Demi untuk menghindari perjodohan dengan seorang juragan tanah oleh pamannya sendiri, Fatimah pergi meninggalkan kampung halamannya, terpaksa meninggalkan sang kakek yang telah membesarkannya dari kecil.
Fatimah beruntung karena sesampainya di kota, dia bertemu dengan nenek yang baik hati yang memintanya untuk bekerja sebagai pengasuh cucunya, Zahra.
Kepribadian dan kecantikan Fatimah rupanya mampu membuat Aditya, majikannya jatuh hati padanya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan Madu..
Setelah naik pesawat jet pribadi, perjalanan harus dilanjutkan dengan menaiki mobil sekitar satu jam, setelah itu menaiki kapal feri yang cukup mewah. Selama itu pula Fatimah lebih banyak berdiam diri.
Akhirnya tempat yang dituju pun tiba, sebuah pulau kecil yang terdapat satu bungalow yang indah, hanya ada satu bungalow disana, Fatimah melihat bungalow lainnya di pulau seberang yang cukup jauh dari sana.
Hanya Fatimah dan Aditya yang turun disana, setelah menurunkan mereka berdua, kapal feri pun pergi meninggalkan mereka berdua.
Jarak dari pantai ke bungalow itu tidak jauh, Fatimah takjub melihat pemandangan pantai yang begitu indah, ditambah dengan rimbunnya pohon kelapa yang mengelilingi dan kolam renang tepat di depan bungalow itu.
Fatimah memasuki bungalow itu, diikuti Aditya yang membawa koper, pintunya tak dikunci, jendelanya ditutupi hanya kain kain putih yang terus berkibar terbawa angin laut yang Sepoi Sepoi.
Fatimah ingat terakhir kali dia pergi kelaut ketika dia SD bersama teman temannya termasuk Ayu. Saat itu ada karya wisata di sekolahnya.
Fatimah memang menyukai laut, tapi dilihatnya tempat ini sambil berputar.
"Apa hanya ada kita disini?" Tanya Fatimah melihat sekeliling.
Mendengar pertanyaan Fatimah, Aditya tersenyum.
"Ya, kamu mau ada orang lain yang mengganggu kita" tanya Aditya sambil menghampiri Fatimah.
Fatimah takut melihat Aditya menghampirinya, langsung dia berjalan menuju kolam renang yang berada tepat di depannya.
Melihat ketakutan Fatimah, Aditya lagi lagi tersenyum.
Fatimah merogoh kantong bajunya, dia melihat Handphone dan mencoba menelepon seseorang.
"Tidak ada sinyal disini..siapa yang mau kamu telepon" Kata Aditya yang daritadi memerhatikan Fatimah.
Fatimah mendesah, lalu memasukkan lagi ponsel itu ke dalam sakunya.
"Aku mau menanyakan kabar Zahra" jawab Fatimah pelan.
Tiba tiba raut muka Fatimah mendung.
"Zahra bersama nenek, pasti nenek akan mengurusnya dengan baik, kamu tidak usah mengkhawatirkannya"
"Sebaiknya kamu mengkhawatirkan dirimu sendiri" Lanjut Aditya memandang Fatimah di tengah sunset yang indah.
Fatimah melihat Aditya, lalu kemudian dia melihat kearah laut yang memberinya pemandangan yang indah.
Fatimah terus memandang matahari yang akan tenggelam itu tanpa disadarinya Aditya telah berdiri dibelakangnya, yang tiba tiba memeluk Fatimah dari belakang, dan menyimpan kepalanya di pundak Fatimah.
Lagi lagi Fatimah beralasan.
"Shalat Maghrib, aku mau shalat Maghrib dulu.."
Aditya tersenyum dan melepaskan pelukannya.
Fatimah membawa koper masuk ke dalam kamar mandi, dia ingin mandi dan berganti pakaian kemudian shalat Maghrib.
Selesai mandi, Fatimah membuka koper untuk mengambil bajunya.
Fatimah tercengang melihat isi koper.
Tak ada satupun baju baju miliknya, hanya ada celana dalam, Bh dan banyak LINGERIE berbagai macam warna dan model dan beberapa celana pendek milik Aditya.
Aditya melihat ke arah kamar mandi, kenapa sudah hampir setengah jam Fatimah belum juga keluar.
Aditya mencoba mengetuk kamar mandi memanggil Fatimah.
"Fatimah..kamu baik baik aza kan?"
Fatimah tidak menjawab, dia terduduk di depan koper, dengan hanya mengenakan handuk putih yang melingkar di badannya.
Fatimah melihat baju yang tadi dikenakannya sudah basah terkena air ketika tadi dia mandi.
"Kenapa mereka tega melakukan ini padaku" Keluh Fatimah pada dirinya sendiri mengingat Bi Minah dan Rini yang menyiapkan koper ini.
Aditya terus mengetuk pintu kamar mandi karena tak terdengar jawaban dari Fatimah, dia takut terjadi sesuatu pada Fatimah di dalam sana.
"Kalau kamu tidak menjawab, aku akan mendobrak pintu ini"
Cekrek..suara pintu terbuka.