Siapa sangka takdir membawa Kevin harus terperangkap di pondok pesantren. Dirinya tidak bisa sebebas dulu, membuat Kevin frustasinya luar biasa. Namun siapa sangka, di sana ada sosok bidadari tak bersayap yang selalu membuat mata Kevin berseri-seri. Hari-harinya yang di pikir terasa suram di pondok pesantren, namun menjadi cerah. "Ustadzah, mau enggak jadi istri saya, nikah sama saya, kalau ustadzah nikah sama saya enggak bakalan nyesel deh. Saya ganteng, kaya lagi, saya anak tunggal loh... Keluarga Pradipta lagi." ucap Kevin dengan songong, matanya mengedip pada ustadzah galak yang mengajar di kelasnya. Nadzira -- sosok ustadzah itu mendelik pada santrinya itu. "Jangan ngimpi kamu. Type saya enggak modelan kayak kamu. Cepat kerjakan hukuman kamu, jangan banyak tingkah." Cetus Nadzira galak. Kevin tidak tersinggung, cowok itu malah tersenyum lebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24
"Ustadz , jangan ... Saya mohon . Kevin tadi tidak sengaja . Jadi tolong jangan di permasalahkan lagi . " Ucap Rahul memohon pada ustadz Malik . Teman santri yang lainnya hanya bisa menundukkan kepala nya , tanpa berani membela Kevin seperti yang di lakukan oleh Rahul . Jujur saja mereka takut , takut sekali.
Ustadz Malik melengos , mana peduli dirinya pada Kevin . Apa lagi permohonan Rahul adik nya itu . "Hukuman yang saya berikan itu semata-mata untuk kebaikan dia agar dia bisa disiplin kembali . Jangan besok-besok dia bersikap sekenanya lagi seperti hari ini . " Ucap ustadz Malik dengan tegas.
Rahul menghela nafas nya dengan kasar . Dirinya sudah gusar , takut kalau Kevin kelelahan lagi pemuda itu akan jatuh sakit lagi.
"Ustadz , saya mohon ...."
Namun ustadz Malik seakan tidak peduli senang permohonan Rahul, ustadz Malik malah menatap ke arah Kevin yang belum keluar dari dalam kelas itu. "Keluar kamu ! Cepat jalani hukuman mu " pekik ustadz Malik .
Kevin mengepalkan kedua telapak tangan nya kuat , sungguh ingin sekali dirinya menghajar pria sialan itu , namun dirinya menahan nya karena tanpa di duga Ustadzah Nadzira kembali masuk ke dalam kelas itu.
Nadzira menatap bingung saat melihat Kevin ,Rahul serta ustadz Malik berdiri . "Assalamualaikum"
"Wa'alaikum salam"
Sahut semua orang yang ada di dalam ruangan itu. Suasana tegang dapat Nadzira rasakan , namun dirinya berusaha biasa saja .
"Emmm maaf, saya mengganggu saya hanya ingin mengambil buku milik saya yang tertinggal " ucap Nadzira .
Ustadz Malik langsung melangkah kan kaki nya menghampiri Nadzira , jarak nya tidak terlalu dekat , masih berjarak .
"Silahkan . Oiya , nanti bakalan ada yang datang ke rumah buat ukur baju pernikahan kita , kamu jangan kemana-mana ya ?" Ucap ustadz Malik lembut . Sangat berbeda dengan ucapan nya yang tadi. Dan hal itu membuat semua santri tercengang . Namun mereka hanya bisa bungkam tidak berani menghujat ustadz Malik itu . Takut mendapatkan hukuman dari pria itu .
Nadzira tersenyum malu-malu , rasa nya sungguh dirinya tidak pernah menyangka jika akan segera menikah dengan sosok pria yang di kagumi oleh dirinya selama ini .
"Insyaallah , saya akan di rumah . Mereka datang nya sore kan , setelah saya pulang mengajar ?"
Ustadz Malik mengangguk kan kepala nya . "Iya . " Sahut ustadz Malik , ya walaupun dirinya takut terjadi sesuatu pada pernikahan nya nanti ,tapi ustadz Malik tidak bisa memungkiri jika dirinya sudah tidak sabar mempersunting gadis yang di cintai oleh nya selama ini .
Bohong kalau dia tidak menginginkan sosok Nadzira .
Bahkan dirinya sangat menginginkan gadis cantik itu.
"Yasudah , kalau begitu saya pamit dulu . Assalamualaikum "
"Wa'alaikum salam . " Sahut ustadz Malik dan para santri lainnya .
Ustadz Malik masih saja menatap punggung Nadzira yang sudah menghilang di sebalik tembok .
Sedangkan Kevin, sudah mengepalkan kedua telapak tangan nya . Emosi sekali dirinya. Apa lagi mendengar interaksi antara Ustadzah Nadzira dan ustadz Malik. Ada yang terasa hancur di dalam hati nya sana.
