini sahabat kamu, pasti akan seneng banget dapat kabar ini. Kenapa aku malah taunya dari orang lain, bukan dari kamu sendiri." Manda mengerti, Zatta ternyata sudah mengetahui kehamilannya. Namun, Manda tidak mengerti Zatta tahu dari siapa.
"Oke, aku minta maaf. Aku juga baru tau tadi saat di rumah sakit, karena kami baru periksa. Iya, aku hamil alhamdulilah udah 6 minggu. Semua orang belum tahu, niatnya nanti juga aku pasti kasih tau kamu atau sahabat kita yang lain. Eh malah keduluan, emang kamu tau dari siapa soal kehamilanku ini?"
"Dari Bang Fadhil, tadi Bang Fadhil tiba-tiba ke rumah. Bilang gitu ke aku, tanya-tanya soal kamu MBA bukan lagi. Tenang aja, aku enggak cerita apapun kok ke Bang Fadhil."
Manda langsung memberitahukan pada suaminya, jika Fadhilah yang memberitahu Zatta.
"Sayang, berhubung Zatta sudah tahu. Suruh Zatta bantuin kita kasih supprise buat keluarga kita aja," titah Digo pada sang istri.
"Owh, Bang Fadhil. Makasih ya, Zat. Tolong banget jangan cerita apapun ke Bang Fadhil. Mas Digo mau minta tolong ke kamu, buat bantu bikin supprise."
"Oke, aku bakal bantuin kalian berdua."
***
Seluruh keluarga Digo dan Manda panik, mendengar kabar bahwa Manda sedang sakit parah. Mereka segera buru-buru ke rumah sakit.
"Kata Zatta, Manda sakit parah, apakah benar? Manda sakit apa Dig?" tanya Lea pada sang menantu.
"Iya, Mom. Sekarang ayo kita semua ketemu dengan Manda, Manda ingin bertemu dengan kalian semua." Semuanya menuruti perkataan Digo, mereka berjalan ke ruang rawat Manda. Untung ruang rawatnya VVIP jadi muat banyak orang.
Saat mereka masuk, mereka terkejut sekali melihat kondisi Manda baik-baik saja. Manda tersenyum lalu berkata. "Maafkan aku ya, aku alhamdulilah enggak papa kok. Tapi aku mau kasih kabar bahagia, keluarga kita akan bertambah orang. Aku hamil anak Mas Digo."
Mereka yang tadinya agak kesal karena sudah dikerjai oleh, Manda, Digo, Zatta dan Darrel. Kini mereka menyambut kehamilan Manda dengan kebahagiaan, mereka bergantian mengucapkan selamat pada Manda dan memeluk Manda.
"Besok-besok jangan gini lagi deh, beneran deh. Kalian bercandanya sama sekali enggak lucu, gimana kalau apa yang kalian ucapjan jadi kenyataan. Manda sakit parah, memang kalian mau itu terjadi?" omel Lea lalu menjewer anak dan menantunya bergantian.
"Ini semua ide Mas Digo," adu Manda pada sang Mommy.
"Iya, Digo salah. Digo minta maaf sama kalian semua. Ayo kita rayakan kehamilan Manda dengan makan-makan besar di restoran," ajak Digo. Semuanya setuju dengan ucapan Digo.
***
Digo dan Manda baru sampai di kamar mereka, acara makan-makannya berjalan sangat lancar. Semua senang sekali mendengar kabar kehamilan Manda, mereka bahkan tidak sabar untuk menggendong anak Manda dan Digo nanti.
Manda duduk dengan bersandar di ranjang, Digo membuka perut Manda yang tidak mereka sadari lebih besar dari sebelumnya. Digo mengelus perut Manda.
"Baby sayang, ini Ayah, Nak. Ayah senang sekali kamu hadir di perut Bunda, sehat-sehat ya, Nak. Sampai waktunya kamu dilahirkan di dunia ini." Digo berbicara pada anaknya yang masih didalam perut Manda, Manda hanya tersenyum mendengarnya. Selain mengelus perut Manda, Digo juga menciumi perut Manda dengan gemas.
"Yang disayang cuma baby aja nih? Bundanya tidak?" Manda pura-pura merajuk, seolah cemburu karena Digo hanya menciumi anak mereka yang masih di dalam kandungannya.