Kevin yang sudah emosi langsung saja melangkah kan kaki nya pergi dari kelas itu, dan hal itu membuat ustadz Malik melotot . Begitupula dengan para santri yang lainnya, serta Rahul yang terkejut .
"Hei kamu mau kemana ?" Seru ustadz Malik .
Kevin mengabaikan nya , lalu tetap melanjutkan langkah kaki nya .
Ustadz Malik menggeram marah , ternyata menghadapi santri baru itu tidak segampang pikiran nya . Dirinya akan membuat santri itu tidak akan betah berada di pondok pasantren milik Abi nya ini .
Ustadz Malik lalu menoleh ke arah semua santri nya . "Lihat !! Itu sikap yang tidak boleh kalian tiru . Sikap tidak sopan . Kalau kalian ingin meniru nya silahkan , saya persilahkan kalian keluar dari kelas ini . "
Semua nya bungkam tidak berani berkata-kata apa pun, mereka hanya bisa menundukkan kepala nya takut .
Sementara Rahul sudah mendengus mendengar nya .
•
"buat Ustadzah" seorang santri datang menghampiri Nadzira yang sedang sibuk memeriksa beberapa buku milik santri nya .
Nadzira sampai mendongak saat melihat sebuah tangan meletakkan sebuah amplop berwarna putih di meja milik nya . Dirinya terkejut saat melihat sosok pemuda tengil sudah ada di depan meja milik nya. Nadzira langsung saja melengos ke samping saat di rasa Kevin akan menoleh menatap ke kedua bola mata nya.
"Assalamualaikum " ucap Nadzira .
Pemuda tengil itu menggaruk kepala nya yang tidak gatal. Dirinya lupa, lupa mengucapkan salam kepada Ustadzah cantik nya itu . "Wa'alaikum salam . Maaf Ustadzah . " Cicit Kevin .
Nadzira menghela nafas nya kasar , lalu meraih amplop berwarna putih itu . "Ini apa ?" Tanya Nadzira mengabaikan rasa kesal nya pada pemuda tengil itu .
Kevin tersenyum getir , entah mengapa ada rasa sakit di dalam hati nya saat sekarang ini . Padahal dirinya sudah berusaha menguatkan hati dan dirinya untuk memberikan surat itu pada Ustadzah Nadzira .
Bohong kalau Kevin tidak sakit hati saat mendengar perbincangan antara sepasang tunangan tadi .
Dapat Kevin simpulkan jika kedua nya akan segera menikah.
Dan hal itu membuat Kevin sedih bukan main . Kevin bahkan sampai menyendiri di belakang sebuah gedung kosong, dirinya menangis di sana , memikirkan nasib cinta pertama nya yang akan berakhir dengan tragis .
Tidak pernah menyangka jika kisah cinta nya cepat sekali harus berakhir tanpa kata bahagia .
Sedih jelas , siapa pun akan sedih , termasuk Kevin .
"Ustadzah bisa baca nanti di rumah . Kalau di sini mungkin Ustadzah lagi sibuk . Emmm kalau begitu aku pamit dulu Ustadzah . Assalamualaikum " ucap Kevin dan setelah nya langsung berlalu pergi dari sana .
"Wa'alaikum salam "
Nadzira terpaku di tempat nya . Merasa ada yang aneh dengan sikap pemuda itu . Tidak seperti biasanya , Kevin selalu bersikap tengil dan menggoda nya , namun kali ini , Kevin seperti bukan Kevin yang beberapa hari Nadzira kenal .
Namun Nadzira langsung menepis perasaan aneh di dalam dirinya itu, dirinya lebih memilih mengabaikan nya saja , dan menyimpan amplop putih itu di dalam saku gamis milik nya .
"Ustadzah Nadzira , mau pulang?" Tanya Ustadzah Rani yang menghampiri nya .
Nadzira tersenyum lalu mengangguk kan kepala nya . "Iya , ini juga sudah selesai kok . " Sahut Nadzira lalu merapikan buku-buku milik santri nya dan meletakkan nya di atas meja .
"Ayo bareng Ustadzah . Kebetulan saya bawa motor sendiri . Nanti saya anterin deh . Saya juga sudah lama tidak berkunjung ke rumah Ustadzah Zira . " Kekeh Ustadzah Rani sambil menyampirkan tas besar milik nya .
Nadzira tersenyum, lalu bangkit . "Boleh . Oiya bagaimana keadaan anak Ustadzah Rani ? "
"Alhamdulillah , anak saya baik-baik saja . Tadi di rumah ada mertua saya yang menunggu . Saya di suruh pergi mengajar saja , karena anak saya sudah tidak rewel seperti kemarin . "
"Alhamdulillah . Saya turut senang mendengar nya Ustadzah . "
Ustadzah Rani mengangguk kan kepala nya , lalu kedua nya berjalan beriringan menuju ke tempat parkir kendaraan roda dua ..
Sedangkan Kevin yang ada di depan pondok pesantren menatap kepergian Nadzira dengan tatapan sendu ...